9. Mulai Suka?

3 1 0
                                    


Saat ini jam pulang sekolah telah berbunyi. Seluruh siswa-siswi Garuda High School berhamburan keluar dari kelas. Termasuk Anna, Enzy, Keenan, Ben, Mark dan Dion. Mereka saat ini sedang berada diparkiran dan kali ini mobil Anna sedang masuk dibengkel yang mengharuskan Anna pulang bersama Alex atau temannya yang lain. Tapi Alex nyatanya telah pulang lebih dulu karena ada kerja kelompok dirumah temannya.

Jadi mau tak mau, Anna harus pulang bersama temannya atau dirinya akan berakhir pulang naik ojek atau taksi. Anna berinisiatif ingin pulang bersama Dion seperti waktu itu. Dan saat ini ia tengah berjalan kearah Dion. Namun tiba-tiba Clara datang dan mengandeng tangan Dion.

"Hai Dion. Aku nggak ada tumpangan nih, pulang bareng kamu bolehkan?" ucap Clara dengan nada manja yang membuat Enzy ingin muntah saja. Dion yang ditanyai hanya diam dan diam-diam mencuri pandang melihat kearah Anna. Anna yang datang dari arah parkiran dengan langsung melepaskan tangan Clara dari tangan Dion dengan cepat.

"Duh, kamu ngapain lagi sih disini? Belum puas aku bikin malu dikantin tadi?"

"Ehh, lo apa-apaan sih? Ngapain lo lepasin gandengan gue dari Dion hah? Lo itu bukan siapa-siapa Dion. Jadi stop bertingkah seolah-olah lo itu penting disini. Posisi lo dan gue sama. Sama-sama suka Dion. Jadi jangan sok kecantikan lo."

"Siapa yang bilang kalo posisi kita sama? Yah jelas bedalah. Aku itu temen dan sahabat Dion sedangkan kamu? Cuman parasit disini yang datang-datang ganggu dan bikin susah Dion tau? Jadi daripada aku bikin kamu malu 2x hari ini, mending kamu sekarang pergi."

Clara yang marah karena diejek oleh Anna hendak melayangkan tangannya kearah Anna namun lebih dulu di tahan oleh Dion.

"Mending lo jaga tangan lo itu atau gua patahin sekarang juga. Gua nggak suka kasar sama orang apalagi cewek tapi kalau lo ganggu dia, lo beruruan sama gue. Ngerti sampai sini? Dia, bukan cuman temen gue atau sahabat gue. Dia itu special buat gue. Jadi mending lo pergi sekarang." Ucap Dion dengan tegas pada Clara.

Clara yang dibentak oleh Dion dengan segera melangkahkan kakinya pergi dari area parkir meninggalkan mereka berenam disana. Setelah Clara pergi, mereka semua menatap Dion dengan tatapan takjub.

"Gila sih, Anna bener-bener bisa bikin es abadi mencair dalam beberapa minggu doang." Ucap Ben sambil bertepuk tangan.

"Selamat yah Na, lo berhasil melelehkan gunung Everest hari ini." Ucap Mark dengan menepuk pelan bahu Anna.

Enzy hanya tersenyum bahagia menatap Anna. Sedangkan Keenan? Keenan saat ini tengah tidak enak hati tapi tetap memaksakan senyumnya terukir di bibir manisnya itu.

Dion yang ditatap hanya diam mengacuhkan omongan teman-teman mereka dan beralih menatap Anna yang masih tak bergeming dari tadi dan tak mengatakan apapun. Enzy pun memukul pelan bahu Anna dan akhirnya gadis itu tersadar dari lamunannya.

"Dion. Dion beneran serius ama ucapan Dion tadi? Anna enggak salah denger kan? Anna special buat Dion? Dion udah suka sama Anna?" Tanya Anna berturut-turut dengan tatapan yang sangat bahagia. Dion hanya diam dan mengeluarkan motornya dari area parkir.

"Lo masih mau diem disitu atau mau pulang bareng gue? Gua jawabnya nanti aja. Mau pulang sekarang atau mau nunggu sampe besok lo?" UcapDion sambil mengulurkan helm yang lainnya ke arah Anna.

"Anna pulang bareng gue aja. Gue udah biasa pulang bareng dia." Ucap Keenan dan menarik tangan Anna. Tapi belum sepenuhnya berjalan, Anna dengan lebih dulu melepaskan tangannya.

"Duh, maaf yah Keenan. Bukannya Anna enggak mau pulang sama Keenan, tapi Anna maunya pulang sama Dion. Maaf yah Keenan, lain kali aja kita pulangnya bareng oke?" Ucap Anna dengan senyum tidak enaknya sambil menatap Keenan.

"Yah udah, lo hati-hati pulangnya yah? Gue cabut deluan." Ucap Keenan sambil tersenyum paksa dan melangkahkan kakinya pergi kearah motornya. Enzy pulang bersama Mark karena nyatanya arah rumah mereka searah.

Setelah semua bersiap, mereka semua pulang ke rumah masing-masing. Dalam perjalanan Anna dan Dion hanya terdiam. Anna yang tersenyum dibalik kaca helm pemberian Dion tadi sambil memeluk pinggang Dion karena tak ingin jatuh. Dion hanya sibuk mengendarai motornya sambil sesekali melihat spion motornya yang mengarah pada Anna yang tersenyum dengan manis. Dion sepertinya memang telah tersihir oleh senyum itu. Ia menjadi candu dengan senyum itu.

"Dion, Dion serius sama ucapan Dion tadi diparkiran?" Ucap Anna saat mereka berhenti di trotoar karena lampu merah. Dion hanya diam dan terus diam hingga Anna cemberut karena tak kunjung dijawab. Dion yang melihat hal itu tertawa kecil karena merasa Anna sangat lucu saat dia ngambek seperti sekarang ini.

"Nanti gue jawab pas nyampe rumah lo. Jangan cemberut gitu entar makin jelek. Udah jelek juga." Ucap Dion dan segera menjalankan lagi motornya karena lampu lalu lintas telah berganti ke lampu hijau.

Anna hanya bisa tersenyum malu karena kalimat itu. Ia tak marah ataupun kesal. Ia menganggap kalimat itu saat diucapkan oleh Dion sangat lucu. Ia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawabannya. Dan menatap kota Jakarta itu dengan seksama siang itu.

Tak butuh waktu lama, Dion dan Anna telah tiba di rumah Anna. Dion memakirkan motornya di depan rumah Anna dan Anna turun dari atas motor Dion dan melepaskan helmnya dan memberikan helm itu kepada Dion.

"Dion, kalau Anna nanyanya sekarang apa Dion bakal Jawab?" Ucap Anna dengan cepat setelah Dion menerima helm pemberiannya.

"Lo mau tau aja atau mau tau banget? Kenapa sih lo kepo banget?" Ucap Dion dengan wajah cueknya tak lupa dengan tatapan menjengkelkannya yang membuat Anna menarik napas dalam-dalam menahan rasa kesalnya karena lelaki ini.

"Dion, kalau bukan menyangkut perasaan Anna, Anna enggak bakal se-kepo ini. Jadi mending Dion jawab aja sekarang, keburu sore nih nanti." Ucap Anna dengan sabar serta tak lupa dengan senyumnya.

"Gue, bilang kalau lo itu special buat gue cuman bercanda supaya si manusia gatel itu enggak gangguin gue lagi. Kata 'Lo Special' itu cuman alasan buat gue bebas. Jadi elo enggak perlu baper dengan kata-kata gue itu. Paham sampai sini?" Ucap Dion dengan penuh penegasan.

"Terus kenapa Dion anterin Anna pulang? Kalau cuman buat alasan, harusnya Dion nggak usah nawarin Anna pulang sekalian. Biar Anna pulang aja sekalian sama Keenan tadi waktu ditawarin." Ucap Anna dengan wajah sedihnya.

"Emang tadi gue ada maksa lo buat pulang bareng gue? Perasaan Elo sendiri yang nolak Keenan dan milih gue tadinya." Ucap Dion dengan nada sombongnya.

"IHHH NYEBELIN. Kalau tau Dion cuman alasan aja, Anna nggak bakal pulang bareng Dion. Mending bareng Keenan aja. Dasar manusia batu." Ucap Anna dengan nada kesalnya dan langsung meninggalkan Dion menuju ke dalam rumahnya.

Dion hanya terdiam dengan tingkah Anna. Dion pun tak mengerti mengapa ia mengatakan hal seperti itu tiba-tiba. Ia sebenarnya ingin jujur dengan maksud 'Special'nya tadi, namun entah mengapa ia merasa belum yakin dengan ini semua.

Ia tiba-tiba saja teringat dengan Lili, gadis kecil yang sudah menjadi cinta pertama Dion sejak dulu. Gadis kecil yang masih menghantui pikiran Dion, gadis yang masih selalu hadir dalam mimpi Dion dan gadis yang selalu Dion yakini masih hidup dan dia harus mencari gadis itu agar dia bisa terus bersama dan menjaga gadis kecil yang dulu menyelamatkan hidupnya. 


Maaf banget yang gais, aku baru upload lagi setelah kurang lebih hampir setahun. Semoga part ini bisa mengobati kerinduan kalian terhadap cerita ini. Terima kasih tetap mau menunggu cerita ini. 

#CP 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A.N.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang