destiny 5.

826 75 19
                                    

--------

Angin berhembus menerpa kedua insan yang saling bungkam, setidaknya untuk beberapa detik keheningan melenda mereka.

Laki laki itu.

Tama, sahabat kakaknya yang tadi menolongnya yang mungkin dari maut, karna meningat batu disana cukup rajam dan keadaan badanya yang tengah mengandung.

" jadi ini tempat loe melarikan diri ra " suara tama mengawali pembicaraan.

Awalnya dia cukup terkejut dengan pertemuan mereka disini, awalnya atas keterpaksaan sepupunya yang ingin reflesing karna kehamilannya membuatnya tanpa sengaja bertemu sumber kehidupan sahabatnya.

Dia tahu banyak, tentu saja.

Karna dia adalah tempat sampah bagi zero untuk bercerita.

Bahkan dia juga tau kiara tengah mengandung, diusia kehamilannya yang mungkin menginjak bulan ke 5 cukup kentara ditubuh kiara yang mungil.

Kiara menghela nafas sesaat, jujur saja pertemuan tak terduganya ini cukup mengejutkanya " aku nggak melarikan diri, aku hanya ingin menenangkan diri " ujarnya dengan sebiasa mungkin.

Keduanya duduk diayunan tepi jurang namun cukup aman karna ada pembatas ditepinya.

Senyum raka tersensungging tipis tanpa kiara tau " iya menenangkan diri untuk membuat semua orang khawatir? Aku nggak nyangka kamu seegois itu ra " sungguh dia tak ingin memojokkan wanita disampingnya hanya saja dia terlalu iba pada zero yang kini seperti mayat hidup.

Mendengar kata sarkas dari mulut tama yang jarang bicara itu membuat kiara spontan menoleh, matanya berkaca kaca sungguh dia tak ingin lemah, tapi hormon kehamilanya membuatnya sangat cengeng " kakak nggak pernah ngerasaain jadi aku, aku bukan egois kak, hanya saja aku nggak mau jadi beban, aib " kiara menunduk sembari mengusap perutnya yang mulai membuncit " kakak tau sendiri kan aku hamil kak, aku nggak mau membuat mama papa malu " katanya sembari menunduk demi menyembunyikan dirinya yang lemah.

" dan ayah dari bayi itu juga merasa kehilangan ra, dia bahkan sangat terpukul, kalian sama sama terluka ra ".

Kiara menatap tama reflek, apakah kakak tingkatnya tau bahwa yang menghamilinya ada sahabatnya, sungguh dia merasa malu sekarang " ka—kak tau? " tanyanya sedikit terbata, tama mengangguk singkat.

" aku tau semuanya ra, jadi sebaiknya kamu kembali " .

" nggak " hampir saja kiara berteriak kencang " aku nggak mau menghancurkan hubungan kak zero sama orang yang dicintainya, biarkan seperti ini, aku sanggup kok menjaga anak aku sendiri " balas kia sembari menelan ludahnya yang terasa sulit, tak memperdulikan tama yang menggeleng tak habis fikir.

" lagipula dia hadir karna kesalahan, dia hadir karna sikap murahanku " lanjutnya lirih terselip nada masam dikatanya.

" kamu bilang membiarkan zero hidup bahagia dengan orang yang dicintainya" nada bicara tama terdengar mencemooh membuat kiara menatap laki laki didepannya polos, namun dia masih bungkam " kamu pikir siapa yang dicintai laki laki bodoh itu hM..?? " pertanyaan rama seolah mengejek namun kiara berusaha tak terluka dengan kata kata sarkasme kakak tingkatnya itu.

" tentu saja tunangannya, siapa lagi " balas kia sembari membuang muka.

Lagi lagi tama terseyum aneh " baiklah kita buktikan ".

Kiara memandang tama aneh, laki laki itu mengotak atik ponselnya sejenak lalu terdengan sambungan jelas sekali tama tengah berusaha menghubungi seseorang, seakan sadar apa yang akan dilakukan tama reflek kiara merebut ponsel itu sebelum sambungan terhubung.

Short storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang