[8]

1.7K 476 42
                                    

Haruto menyesap tea kotaknya sembari duduk di bawah pohon rindang. Hari masih sore, jadi tidak terlalu panas ataupun dingin. Haruto sedang menunggu kedatangan Junghwan, bocah itu menyuruhnya untuk ke mari, padahal Haruto malas.

"Ada bocah ilang."

"Bacot."

Junghwan tertawa lalu turun dari sepedanya dan menghampiri Haruto.

"Bawa petasan gak?"

"Gak, ngapain? Bawanya cola doang."

Haruto mengangguk saja lalu membuang tea kotaknya sembarangan. Junghwan meliriknya, banjir, gue lempar lo ke got.

"Gue mau takutin pembunuhnya pakai petasan."

"Lo pikir dia bocah? Gak mungkin takut lah."

Haruto menggelengkan kepala. "Ralat, maksud gue ngagetin."

"Tapi sejujurnya gue belum percaya elo." Haruto menatap Junghwan tak mengerti, Junghwan terkekeh, "Bisa aja lo pelakunya tapi ngajak gue kerja sama supaya kebusukan lo ketutup."

Kedua alis Haruto menukik tak suka. "Ngapain coba gue bunuh temen sendiri? Gak guna tahu," ujarnya lalu berdecih.

"Buktinya ada tuh yang bunuh temen sendiri." Junghwan memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana. "Gue sih nyesek ya kalau sampai dibunuh temen sendiri."

"Apalagi kalau dibunuhnya ditusuk temen sendiri," timpal Haruto, Junghwan tertawa.

"Jadi gak ke rumah Kak Hyunsuk? Dia dugaan pertama gue."

Junghwan menggeleng. "Gak ah, lo aja. Yang penting gue udah bawain yang lo mau," tolaknya kemudian menyerahkan kantong plastik hitam.

"Kok gak sih? Kan ini rencana kita, kita, bukan gue doang," sungut Haruto sebal.

"Gue takut, kalau dugaan kita salah paling berakhir dengan salah paham doang. Tapi gimana kalau bener, nyawa kita bisa dalam bahaya tahu," balas Junghwan agak kesal, bisa-bisanya Haruto santai.

Haruto mendesis, "tapi kalau gak pernah coba kita gak akan tahu."

"Ya lo aja sana yang nyoba, gue gak mau."

Junghwan berbalik membelakangi Haruto dan berjalan ke arah sepedanya. "Gue udah pikirin ini baik-baik dari semalem, dan.. kayaknya bener kata Kak Junkyu. Gue gak boleh terlibat kalau emang gak tahu apa-apa," ujarnya tanpa mengalihkan pandangan lalu menaiki sepedanya.

"Gue duluan."

Dan pergilah Junghwan. Haruto menghela napasnya, kalau begini usahanya akan sia-sia dong...




















































































































































"Lo juga berpikir yang sama kan sama gue?"

"Iya sih.. gue juga bingung kenapa Kak Yedam coba nutupin. Ngapain kita harus tunggu salah satu dari kita mati dulu baru bisa tahu kalau pelakunya itu salah satu dari kita? Bukannya itu malah mancing si pembunuh?"

"Gue juga mikir begitu.. tapi karena katanya dia yang paling pinter di antara kita sih.. jadi gue gak bisa apa-apa."

"Jeongwoo, lo.. curiga ke siapa?"

Friends | Treasure ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang