Aku tahu ini sudah sangat larut, sapuan angin malam menyapu kulit ku yang cukup terasa menggelitik pada lengan ku yang tidak tertutup sebab lengan baju yang ku kenakan hanya sebatas pundak. Halte bus malam ini cukup terasa sepi hanya ada satu orang laki-laki muda di sebelah kiriku yang tengah membaca buku biologi, bisa ku tebak dia seorang pelajar sementara di sisi kanan ku seorang perempuan yang mungkin berusia hampir kepala tiga tengah memain kan ponsel nya. Kami sama-sama menunggu bus terakhir yang mungkin sebentar lagi akan tiba.
Selepas menghadiri acara pernikahan sahabat ku Emeli, aku memutuskan untu segera pulang, aku datang sendiri aku tidak memiliki pacar untuk di ajak pergi atau mungkin teman-teman ku lain nya yang selalu beralasan sibuk maka jadi lah aku seorang diri saja agar mengurangi rasa kecewa Emeli pada ku nanti nya.
Satu hal yang tak pernah ku duga sebelumnya di tengah perbincangan hangat dengan beberapa rekan ku yang masi ku kenali yang juga ikut hadir sambil menikmati jamuan makan malam yang tersaji, ada presensi seorang yang aku kenali hingga bayangan visual nya jatuh pada retina ku dan otak ku langsung memproses cepat hingga aku bisa dengan mudah mengenali pria jangkung itu yang kini tengah berdiri sekitar lima meter dari tempat ku duduk dengan segelas anggur tua di tangan nya menatap ku dengan senyuman lembut pun binar mata nya yang menyorot yang mampu mengunci tubuh ku seolah tidak bisa bergerak, jatuh pada pesona yang selalu membuat ku terpesona lagi dan lagi seolah tidak ada limit.
Aku mengalih kan pandangan ku sembari mengatur detak jantung ku yang entah kenapa berdetak lebih cepat dari biasa nya, ini serasa mustahil barangkali aku ingin menampar wajah ku untuk memastikan ini bukan mimpi tapi sungguh ini benar benar nyata aku tidak mengalami halusinasi atau mimpi, setelah lima tahun berpisah aku bertemu dengan nya lagi. Laki-laki yang begitu aku cintai.
Suara hentakan sepatu pantofel terdengar cukup pelan menyentuh lantai dengan ritme pelan berjalan ke arah ku lalu suara bariton itu terdengar mengudara yang membuat aku dan rekan rekan ku spontan menoleh.
"Boleh aku pinjam Alana sebentar?"
Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa, hampir menghabiskan waktu lima belas menit aku berbincang dengan nya di sebuah kursi dengan masing masing anggur sebagai pelengkap obrolan kami malam ini. Tidak ada yang berubah dari nya, tampan, berwibawa tutur kata nya masi terdengar lembut menyapa rungu ku.
Jika waktu berputar kembali ke lima tahun yang lalu satu hal yang begitu masi aku ingat hingga detik ini ketika kami memutuskan hubungan kami secara baik-baik dengan tujuan karir masing-masing, tidak ada yang tersakiti atau menyakiti lantas entah sebuah janji atau hanya sebuah kaliamat pemanis di akhir hubungan dia berkata.
"Jika kita bertemu lagi di kemudian hari, maka aku akan melamar mu"
Aku spontan menggeleng, itu ucapannya lima tahun lalu, aku tak yakin dia masih mengingat nya tapi di balik itu semua ada satu alasan kenapa aku belum menikah, sebab aku berharap apa yang ia ucapkan benar ada nya dia membuktikan nya, aku berharap Jungkook lah yang datang melingkar kan cincin di jari manis ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen | Jungkook
Short Story[follow me before you read] 🔞 Kumpulan cerpen : Jungkook Hanya berisikan kumpulan oneshot/ cerpen jungkook. @Booksvii.2021