bareng

324 87 45
                                    

"nang, tolong anterkan rantang di atas meja itu ke pakde Didit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"nang, tolong anterkan rantang di atas meja itu ke pakde Didit." kata ibu sedikit berteriak dari arah dapur, sebagai anak yang rajin tentu saja Julian segera melakukan apa yang ibu ucapan barusan.

saat tiba di depan rumahnya, bisa Julian lihat pakde Didit yang sedang duduk di teras ditemani secangkir kopi dan beberapa gorengan, "ada apa Ju, pagi-pagi kok udah kesini?" tanya pakde yang melihat Julian sedang turun dari sepedanya.

Julian dengan segera memberikan rantang tadi ke pakde, "ini lho mau nganterin titipannya ibuk." katanya.

"wealah, tinggal dibalekno kok ya pake diisi segala, makasih lho Ju." kata pakde setelah menerima rantang tersebut.

tak lama setelah percakapan itu, Jendral keluar, "mau kemana mas, kok udah rapi jam segini?" tanya Julian.

Jendral tersenyum sembari menatap Julian, "cuma mau keliling desa, mumpung masih pagi, jadi udaranya masih seger." jawab Jendral.

Julian mengangguk, "mau tak temenin ta? kebetulan habis ini aku mau main ke lapangan." kata Julian.

Jendral nampak berpikir sebelum akhirnya mengangguk, "boleh deh, biar gak sendirian juga." balas Jendral, "yowes, pakde kita pamit dulu yo." pamit Julian yang dijawab anggukan oleh pakde.

selama perjalanan, Jendral dan Julian tidak henti-hentinya menarik atensi semua orang di jalan, mungkin mereka merasa gemas saat melihat kedua pemuda itu sedang bergoncengan naik sepeda.

sedari tadi Jendral dan Julian pun bisa mendengar bisikan-bisikan dari orang sekitar yang mengatakan mereka lucu, cocok, dan lainnya, tentu hal itu membuat mereka tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

Julian yang malu hanya bisa mengeratkan pegangannya pada baju Jendral sembari menyembunyikan wajahnya di balik punggung gagah itu.

Jendral terkikik gemas dibuatnya, "malu ya?" tanya nya yang dibalas anggukan oleh Julian, bahkan untuk sekedar mengeluarkan suara saja dia malu.

"Ju, jangan diem aja dong, ini kan gua gak hapal jalan ke lapangan." katanya, dengan segera Julian memukul pelan kepalanya, "haduh maaf mas Jendral, aku lupa saking malunya tadi." jawabnya.

"habis ini belok kiri mentok, nanti kan kelihatan lapangannya." kata Julian.

"walah, lihaten dek, ada yang bawa pacar baru." kata Shaka yang melihat Julian datang bersama Jendral.

Julian turun dan segera memukul lengan Shaka, "ngawur kamu, pacar apanya." katanya.

Damar sedari tadi terdiam sembari menatap Jendral lekat, "heh dek! matanya itu lho, wong ya ada pacarmu disini kok lirik-lirik cowo lain." kata Shaka.

"ada orang ganteng, sayang kalo ndak dilihat, mubazir." jawab Damar, "wes wes, salahmu pokoke nak aku sampe putus sama dek Damar." kata Shaka sembari menatap tajam Jendral.

yang ditatap hanya menampilkan senyum kikuk, Damar merotasikan matanya, "opo sih kamu ini, ndak jelas banget, aku lho lirik-lirik orang ganteng cuma mau mengagumi ndak ada niat selingkuh, ojok ngedrama ta, masih pagi."

Shaka yang mendengar itu terharu dibuatnya, "ayo dek nikah aja besok, tak bilang ndek bapak ibukmu." katanya.

Jendral dan Julian tertawa dibuatnya, "eh iya belom tak kenalke yo, kenalin mas, ini Damar trus yang tadi ngedrama itu mas Shaka." kata Julian memperkenalkan teman-temannya.

Jendral mengangguk, "kenalin juga, gua Jendral." jawabnya.

"walah, anak kota beneran ini pakenya lo-gua, aku nak pake begitu jadi ganteng ndak dek?" tanya Shaka.

"jelek, suaramu lho medok banget, ndak usah aneh-aneh." jawab Damar.

Jendral menatap prihatin pada Shaka, "yang sabar bro." katanya, sedangkan Julian menepuk-nepuk pelan punggung Shaka.

" katanya, sedangkan Julian menepuk-nepuk pelan punggung Shaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shaka sini pacaran sama
aku aja.

friday i'm in love, woohwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang