TMA | Part 8

10 1 0
                                    

Take Me Away •

Happy reading..

Sudah 2 minggu Bian koma. Keadaan lelaki itu tidak menunjukkan kemajuan sama sekali. Membuat semua keluarganya terpuruk, Mamanya jatuh sakit beberapa hari yang lalu. Tubuhnya demam dan selalu menggumamkan nama Bian.

Tidak ada yang menemani Bian setiap harinya kecuali Sheva. Karena papanya sibuk bekerja dan Rania mengurus mamanya.

Gadis itu selalu menemani Bian saat pulang sekolah hingga larut malam. Dan hal itu tentu mengundang amukan dari sang papa. Papanya itu mengira jika Sheva keluyuran. Seperti malam ini, Sheva baru pulang jam 9 malam. Saat tiba di rumah dia melihat mobil papanya terparkir disana. Dirinya bergegas masuk berharap semoga tidak bertemu papanya.

"Dari mana saja kamu!" bentak papanya saat Sheva baru saja melangkahkan masuk.
"Papa" ucap Sheva terkejut karena bentakan papanya.
"Dasar tidak tau diuntung! Gara-gara kamu putra saya kecelakaan dan sekarang istri saya sakit! Kamu benar-benar anak pembawa sial!" ungkapnya penuh penekanan.
"Pa Sheva gak berma..."

Plak!
Ucapan Sheva terpotong karena tamparan papanya. Ini sudah kesekian kalinya ia terima, tapi kenapa rasanya masih saja sakit.
"Jangan panggil saya seperti itu! Anak saya hanya Bian dan Rania!" sembur Edwin sebelum pergi meninggalkan Sheva yang memukul-mukul dadanya yang sakit.

"Ya ampun non Sheva kenapa? Itu dadanya jangan dipukul-pukul non" ucap panik seseorang. Dia ART di rumah Sheva, Bi Sum namanya.
"Sakit bibi" isak Sheva yang masih memukul dadanya.
"Non Sheva sabar ya" kata Bi Sum merasa iba melihat keadaan Sheva belakangan ini. Biasanya dia melihat Sheva yang ceria tidak seperti akhir-akhir ini, mata hitam bulat itu selalu menampakkan kesedihan.

Sheva beranjak ke kamar, dia lelah ingin beristirahat. Setelah menutup pintu Dia memilih ke kamar mandi untuk menyegarkan dirinya. Tubuhnya sangat lelah belakangan ini. Dia juga merasa heran kenapa tubuhnya cepat sekali lelah.

Selesai mandi dia menghempaskan tubuhnya ke kasur. Matanya menatap ke atas memandang langit kamar. Masalah yang terjadi belakangan ini berkecamuk di kepalanya.

Ting!
Kenan
Udah tidur?

Sheva
Belum

Sheva mengernyit heran Kenan sudah membaca chatnya tapi kenapa belum dibalas. Hingga suara telepon terdengar, ah rupanya Kenan hendak meneleponnya.

"Aku kangen Sheva" rengek Kenan.
Sheva terkekeh, dia tak bisa membayangkan raut Kenan saat berbicara seperti itu, "Tadi udah ketemu kan di sekolah" jawabnya.
"Iya sih tapi tetep aja aku kangen" ucap Kenan masih dengan rengekannya. "Kamu udah makan hm?" lanjutnya.
"Emm iya udah tadi di kantin rumah sakit" jawab Sheva sepenuhnya bohong. Karena tadi di rumah sakit dirinya langsung menuju ke kamar inap Bian.

"Tidur gih udah malem" ucap Kenan.
"Iya kamu juga tidur ini udah malem, jangan keluyuran".
"Iya sayang" jawab Kenan terkekeh.

Setelahnya telepon dimatikan, Sheva membenarkan posisi tidurnya.

***

Jam menunjukkan pukul 06.30 pagi dan Sheva sudah siap dengan seragam sekolahnya. Setelah memastikan isi tas sekolahnya dia beranjak turun menuju meja makan.

Disana dia melihat keluarganya sedang sarapan, ia melihat mamanya yang sedang menerima suapan bubur dari Rania.

Sheva mendekat dia menarik kursi hendak duduk, tapi suara bariton sang papa menghentikannya.

"Ngapain kamu disini?" tanyanya dengan tatapan tajam.
"Sheva mau sarapan pa" ucap Sheva.
"Saya tidak sudi makan dengan anak pembawa sial seperti kamu! Pergi kamu dari sini!" bentak papanya.
"I-iya" cicitnya.

Rania memandang sinis Sheva, dia sangat ingin Sheva menghilang dari hadapannya atau bahkan dari dunia ini. Dia ingin memiliki Kenan, tapi sialnya Kenan lebih memilih Sheva. Sudah tidak ada lagi rasa sayang Rania kepada kakaknya setelah kecelakaan itu, dirinya sangat membenci Sheva.

Saat Sheva beranjak pergi perkataan mamanya membuatnya diam seketika.
"Jauhi Kenan Sheva! Dia milik Rania!" ucapnya penuh penekanan.

Sheva diam dia tidak tau harus membalas apa. Hatinya tercubit mendengar mamanya mengatakan hal itu. Tidak salah dengarkah dia saat mamanya mengatakan bahwa Kenan milik Rania.

Dia memutuskan untuk pergi tanpa menjawab ucapan sang mama. "Sheva berangkat duluan ma pa" ucap Sheva yang hendak mencium tangan sang papa namun ditolak, begitu juga saat tangannya menyentuh tangan sang mama yang langsung di tepis kasar.

Sheva tersenyum kemudian melangkah pergi dari meja makan menuju pintu depan. Saat membuka pintu dia melihat Kenan yang baru saja tiba di depan pagar rumahnya. Dia menghampiri Kenan dengan senyuman.

"Selamat pagi Kenan" sapanya hangat dengan senyum yang merekah.
"Selamat pagi juga Sheva" jawaban tak kalah hangat dari Kenan seraya mengacak gemas rambut kekasihnya.
"Kenan udah sarapan?" tanya Sheva.
"Udah. Kamu udah sarapan?" jawab Kenan balik bertanya.
"Udah kok. Yaudah ayok berangkat udah siang" ajak Sheva.

Di perjalanan menuju sekolah Kenan merasa ada yang mengikutinya sejak tadi. Dia merasa asing dengan sebuah motor yang mengikutinya itu. Seingatnya dia tidak mempunyai teman dengan motor ninja berwarna merah.

Kegelisahan Kenan dirasakan oleh Sheva, "Ken kamu kenapa?" tanyanya.

Kenan tersentak dengan pertanyaan kekasihnya itu, "Gapapa" jawabnya singkat. Saat ini dia ingin segera tiba di sekolah. Bukan takut kepada orang yang masih mengikutinya itu. Tapi dia tidak mau jika terjadi apa-apa dengan Sheva.

Kenan melajukan motornya dengan cepat membuat Sheva terkejut dan menabrak bahu lebar Kenan. Dia memejamkan matanya untuk menghalau rasa takut itu.

Saat memasuki gerbang sekolah barulah Kenan memperlambat laju motornya. Sheva takut sekali saat ini tangannya gemetar.

Kenan turun dari motornya memperhatikan Sheva yang masih memejamkan mata. Sial dia kelepasan lagi, kekasihnya pasti ketakutan tadi.

"Sheva" panggil Kenan lembut.
Perlahan Sheva membuka matanya, "Kenan aku takut" cicitnya.
"Maaf Sheva maaf" ucap Kenan menggenggam tangan Sheva.
"Jangan gitu lagi Ken bahaya" tutur Sheva.
"Iya sayang aku minta maaf. Ayo masuk ke kelas. Udah rame disini, aku gak suka" ujar Kenan.

Perjalanan menuju kelas terasa sangat lama bagi Sheva. Bagaimana tidak jika seisi koridor terus saja memandangnya sinis. Belum lagi ucapan-ucapan beberapa orang yang menyesakkan.

"Ih Kenan kok mau sih pacaran sama anak pembawa sial kayak dia. Denger-denger kakaknya koma loh sampai sekarang dan itu gara-gara dia" seloroh gadis berambut panjang.
"Palingan dia kasih badannya secara cuma-cuma makanya Kenan mau" sahut gadis lainnya.

Kenan hendak berbalik badan tapi Sheva mencekal tangannya, "Udah gak usah diladenin biarin aja Ken".

Kenan dan Sheva melanjutkan jalannya menuju kelas, dia sudah melihat Vina tengah membaca novelnya.

"Belajar yang rajin ya sayang" ucap Kenan tersenyum menatap Sheva.
"Kamu juga, jangan bolos sama Samudra" tuturnya dengan wajah dibuat garang diakhir kalimat.
"Iya aku gak bolos kok" jawab Kenan, ah rasanya dia gemas melihat wajah sok garang kekasihnya itu. "Yaudah kamu masuk gih, aku ke kelas dulu. Selamat belajar sayang" lanjutnya.

Sheva tersenyum dengan sikap manis Kenan yang membuat beberapa teman sekelasnya terpekik. Kenan adalah milik Sheva, dia tidak akan melepaskan Kenan untuk siapapun itu.

Yeay update guys, semoga kalian suka🤗❤.

Take Me AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang