Happy Holiday! Hari ini aku publish bab terbaru untuk menemani waktu kalian berlibur hehe
Enjoy reading it, bestie!
*
"She was like the moon, part of her was always hidden."
*
04
Seorang wanita muda nampak mengerjap-ngerjapkan matanya saat sinar sang surya menembus celah-celah tirai dan menerpa wajahnya. Suara jam analog yang berbunyi tak lama setelahnya, membuat kesadarannya benar-benar terkumpul ke permukaan. Ia memandangi langit-langit putih di atasnya sejenak dengan kesenduan yang masih dirasakannya. Ya. Ia menangis semalaman karena sebuah berita buruk yang baru saja diketahuinya sesaat setelah ia sampai di rumah. Ia yang saat itu hendak merapihkan berkas-berkas yang dibawanya, langsung terhuyung lemas saat ponselnya berdering kencang dan memunculkan sebuah pesan yang tidak diharapkannya.
Celine menghembuskan napasnya panjang-panjang. Ia lelah sekali. Sangat lelah. Entah karena menangis semalaman, atau mungkin karena ia sudah lelah untuk terus berjuang di dunia ini. Apapun itu-kakinya beranjak turun dari kasur saat kepalanya kembali mengingatkannya bahwa ada banyak pekerjaan yang harus dilakukannya di akhir pekan terakhir di bulan ini.
Ya. Posisinya sebagai seorang sekretaris, bukanlah sebuah hal yang menyenangkan. Jam kerja yang berlebihan, tugas yang seolah tidak ada habisnya, ditambah ia masih harus bepergian kesana-kemari untuk mengurus banyak hal. Benar-benar melelahkan. Satu-satunya hal yang paling menyenangkan, dan yang membuatnya bertahan di posisi ini selama bertahun-tahun adalah karena gaji yang diterimanya. Steward Company, benar-benar memberinya gaji yang sangat besar untuk seluruh jasanya. Teman-temannya yang juga menempati posisi serupa di berbagai perusahaan besar lainnya bahkan hanya mendapatkan separuh gajinya meski pekerjaan yang mereka lakukan tidak jauh berbeda.
Dan jika seluruh pendapatannya dikumpulkan dalam satu tahun, Celine nampaknya dapat membeli sebuah Lamborghini terbaru di tahun ini.
Tapi lihat apa yang dimilikinya sekarang? Bahkan setelah menghabiskan lebih dari lima tahun untuk mencari peruntungan di kota ini, ia hanya dapat membeli sebuah rumah kecil di pinggiran kota, tanpa mobil, perhiasan, pakaian bermerek, atau aset apapun karena berbagai kebejatan yang dilakukan oleh Ayahnya yang selalu menghabiskan seluruh hartanya.
Celine kembali menghembuskan napasnya. Berusaha mengusir berbagai pikiran negatif yang sudah lebih dulu menyapanya dibandingkan seorang pengantar koran yang selalu menyapanya ramah jika keduanya bertemu di pagi hari. Ia melangkahkan kakinya menuju tirai. Membukanya lebar-lebar lalu menarik napas dalam-dalam untuk mengisi rongga dadanya dengan oksigen murni yang dihadiahkan oleh alam. Meski ia tidak tinggal di sebuah apartment mewah seperti teman-temannya, Celine bersyukur masih bisa menghirup udara segar seperti ini setiap paginya. Tinggal di townhouse kecil yang hanya diisi oleh 30 rumah, sudah cukup untuk membuatnya merasa tenang.
Celine mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar dan langsung terfokus pada berbagai baju dengan brand kenamaan dunia yang baru saja dibelinya. Yang semalam hanya digantungnya asal karena suasana hatinya sedang buruk. Sejujurnya, ia lebih memilih untuk menabung semua uang yang diberikan padanya daripada menghabiskannya pada sebuah kain berbentuk dengan harga yang sangat tinggi itu. Tapi sekali lagi ia mengingatkan dirinya bahwa ia adalah seorang sekretaris. Sebagai seorang sekretaris, ia harus selalu memperhatikan penampilannya sebagai representasi perusahaan tempatnya bekerja kemanapun ia pergi.
Celine memutuskan untuk merapihkan seluruh pakaiannya dengan cepat. Memasukkannya ke dalam dua lemari berbeda lalu melipat karpet beludru berwarna khaki nya dan memasukannya ke dalam laundry basket. Setelahnya ia membereskan seluruh kamarnya hingga rapih sebelum akhirnya berlalu pergi dari situ.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Bastard's Obsession
Romance21+ [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Aku bukan seorang pelacur!" Celine menundukkan wajahnya dan membiarkan tetes demi tetes air mata membanjiri wajah merah padamnya sesaat setelah kata-kata itu keluar dari bibir pucatnya. Rasanya setelah semua yang terjad...