Aimee membuka kulkas apartment nya dengan semangat. Berharap menemukan suatu makanan yang setidaknya bisa mengganjal perut walau untuk sementara.
Aimee melongo, ketika dilihatnya kulkas kosong melompong. Hanya tersisa sebotol air mineral dan sebuah tomat yang bahkan telah membusuk.
Aimee membuang tomat itu ke tong sampah terdekat lalu berjalan ke arah telfon apartment yang tergantung di dindinding antara pintu kamarnya dan pintu kamar ayahnya.
Aimee menempelkan gagang telfon ke telinga kirinya, sedangkan tangan kanan sibuk menekan nomor telfon yang akan dituju.
"Ya, sayang?" Sapa Ayahnya dari seberang sana. Aimee memutar bola matanya jengkel.
"Yah, aku ga bisa habis pikir. Kok kulkas apartment ayah bisa bener-bener kosong kaya gitu?" Tanya Aimee.
"Oh iya. Ayah lupa buat belanja bulanan" jawabnya. "Gimana kalo kamu aja yang belanja?"
"Gimana kalo ayah aja yang mulai nyari pendamping hidup?" Tanya Aimee balik. Ayahnya terdiam di seberang sana, lalu menghela napas berat. "Yah, aku pengen Ayah ada yang ngurusin, ada yang perhatiin, ada yang ngerawat. Ayah ga bisa kaya gini terus"
"Nanti biar ayah suruh asisten ayah buat belanja isi kulkas. Kamu makan diluar dulu aja ya" Ucap Ayah Aimee mengalihkan pembicaraan. Aimee menghela napas sebentar.
"Biar Aimee aja yang belanja"
-----
Zeroun tengah duduk di sofanya dengan nyaman. Kedua matanya menatap lekat ke psp yang telah dianggapnya sebagai sahabat. Jari-jari tangannya sibuk menekan tombol-tombol yang tersedia.
"Zero" suara wanita paruh baya memanggilnya dari lantai atas. Walaupun Zeroun dapat mendengarnya dengan jelas, tapi cowo itu malah tak bergeming untuk menyahut panggilan sang Bunda dan tetap sibuk dengan psp nya.
"Zero!" Bunda nya lagi-lagi memanggil. Kali ini suaranya terdengar lebih dekat.
"Hmm?" Jawab Zeroun tetap fokus ke permainannya. Lalu tiba-tiba psp nya direbut oleh Bunda yang tengah menatapnya garang.
"Apaan sih, Bun?" Tanya Zeroun jengkel.
"Tolong beliin Bunda buah-buahan. Bunda nanti malem mau kedatengan temen nih" suruh Bunda Zeroun.
"Males, Bun" jawab Zeroun seenaknya sambil menyenderkan tubuhnya ke sofa ruang keluarga.
"Oke. Ninja kamu Bunda gadai ya" ancam Bunda Zeroun lalu mulai melangkah menuju tangga kembali. Seketika Zeroun langsung berdiri dari duduknya dan mengambil kunci mobil Bundanya yang tadi sempat Bunda Zeroun letakkan saat menyuruhnya berbelanja.
"Zero berangkat" pamit Zeroun yang membuat Bundanya cekikikan dilantai atas.
------
Zero sibuk men scrolldown handphone touchscreen nya dengan seksama. Melihat daftar belanja yang sempat Bunda kirim saat dalam perjalanan. Semua telah lengkap, tinggal satu buah lagi yang belum Zeroun ambil. Apel hijau.
Ia memang sengaja mengambilnya paling akhir karena memang letaknya paling ujung.
Dengan malas Zeroun menggiring trolinya yang sudah penuh akan buah-buahan menuju ke tempat dimana apel hijau berada.
Dari kejauhan Zeroun dapat melihat rak-rak yang penuh dengan apel berwarna hijau. Ada seorang gadis berbaju biru muda yang juga tengah memilih apel hijau.
Saat jarak Zeroun dan gadis itu cukup dekat, tiba-tiba kantong plastik yang dipegang gadis itu sebagai tempat apel hijau pilihannya terlepas dari tangan. Apel apel yang telah dipilihnya pun terjatuh dan bergelinding kemana-mana.
Gadis itu sibuk memunggutnya dan meletakkan kembali ke kantong belanjaan tadi. Ketika semua apel telah di masukkan kembali, gadis itu berjalan kearah Zeroun yang tengah mengambil apel hijau milik gadis itu yang bergelinding tepat didepan kakinya.
"Makasih" gadis itu tersenyum manis sambil berterima kasih saat Zeroun memberikan apel hijau miliknya.
Bukannya membalas Zeroun malah terdiam ditempatnya, terpesona akan senyuman gadis itu. Terjatuh akan kedua mata coklat gadis itu. Terhanyut dalam suara lembut gadis itu.
Zeroun masih terbengong ditempatnya walaupun gadis itu telah hilang dari pandangannya. Zeroun tersentak dan melihat keseliling, tapi tak menemukan gadis itu sama sekali.
Zeroun kini tahu,
Apa itu jatuh cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
200%
Teen FictionKetika suatu saat kau bertanya, "Apakah kau yakin kau benar-benar mencintaiku?" Aku hanya perlu menjawab, "200%" Ya, kan?