ganteng

370 98 28
                                    

"pakde Didit! pakde Didit! tok tok tok!" teriak Julian saat mereka sampai di depan rumah pakde Didit, padahal dia bisa saja mengetuk pintu, tetapi lebih memilih untuk berteriak, Jendral yang melihat itu hanya tersenyum geli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"pakde Didit! pakde Didit! tok tok tok!" teriak Julian saat mereka sampai di depan rumah pakde Didit, padahal dia bisa saja mengetuk pintu, tetapi lebih memilih untuk berteriak, Jendral yang melihat itu hanya tersenyum geli.

tak lama pintu pun terbuka, menampakkan figur pakde Didit, "kenapa to, Ju? berisik banget lho kamu tuh, nanti tetangga yang lain kebisingan." kata pakde sembari menggunakan kacamatanya.

Julian menunjuk Jendral yang berdiri di sebelahnya, "ini lho, aku nganterin keponakan mu." jawabnya.

"oalah, Jendral? walah sudah besar ya sekarang, ayo masuk masuk." tanpa menunggu lama akhirnya Jendral melangkah masuk ke dalam rumah pakde.

"Ju, mau kemana? gak mampir dulu ta?" tanya pakde saat melihat Juju yang sudah bersiap pergi dengan sepedanya.

Julian menggeleng, "ndak wes, aku ada urusan penting, pergi dulu ya pakde, mas Jendral." pamit Julian sebelum akhirnya mengayuh cepat sepedanya.

pakde menggeleng, "bocah sekarang kok kayaknya sok sibuk sekali, palingan juga main disawah."

apa yang dikatakan pakde Didit tidak sepenuhnya salah, karena memang tujuan Julian adalah lapangan dekat sawah.

cukup lama mengayuh, akhirnya Julian sampai ke tempat tujuannya, "lha, ini ndak yang daritadi di omongin." kata salah seorang temannya, Damar.

"ada apa to?" tanya Julian begitu turun dari sepedanya.

"siapa cowo yang bareng kamu tadi?" tanya Damar lagi. saat akan pergi menuju lapangan tadi, Damar dan Shaka tidak sengaja melihat Julian yang tengah berjalan bersama Jendral.

mulut Julian membentuk huruf o, "itu lho, dia keponakannya pakde Didit. tadi ndak sengaja ketemu, trus minta tolong antar ke rumah pakde." jelas Julian.

Damar mengangguk, "ganteng yo keponakannya pakde." puji Damar.

Shaka yang mendengar itu segera bangkit dari duduknya, "tapi masih ganteng aku to, dek?" tanya Shaka.

"jangan bandingin dia sama kamu, yo jelas beda to, gantengan dia." jawab Damar yang membuat Shaka galau saat itu juga.

Julian mendengus kecil, "kalian kalo mau berantem sekarang aja, mumpung lagi di lapangan juga, aku tak pulang wae." katanya.

"kamu jadi temen kok gak perhatian blas, aku lho lagi galau gara-gara si cowo sok ganteng yang bareng kamu tadi." kata Shaka dengan ekspresi yang dibuat sedih.

"namanya mas Jendral, setuju sih aku sama Damar, memang dia ganteng kok." bela Julian.

Shaka merotasikan matanya, "wes wes, ndak kamu, ndak dek Damar sama aja. tak aku wae yang pulang." kata Shaka dengan menaiki sepeda milik Julian.

"HEH, SEPEDAKU MAU MBOK BAWA KEMANA." teriak Julian saat melihat sepedanya 'dicuri' oleh Shaka.

Julian menatap Damar kesal, "kenapa kamu?" tanya Damar saat sadar dirinya tengah ditatap oleh Julian.

"sepedaku gimana?" tanya Julian dengan nada kesal.

"ya kok tanya aku, yang bawa sepedamu lho mas Shaka." kata Damar tak acuh.

Julian menggeram, "pasangan sinting, bikin darah tinggi mulu." jika saja Julian tidak mengingat fakta bahwa Damar lebih tua darinya, maka dia tidak akan segan untuk memukulnya.

"Juli, mau kemana? ikut!" teriak Damar saat melihat Julian yang berjalan pergi dari lapangan.

"jangan panggil aku Juli!" teriak Julian.

"kok tumben kamu liburan ke desa, apa ndak betah lagi di kota? mau pindah ta ke desa?" tanya pakde diselingi tawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"kok tumben kamu liburan ke desa, apa ndak betah lagi di kota? mau pindah ta ke desa?" tanya pakde diselingi tawa.

Jendral tersenyum, "gak kok pakde, cuma lagi pengen aja liburan ke desa, udah lama juga gak kesini." jawabnya.

sebenarnya Jendral sendiri juga bingung, dorongan apa yang membuatnya mau berlibur ke desa sendirian seperti ini, ah, mungkin hanya karena dia merasa bosan selalu menghabiskan liburan dengan berdiam diri di rumah. iya, pasti karena itu.

"kamu kalo mau keliling desa bisa tak panggilkan Haris atau Juju biar bisa nemenin kamu." kata pakde setelah menyeruput kopi hitamnya.

"gak usah pakde, ngerepotin malahan, nanti biar Jendral keliling sendiri, lagian aku masih inget kok jalan-jalan sekitar sini." tolak Jendral.

pakde mengangguk, "yowes, pokoknya kalo butuh apa-apa bilang aja lho ya, gak usah sungkan kayak sama siapa aja." katanya.

"iya pakde." jawabnya.

new character unlocked 🔓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

new character unlocked 🔓

new character unlocked 🔓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
friday i'm in love, woohwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang