"Pacarku mengajak berangkat bersama, kau ke kampus sendiri saja sana."
Kata-kata itu masih terngiang dikepala Wonwoo. Paginya sial, harinya sial, Wonwoo sangat sial. Bahkan mungkin hidupnya dipenuhi dengan kesialan.
Wonwoo sudah bersusah payah berlari ke basement gedung apartemen Jungkook-sepupunya untuk mengantar si manja ke kampus dengan alasan 'aku malas menyetir'. Bahkan Jungkook juga mengancam akan mengusir Wonwoo dari apartemen pemberian ayah Jungkook jika kemauannya tidak diikuti.
Tapi apa yang dia dapat? Jungkook dengan senyum tanpa bersalahnya meninggalkan Wonwoo yang sedang kelelahan berlari.
Dijemput pacar katanya.
Wonwoo mendecih, dosa apa yang pernah Wonwoo lakukan dimasa lalu hingga punya sepupu seperti itu. Ingin rasanya Wonwoo meninju wajah Jungkook hingga laki-laki bergigi kelinci itu menangis meminta ampun. Tapi keinginan itu hanya keinginan belaka, nyatanya sampai saat ini, sudah hampir lima tahun lamanya Wonwoo masih diam. Menerima semua perlakuan buruk sepupu liciknya itu.
"Hahhh aku haus," lirih Wonwoo. Ia lalu berjalan keluar basement gedung apartemen mewah itu dengan langkah malas, memasuki minimarket diseberang gedung besar itu. Mengambil sebotol air minum termurah dan berjalan ke rak yang penuh dengan kimbab dan onigiri instan.
Mata rubah Wonwoo menelisik setiap deretan harga kimbab dan onigiri instan dengan teliti lalu beralih melihat uang yang ada di genggamannya. Menghitung-hitung berapa uang yang akan keluar jika Ia membeli makanan instan itu.
Katakanlah Wonwoo pelit, karena memang itu adanya. Wonwoo bersikap demikian karena memang dirinya semiskin itu. Tabungannya mulai menipis sedangkan tagihan uang kuliahnya menuntut untuk dibayar. Wonwoo harus berhemat setiap hari agar tetap bisa hidup. Gaji kerja paruh waktunya tidak menjamin uang kuliahnya terbayar lunas. Bahkan Wonwoo juga mulai mencari-cari tempat untuk kerja paruh waktu lagi.
"Huft ini tidak cukup, lebih baik aku menahannya sampai makan siang nanti." Wonwoo berbicara pelan lalu menghela nafas.
Menyedihkan sekali hidupnya. Mau makan saja harus hitung-hitungan.
Wonwoo lalu berjalan kearah kasir, meletakkan air minum untuk discan lalu mengambil dua buah permen chupa chups untuk dibayar juga.
"Semuanya seribu enam ratus won," ucap sang kasir dengan nada cuek.
Hey, bukankah seorang kasir harus bersikap ramah kepada para pelanggan.
"Ah iya-"
Belum sempat Wonwoo memberikan uangnya, lebih dulu seseorang menaruh belanjaannya dimeja kasir.
"Tolong hitung semua, digabung dengan miliknya juga." Orang itu berkata dengan suara husky yang dalam, membuat Wonwoo refleks menoleh ke si pemilik suara.
Orang itu.. dia pria yang sedikit lebih tinggi dari Wonwoo. Berkulit gelap, berbeda dengan kulit Wonwoo yang putih pucat ataupun kulit khas orang korea pada biasanya. Garis rahangnya tegas dengan aura dominan sangat kental terlihat disekelilingnya, membuat Wonwoo sedikit merasa ciut berdiri disampinganya. Ditambah kemeja berwarna navy yang lengannya digulung hingga siku, menambah kesan kuat. Mengapa terlihat sangat tampan.
Dan seksi?
Sadar apa yang dilakukannya memalukan, Wonwoo mengerjapkan mata rubahnya. Menggeleng pelan mengeyahkan pikiran kotornya itu. Wonwoo merasa pipinya memanas sekarang.
"Semuanya dua puluh tiga ribu won, apa masih ada yang diperlukan tuan?"
Ucapan kasir itu menyadarkan Wonwoo, Ia lupa bahwa pria disampingnya ini membayarkan belanjaanya. Dan sepertinya Wonwoo juga ingat betul bahwa kasir ini bersikap jutek padanya, tapi kenapa dengan orang itu si kasir baik begitu?
Sangat pilih kasih.
Pria tan itu mengeluarkan selembar lima puluh ribu won dari saku celananya, uang yang terakhir Wonwoo punya didompetnya sendiri seminggu lalu. Entah kenapa Wonwoo merasa iri, uang sebanyak itu cukup untuk dirinya hidup seminggu. Sedangkan orang ini sepertinya orang berada yang punya puluhan bahkan ratusan lembar uang lima puluh ribu won di dompetnya.
Wajah Wonwoo berubah sendu, Ia ternyata semiskin itu.
Wonwoo mengambil botol air minum dan chupa chups nya.
"Terimakasih." ucapnya sambil sedikit membungkuk sebentar lalu pergi keluar minimarket dengan mood yang buruk. Bahkan rasa hausnya hilang begitu saja.
Entah mengapa Wonwoo merasa sangat sensitif jika berhadapan dengan orang ber uang.
"Hey tunggu!" Baru beberapa langkah Wonwoo menjauh dari minimarket, suara serak itu kembali menyapa pendengaran Wonwoo, Ia lalu berbalik.
Itu pria yang tadi, pria tampan yang membayarkan minumannya. Apa dia ingin meminta uang Wonwoo sebagai ganti yang tadi?
Pria tinggi itu agak berlari saat menghampiri Wonwoo. Dan tepat saat berada didepan Wonwoo, la tersenyum lebar, menampilkan kedua taringnya yang menyembul keluar dari bibir.
Wonwoo yang diberi senyuman seperti itu sedikit terpana.
Senyumnya sangat tampan!
Secepat kilat Wonwoo memasang wajah datar andalannya, seolah-olah itu hanyalah senyum bisa dari seorang pria yang biasa saja.
"Ada apa?" tanya Wonwoo to the point.
"Ah itu ..." pria itu menggaruk tengkuk belakangnya canggung, "mau berkenalan denganku?"
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy Next Door [MEANIE]
FanfictionKisah Jeon Wonwoo dan tetangganya Kim Mingyu, si pria tampan yang begitu hangat.