4

2 1 0
                                    

Vote and Comment


______________________________________

Happy Reading
.
.
.
.
.

"Iya, aku diusir sama ka Arsa." Arsy sedang menjawab seseorang yang saat ini sedang berbicara dengan dirinya lewat ponsel.

"Terus kamu bakal tinggal dimana?"

"Aku mau cari apartemen," Arsy berjalan ke arah lemari bajunya, lalu memasukkan satu persatu bajunya ke dalam koper berwarna hitam.

"Aku bantu, sekarang aku otw kesana." Langsung saja sambungan telepon terputus.

Arsy menyimpan ponselnya di atas nakas, lalu melanjutkan kegiatannya. Sudah selesai memasukkan baju-bajunya, Arsy pergi turun ke bawah seraya membawa koper dan ponselnya yang ia genggam.

"Bagus, mending Lo pergi aja, rumah ini gak pantes buat pembunuh kayak lo," ucap Arsa dengan tubuhnya yang bersandar pada tembok dekat tangga.

Arsy berbalik pada kakaknya itu, raut mukanya dibuat setenang mungkin. Arsy mendelik lalu mendekatkan tubuhnya pada kakaknya itu.

"Gue bakal buktiin yang salah itu bukan gue, adik tercinta Lo itu yang memulai duluan."

Arsa berdecih dengan menatap Arsy tidak percaya, "Jangan buat alasan yang gak masuk akal!" Telunjuk Arsa menekan pada kepala Arsy.

Jujur saja, Arsy sakit hati diperlukan seperti ini oleh kakaknya. Yang Arsy lakukan hanya diam, dia tidak bergeming.

"Suatu saat kalian bakal minta maaf sama gue." Arsy menatap nyalang pada kakaknya itu.

Mendengar suara mobil, langsung saja Arsy pergi dengan membawa kopernya.

Arsa diam menatap punggung Arsy yang semakin menjauh, tangannya mengepal erat serta urat-urat di wajahnya terlihat.

Arsy membuka pintu mobil dengan kasar, gara-gara kakaknya sekarang dia tidak bisa mengontrol emosinya.

Jayden yang melihat Arsy begitu, langsung saja memegang telapak tangan Arsy.

"Tenangin emosi kamu," Jayden menatap mata Arsy dengan teduh.

Arsy menatap balik pada Jayden, tangannya ia lepaskan dari genggaman Jayden. Arsy mengusap wajahnya dengan kasar, air matanya sedikit keluar.

"Gimana caranya buat mereka percaya sama aku?" Arsy bertanya Jayden, wajahnya terlihat frustasi.

"Sabar. Saat semuanya selesai, aku yakin mereka bakal terima kamu lagi," ujar Jayden.

"Cuma kakek aja yang sayang dan peduli sama aku,"

"Jangan lupa, ada aku sama yang lain juga siy," ucap lembut Jayden.

"Kata temen aku, di gedung apartemennya ada yang masih kosong, dan kebetulan gedungnya deket daerah sekolah kamu." Sambungnya.

Jayden sengaja mengalihkan topik pembicaraan, agar emosi Arsy terkontrol kembali.

"Ya udah liat dulu aja," ucap Arsy.

Jayden menyalakan mobilnya, mereka mulai meninggalkan kawasan rumah besar bercat putih itu.

^•^

Setelah melihat-lihat apartemennya, Arsy menyetujui untuk tinggal di sana. Apartemen ini sangat luas dan tentu harganya tidak main-main dan juga lokasinya cukup dekat dengan sekolahnya.

"Kalo gitu gue balik dulu bro!"

"Thanks udah bantuin gue," Jayden menepuk pundak temannya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARSYLLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang