C H A P T E R 2

69 14 13
                                    

06.00, Mansion keluarga Costa

Pagi yang cerah menyapa Lucas dari tidur yang sangat tidak nyaman. Bagaimana tidak? Dia ketiduran di ruangan kerja yang ada di mansion Sialan ini setelah bekerja semalaman.

Setelah mencoba menyesuaikan mata dengan cahaya disekitarnya, dia meraih gelas yang berisi air mineral dan membuka simpul dasinya yang sudah tidak beraturan yang terasa menyekik lehernya

prakkk

Tiba-tiba Lucas melemparkan gelas tersebut, setelah meneguk habis airnya. Ntah mengapa sekelebat memori tentang Mama nya lewat begitu saja. Hatinya berdenyut nyeri setiap kali mengingat kejadian yang merenggut nyawa Mama nya.

Lucas menahan nafas, mencoba mengontrol amarahnya yang sudah memuncak.
"Ahh Sialan, Saya pengen tau Bajingan mana yang berani membunuh Mama," Ucapnya dengan wajah yang mengeras dan air mata yang jatuh tanpa dia sadari

"Saya ingin dia mati dengan tubuh yang hancur dan tidak terbentuk, Jantung yang dicopot dan akan jadi barang koleksi terbarunya di etalase ruang rahasia ku, tangan dan kaki yang di potong dadu, dan tidak lupa dengan 20 jarinya yang akan saya jadikan aksesoris kalung, saya pastikan juga ususnya jadi tali tas disini," Gumam nya dengan penuh tekanan dan senyum smirk nya

Setelah mampu sedikit mengendalikan amarahnya, ia bangkit dari meja kerjanyanya dan mulai berjalan memasuki toilet untuk bersiap-siap melewati satu hari yang sangat lelah.

***

"Anda mau berapa?," Tanya Michael, ayah Lucas. Yang sedang bernegoisasi dengan orang diseberang telepon.

"Bagaimana jika 800 buah" Jawab seseorang yang ada di sebrang sana.

"Baiklah," Jawab Michael lalu menutup telepon tersebut setelah ia menyadari kehadiran anaknya, Lucas.

"Oh, sudah datang?" Tanya Michael yang tidak pernah direspon oleh Lucas, ia menganggap itu pertanyaan konyol yang sangat tidak penting. Apa matanya buta?

Michael menghembus kan nafas, ia sudah tau kalau anaknya yang satu ini memang tidak menyukai dirinya setelah kejadian beberapa tahun yang lalu.

"Apa tujuan anda memanggil saya?" Tanya Lucas to the point.
"Silahkan duduk dulu Lucas," Suruh Michael, namun lagi-lagi diabaikan oleh Lucas

"Baiklah, langsung to the point saja. Besok adikmu Arash akan pulang dari USA, dan untuk sementara akan menjadi asistenmu di perusahaan" Tutur Michael

Lucas langsung terdiam, sibuk dengan pikirannya sendiri. Bagaimana nanti jika Arash mengetahui sifat asli dirinya? Dan ayah nya? Apakah nanti dia akan bertahan dengan keluarga ini?

Setelah lama terdiam, Lucas akhirnya membuka suara.
"Saya tidak butuh asisten," Ucap Lucas dengan muka datar dan suara tegasnya
"Tidak ada pilihan Lucas," Jawab Michael spontan.

"Saya tetap tidak mau Mr.Costa!" Tolak Lucas lagi tapi kali ini dengan penuh tekanan.

Michael sudah bingung dengan pikiran Lucas kali ini, apa yang membuat dirinya tidak dapat menerima adiknya Arash, Jadi asistennya

"Berikan saya alasannya?" Tanya Michael.

"Karena tempatnya bukan di keluarga seperti ini. Apalagi didalam lingkup didikan atau bahkan perusahaanmu. Dan satu lagi, jangan pernah kau paksa dia untuk kembali kesini hanya untuk kau jadikan korban kekejianmu dan untuk matamu yang gelap harta itu." Jawab Lucas lalu berjalan menuju keluar dan membanting pintu ruangan tersebut.

Yang Lucas pikirkan hanya kesejahteraan hidup adiknya. Lucas tidak ingin adiknya menjadi seperti dirinya. Berada dibawah pengaruh dan didikan Michael hanya akan memperburuk kehidupan Arash. Lucas selalu berusaha menjauhkan Arash dari sang Ayah dan membuatnya sekolah jauh agar mendapat pendidikan yang bagus dan bisa hidup tanpa bantuan sang Ayah.

The psycho CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang