Jatuh

93 67 134
                                    

Siang ini cuaca sangat cerah dan sepertinya akan tetap cerah sampai besok sesuai dengan ramalan cuaca yang diberitakan di TV pagi tadi.

Kamar tanpa jendela yang tidak terlalu besar itu sangat hening akibat para penghuninya fokus mengerjakan tugas sekolah. Lora, Miya, dan Xiaona berkumpul mengelilingi meja bundar putih untuk mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah.

Mereka berpikir keras mencari jawaban di dalam diri mereka sendiri. Tidak ada kata menyontek di sekolah Are Woah karena setiap tugas yang diberikan mengenai kehidupan mereka masing-masing.

"Lora, kau menangis?" tanya Miya tiba-tiba memecahkan keheningan. Xiaona menatap Miya dan beralih ke Lora. Sedangkan yang ditanya mengangkat wajahnya dan sama sekali tidak terlihat tanda-tanda bahwa ia menangis.

"Menangis? Untuk apa?" tanya Lora kebingungan, dia mengambil ponselnya dan melihat wajahnya yang baik-baik saja.

"Ah sepertinya Miya hanya merasa bosan karena tidak ada pembicaraan," ucap Xiaona yang disetujui Lora.

"Bukan begitu. Lora, apa kau tidak memperhatikan buku tulis mu?" Miya mengambil buku Lora dan memperlihatkan nya.

"Lah sejak kapan buku ku basah?"

"Apa kamar ini bocor ya?" tanya Xiaona sambil mendongak memperhatikan langit-langit kamar namun Xiaona tidak menemukan bolongan sama sekali.

"Kurasa kau harus menyalin tugasmu di buku baru," saran Miya.

"Tidak usah ah males, aku akan  mengeringkannya saja."

"Dikamar ini tidak ada jendela, lebih baik kau jemur diluar saja agar cepat kering dan tulisannya masih bisa terbaca," suruh Xiaona.

"Mau di temani?" tawar Miya tapi Lora menolak.

"Tidak perlu, selesaikan tugas kalian saja." Lora pun keluar dari kamar asramanya dan mencari ruang terbuka untuk menjemur buku nya.

"Besok-besok aku harus mengusulkan jendela di tiap kamar asrama," pikir Lora.

Kini dia tiba di rooftop gedung asrama perempuan, perjalanan menuju rooftop tidak terlalu jauh demi menjemur bukunya. Rooftop itu biasa dipakai untuk menjemur pakaian anak perempuan.

Setelah menjepitkan bukunya pada tali jemuran, Lora berjalan-jalan mengelilingi rooftop. Terbesit kejadian buruk dikepalanya saat melihat lapangan sekolah dari atas sana.

Lora memegang kepalanya yang mendadak terasa nyeri. Kakinya berkeringat secara berlebihan membasahi sendal hijau jamet yang ia pakai. Langit cerah sudah hilang entah kemana digantikan langit mendung yang membuat suasana jadi buruk.

Langkah Lora tidak pasti. Lantai yang dia pijak tampak basah dan licin berasal dari sendalnya. Lora tidak tahan dengan rasa sakit dikepalanya, tubuhnya pun jadi tidak seimbang hingga kakinya melemas menjatuhkan diri ke arah yang berbahaya.

Seorang wanita muda berbadan perkasa anjay berlari cepat bagaikan kilat dan berhasil meraih kerah baju Lora, wanita tadi langsung menariknya hingga tubuh Lora terangkat keatas.

Wanita muda yang menyelamatkan Lora adalah guru olahraga yang bertugas piket mingguan di asrama arwah perempuan.

"Hufftt hampir saja," ucapnya legah.

Sang guru olahraga menepuk pelan pipi Lora berniat menyadarkan Lora tapi Lora tidak kunjung membuka mata batinnya eh, canda.

"Dia terpeleset karena air ini, tapi..." Guru itu menggantung kalimatnya

"Darimana air ini berasal? Langit memang mendung tapi tidak mengeluarkan cairannya. Langit mendung juga mencurigakan, ramalan cuaca mengatakan minggu ini langit akan sangat cerah. Tumben sekali ramalan cuaca itu salah."

EPHEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang