6. Jatuh Cinta?

10 1 0
                                    

Setelah mendengar perkataan ayahnya di makan malam tadi, pikiran Dion menjadi kacau. Ini sudah bukan zaman siti nurbayah yang mengharuskan seseorang untuk dijodohkan. Bukan hanya itu, Dion tidak menginginkan perjodohan ini karena ia tidak mengenali perempuan yang akan dijodohkan dengannya bedasarkan pernyataan ayahnya itu. Jangankan dijodohkan, bahkan untuk punya pacarpun tidak pernah ia bayangkan dalam hidupnya. Dan sekarang tiba-tiba ayahnya ingin menjodohkannya dengan anak temannya.

Flashback On

"Apa? Apa Dion tidak salah dengar dengan perkataan ayah barusan? Ayah ingin menjodohkan Dion?"

"Ayah tau, mungkin berita ini terlalu tiba-tiba bagi kamu Dion, tapi ayah dan bunda sudah setuju dengan teman ayah bahwa kamu akan dijodohkan dengan putri mereka. Tapi kami dari pihak orang tua, tidak ingin memaksa kalian untuk meneruskan perjodohan ini jika kalian tidak setuju. Karena kebahagiaan kalianlah yang utama bagi kami. Jadi ayah harap kamu memikirkan perkataan ayah ini dengan baik dan kamu bisa memberitahu ayah jawaban kamu kapan saja saat kamu suah siap." Ucap ayah Dion final dan melanjutkan makan malamnya.

Setelah mendengar perkataan Christ, tak ada lagi yang bersuara dimeja makan itu. Hanya dentingan sendok garpu dan piring yang terdengar. Setelah menuntaskan makan malam tersebut, mereka kembali pada aktivitas mereka masing-masing, termasuk Dion yang kembali ke kamarnya untuk berisitirahat.

Flashback off

Dan disinilah Dion berakhir. Dikamarnya dengan pikiran yang dipenuhi berbagai masalah. Saat seperti ini, ia merindukin seseorang. Ia merindukan anak kecil itu, Lili. "Apa kabar kamu Li? Aku harap kamu saat itu masih bertahan dan sekarang sedang hidup berbahagia." Ucap Dion sambil menatap langit kamarnya sambil terbaring.

Pagi hari telah menyambut kamar gadis itu yang sedang bersiap menuju sekolahnya. Ia tengah menguncir satu rambutnya dan memoleskan sedikit liptint di bibirnya agak ia terlihat sedikit segar. Setelah siap dengan dirinya dan juga buku pelajarannya, ia mengandeng tas sekolahnya dan berjalan menuruni tangga untuk sarapan.

"Selamat pagi ayah bunda" ucap gadis itu dengan senyuman yang manis miliknya.

"Pagi juga Na. Ayo cepat duduk dan habiskan sarapanmu lalu berangkat kesekolah. Oh iya Na, hari ini kamu dan Alex berangkat sendiri yah? Soalnya Pak Budi tidak masuk karena anaknya sakit jadi ia harus antar anaknya ke rumah sakit. Dan juga, hari ini kamu ada jadwal check up di dokter Andi, pulang sekolah kamu langsung kesana yah?" ucap bunda Bianca pada anaknya itu.

"Iya bunda. Bunda enggak perlu ingetin Anna terus. Anna tau kok jadwal check up Anna kapan jadi bunda enggak perlu kasih tau Anna terus oke? Dan Anna kan emang biasanya sendiri kalau pergi check, jadi pulang sekolah Anna bakal langsung ketemu ama dokter Andi." Ucap Anna dengan sedikit cemberut.

Bundanya selalu berlagak seperti dirinya itu masih kecil. Padahal ia sudah bukan anak kecil yang harus setiap jam atau hari diberi tahu. Tapi Anna juga tak bisa melawan, ia yakin bahwa bundanya bersikap seperti ini karena kejadian beberapa tahun yang silam saat dirinya kecil yang membuat bundanya bersikap over protektif seperti sekarang. Anna paham betul dengan sifat bundanya itu.

Setelah menyantap setengah dari rotinya, Alex menuruni anak tangga dan segera duduk disamping sang kakak. "Kak, lo tau kan hari ini hari apa?" ucap Alex sambil menatap kakaknya itu.

"Yaampun Lex enggak kamu, enggak bunda kalian berdua ingetin itu mulu. Kakak tau kok hari ini hari apa. Dikasih tau mulu. Kakak bukan anak kecil tau." Ucap Anna dengan bibir yang sedikit ia majukan agar terlihat cemberut.

"Katanya bukan anak kecil, tapi perilaku kayak anak kecil. Gua cuman mau ingetin kak, soalnya lo kalo udah asik sama kak Enzy dan kak Keenan, lo bakal lupa dunia lo dan asik sendiri sama mereka. Dulu aja lo ampe lupa check up dan berakhir lo harus istirahat dirunah selama 1 minggu. Mau lagi kayak gitu hah?' ucap Alex tegas sambil meminum susunya.

A.N.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang