"Meski tubuh jasmanimu telah gugur mengikuti musim, tapi rohmu tetap dapat tumbuh subur dan menyebarkan berkat."
.
.
.
"Kita sudah sampai."
Begitu ingin membuka mata, indra penglihatannya terserang oleh cahaya yang sangat terang hingga matanya tak bisa terbuka dengan sempurna. Penyesuaian cahaya tak memakan waktu lama, dan Aira terbelalak melihat kerajaan megah yang berkilauan.
Angin berhembus lembut membuat surai pirang sepunggungnya menari, namun atensinya tetap pada detail bangunan kerajaan, seperti berlapis emas.
"Ayo, masuk ke dalam, dan aku akan memberitahu segalanya."
Aira masih kagum dengan detail bangunan istana. Furnitur-furnitur di dalam tergolong sederhana namun sangat memanjakan mata. Dunia fantasi ini belum pernah dipikirkannya.
Wanita tadi berhenti di depan sepasang meja dan kursi megah. Sepertinya ini adalah ruangan inti. Surai pirang sang wanita tak kalah berkilau, bahkan terus mengeluarkan kerlap-kerlip aura sepanjang waktu.
"Jadi, Shiratori-chan, ini adalah duniamu sekarang," ujarnya sambil tersenyum lembut. Aira tampak bingung, sebelum memasang posisi membungkuk hormat.
Alis sang wanita sedikit turun, "Tidak, tidak, kau tidak perlu berbuat seperti itu. Aku bukanlah ratu atau tuan putri, aku hanyalah orang yang ditunjuk sebagai pemimpin dunia ini."
"Pemimpin?"
"Benar," Sepasang iris biru menatap Aira dengan yakin. "Tak lebih dari ketua OSIS di sekolah."
Aira terkejut, "Anda tahu OSIS?"
"Fufu, bukankah kita semua adalah manusia biasa yang telah mati dan bersemanyam di sini? Bahkan, aku dulu menjadi sosok tak bersayap lebih lama dari semua yang berada di sini."
Wanita itu berdiri dan berjalan mendekati Aira. "Jika jiwa dan hatimu suci, kau akan ditempatkan di surga. Sebaliknya, jika kau pernah berbuat, atau dasarnya suka berbuat dosa yang tak akan bisa diampuni, kau akan ditempatkan di negeri kegelapan, neraka."
"Negeri itu hampa, tidak ada cahaya, tidak ada harapan. Semua roh di sana hidup dalam penderitaan, sebagai bayaran dari perbuatan kotornya semasa hidup. Roh-roh neraka yang iri pada kehidupan kami, menyerang kami ribuan kali dalam seratus tahun entah itu secara kecil atau besar-besaran, membuat kedua negeri ini tampak seperti musuh abadi. Ah, Shiratori-chan, 'sayap'mu sudah tiba."
Derap langkah kaki terdengar dari ujung ruangan, hingga terlihat sosok pemuda di mata Aira.
'S–sayapnya laki-laki?!'
Manik lavendernya menyorot tajam kepada wanita tadi, sebelum terkunci pada Aira. Pemuda itu menghela nafas.
"Inilah sayapmu. Sayap, ini adalah malaikat yang merupakan tanggung jawabmu sampai akhir hidupmu."
Nyali Aira masih menciut akibat lirikan tajam dari sang 'sayap'. Namun....
'Pemuda cantik!! Rambutnya pink seperti gulali, dan sepertinya usia kami tidak jauh!'
Aira salfok pada keimutan wajahnya.
Sang wanita terkekeh melihat reaksi Aira. "Reaksimu berada di luar dugaanku. Ah, jika kau bertanya tentang roh 'sayap', mereka adalah roh manusia yang ditunjuk secara khusus karena semesta beranggapan mereka memiliki aura yang istimewa. Saat mati, mereka harus tinggal di surga sebagai sayap."
"Oh, begitu ... Berarti mereka memegang kekuatan malaikat?"
"Iya, semua kekuatanmu ada di sayap."
Senyum Aira merekah dengan semangat. Ia melangkah kecil ke arah sang sayap, menggapai kedua tangan dan menggenggamnya. "Salam kenal dan mohon bantuannya~!"
Sambutan hangat itu tidak dibalas dengan indah. "Eh? Ah ... hum," dan hanya anggukan kecil yang didapat Aira, setelah itu genggamannya dilepas. Sang wanita yang menyaksikannya menyela dengan sedikit tekanan. "Kau tidak boleh seperti itu pada tuanmu. Kau harus menyambutnya dengan sedemikian rupa seperti yang diperbuatnya kepadamu."
"Jika Ia tak menuntutku, maka daku tak perlu berbuat seperti itu."
"Tapi sama saja, seharusnya kau hormat sedikit. Status kalian berbeda. Kalau seperti ini, kau lebih pantas berada di neraka."
"Sebenarnya daku memang lebih memilih untuk ke neraka, namun hal itu menghalangiku hingga daku berakhir di sini."
Sang wanita memijat pelipisnya, pening. Perdebatan tak akan mengakhiri masalah, maka dari itu Ia lebih memilih tutup mulut dan kembali fokus kepada Aira. "Maaf ya, Shiratori-chan, kau mendapat sayap yang sifatnya sedikit lain dari yang lain."
"Tidak apa-apa, aku akan senang jika Ia mau bersamaku." balas Aira sembari menggenggam kembali tangan sang sayap. "Karena aku sudah menantikannya dari tadi, er...." ucapan Aira terjeda, raut wajahnya menampakkan kebingungan. Lawan bicaranya terkekeh.
"Ahaha, tampaknya kau kebingungan bagaimana dan dengan apa kau memanggilku. Baiklah, namaku Tenshouin Eichi, kau bebas memanggilku dengan informal karena seperti yang kubilang sebelumnya, aku bukanlah seorang putri maupun ratu."
"Tapi, itu akan terkesan tidak sopan...."
"Tidak sopan? Aku mengizinkanmu untuk memanggilku dengan cara seperti itu, jadi boleh kan?" kata Eichi sambil memiringkan kepalanya. Kemudian Eichi berpikir, kira-kira panggilan seperti apa yang akan membuat Aira nyaman?
"Ah, bagaimana kalau panggil saja aku seperti kau memanggil seorang kakak? Sedari melihatmu untuk pertama kalinya, aku ingin memosisikanmu di posisi spesial yang tak akan mampu diraih oleh malaikat biasa. Aku ingin kau menjadi adikku sekaligus temanku."
Gadis pirang itu menganga karena terlampau syok. "E—eh?! A—aku ... aku merasa sangat terhormat! K—kalau begitu, Eichi nee-sama, b—bagaimana...?"
Eichi tersenyum senang. Sosok anggunnya mengangguk. "Kalian bisa keluar sekarang. Tugas yang pertama akan datang saat menjelang senja."
KAMU SEDANG MEMBACA
twilight's reverie › kohaku x fem! aira
Short Story"Sebuah lamunan senja yang merubah semuanya." Laksana daun kering yang telah gugur, kematian yang tak diharapkan membawanya untuk menjadi malaikat pemupuk berkat. Namun, 'sayap' yang didapatkannya memiliki roh dan jiwanya sendiri, masa lalu dan pera...