Bagian II | Satu Luka, Dua Celaka

3 1 0
                                    

Ceklek. Ran keluar dari kamar mandi dan merapikan rambutnya yang sudah seperti warisan dari singa itu dengan tangan. Bulir-bulir air menetes dari wajahnya. Asal tahu saja, dia baru bangun tidur. Sehabis makan obat tadi pagi, dia langsung disuruh tidur agar obatnya bekerja dengan cepat dan memberikan dampak baik pada tubuhnya kini. Tubuhnya kembali sehat dan bugar.

Ran menatap sekeliling ruangan serba putih tersebut. Sepi. Hanya detak jarum jam mengalun dengan teratur. Sejak bangun tidak ada seseorang yang berjaga di sana. Sepertinya penjaga UKS sekarang sedang pergi keluar. Sebelumnya dari kamar mandi, dia samar-samar mendengar suara ramai para murid yang bermain bola di lapangan sekolah dan jeritan para perempuan, tetapi kemudian hening. Mungkin kelas olahraga mereka sudah selesai, pikirnya.

Bagaimana sekarang? Ran ingin kembali ke kelas. Tubuhnya juga sudah merasa lebih baik dari sebelumnya. Akan tetapi, tidak ada siapa-siapa di sana. Setidaknya dia harus mengabari petugas UKS agar mereka tidak mencari-carinya dan menganggapnya hilang. Kan, malu kalau tiba-tiba ada pengumuman anak hilang padahal anaknya sendiri sudah di kelas. Yah, mungkin juga tidak akan ada yang mencarinya. Namun, rasa kesopanannya mengingatkan Ran untuk tetap berada di sana.

Akhirnya, Ran duduk di tepi ranjang tengah sambil memandang pintu UKS yang tertutup. Sendirian di tempat yang asing. Menakutkan. Dia hanya berharap semoga petugas cepat datang dan dirinya bisa terbebas dari kesunyian ini.

Dan bagaimana dia bisa terdampar di sini? Itu karena dia tidak melakukan kebiasaannya saat pagi yaitu sarapan sehingga dia hampir pingsan di upacara tadi. Ya, hampir.

Suara ketukan sepatu dan obrolan kian terdengar semakin dekat, sepertinya dari mulut dua orang pria. Mata Ran berbinar. Tanpa menunggu lama, dari luar jendela tampaklah wujud mereka yang mengenakan pakaian olahraga. Ternyata mereka bukan orang yang diharapkannya. Namun, yang membuatnya tercengang adalah ketika orang yang Ran kenal menengokkan diri ke arahnya. Ran terpaku. Tidak menyangka akan pertemuan dengannya di sini. Biasanya hanya ketika mereka pergi atau pulang sekolah.

"Halo--" Wajah teman si cowok nongol dari balik pintu. "Oh! Mbak Posnya Randi!" jeritnya dengan wajah terkejut bercampur sumringah.

Ran mengedipkan mata. Siapa? Dia tidak kenal cowok itu. Oh! Ran baru ingat setelah menggali berkas ingatan di otaknya. Ran memberikan surat sakit Randi pada seorang cowok yang duduk paling depan, dekat dengan pintu kelasnya Randi. Ran saat itu tidak melihat wajahnya karena dia buru-buru memberikannya dan secepatnya menyelesaikan urusannya, lalu pergi dari sana. Ran tidak nyaman berada di kelas orang lain yang tidak Ran kenal. Mungkin itu dia.

Cowok itu menyikut Randi. "Yang nganterin surat kamu, Ran, waktu itu."

Ran pikir itu sudah satu bulan yang lalu.

"Terima kasih," ucap Randi menoleh pada Ran. Rona merah tipis merekah di pipi Ran tiba-tiba. Entah mengapa, kata-kata itu terasa berkesan untuknya.

"Yang bener dong, Ran. Singkat bener. Ulang. Cepetan. Bukan malah mandangin aku." Teman Randi menunjukkan sikutnya yang terluka. "Lihat tuh bakterinya mulai senang-senang, Ran!"

Dengus kecil mau tak mau keluar dari hidung Ran bersamaan senyuman tertahan yang tercipta akibat kelucuan teman Randi itu. Sikapnya seperti anak kecil yang antusias mendapatkan hadiah. Ran mengondisikan wajahnya menjadi natural secepat mungkin. Sekarang Ran tahu kenapa di luar tiba-tiba para perempuan menjerit dan kemudian sunyi. Ternyata ada yang terluka saat bermain bola.

"Terima kasih untuk waktu itu," ulang Randi. Hanya bertambah berberapa kata.

Teman Randi memandang Randi tak percaya."Udah, gitu aja?"

"Kau maunya gimana?" Randi menatapnya malas.

Suasana mulai tidak enak, Ran pun menyela, "Iya, sama-sama."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ran Can't Run [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang