BAB 2 ; PEDULIKAH? ATAU PENASARAN?

24 7 2
                                    


Hai Readers! ayaaa back again bawa bab 2, up! Up!

Jangan lupa VOTE, KOMEN, DAN SHARE YAAAA

SALAM SIANG MENJELANG SORE<333

CIAOO<333



PEDULI KAH? ATAU PENASARAN?


Peduli, katanya...

Penasaran, pikirnya...

Terabaikan, akhirnya...


Suara derap sepatu yang bergesekan dengan lantai koridor fakultas kedokteran bagian gigi tersebut membuat beberapa mahasiswa/i mengalihkan atensinya sebentar. Cukup penasaran siapa gerangan yang membuat suara kebisingan tersebut , dan pelakunya adalah Tama juga lelaki jangkung yang kini dengan wajah khawatir serta panik nya berlari kencang tanpa memperdulikan reaksi sekitar.

Ada masa dimana Tama merasa dirinya begitu tenang tanpa ada perasaan khawatir, gelisah, marah, sedih dan lainnya. Masa dimana ia hanya merasakan perasaan senang dan juga tenang, tapi sayangnya kali ini tidak! Tama benar benar sangat khawatir dengan sebab yang sudah amat jelas. Ini karena Ayu!

"Dia dimana?!" sentak Tama dengan wajah yang sudah sangat panik, menahan rasa khawatir amat sangat yang ditimbulkan secara menyeluruh dari hatinya.

"Tenang bro, tenang. Dia di klinik kampus. Lo susul deh!" ujar Johan. Iya, cowok yang menjemputnya saat percekcokan tadi adalah Johan.

Dengan tergesa-gesa Tama berlari kearah klinik kampus. Begitupun dengan Johan. Mereka terus berlari hingga sampai didepan klinik, didalam sudah ada Kirana. Begitu pula Ayu yang tengah duduk di brankar, lemas masih menyerang tubuhnya.

"Wari, sudah makan?" tutur Tama lembut pada Kirana, lantas mengambil alih menggenggam tangan milik Ayu.

Kirana mendongak, "Belum, udah gue suruh makan tadi. Tapi ngeyel anaknya tetep mau lanjut ngerjain tugas."

"Ck! Kamu tuh kan ngga boleh telat makan!" tegas Tama dengan wajah yang di galak-galakkan. Hal itu justru membuat Ayu terkekeh pelan, "Tak apa. Sudah biasa kok. Nanti juga fit lagi kalo makan banyak ... beliin ya Lang?" hingga penuturan akhir milik Ayu hanya bisa dibalas dengan helaan nafas oleh Tama.

"Gue yang beliin aja mau nggak? Sekalian sama Johan. Laper juga nih." Saran dari Kirana membuat Johan mendengus malas, ia lagi yang kena! Tapi tak apalah daripada ia harus melihat dua manusia yang sibuk ngebucin.

"Iya. Gue ama Kirana aja yang pergi beli, mendingan lo temenin Ayu deh. Mana tau ni anak pingsan lagi, repot ntar!"

jawaban ketus dari Johan membuat Kirana kaget, sontak menginjak kaki Johan karena sudah asal ceplos. Takut Ayu tersinggung dengan ucapan lelaki jangkung di samping nya, berbeda dengan Tama yang hanya tersenyum tipis, meniti setiap inchi wajah Ayu, tak ada yang berbeda dari 2 tahun lalu. Masih sama, cantik juga ayu layaknya sang pemilik nama.

"Yaudah deh. Tapi jangan bubur ayam. Takut enek," pinta Ayu dengan senyum manis nya.

Kirana dan Johan kompak menoleh, lalu mengangguk pelan kala mengerti, "Iya. Yaudah gue duluan ya bro!" pamit mereka meninggalkan Tama juga Ayu yang saling tatap.

Tama tak pernah merasa se-lega ini setelah melihat kondisi Ayu baik-baik saja. gadis cantik ini hanya telat makan dan kurang istirahat, "Aku tau kamu mau ngejar nilai dan cepet lulus, tapi nggak gini juga ri. Kesehatan kamu juga penting. Dokter kok malah jadi pasien?" tutur Tama diakhiri dengan gelak tawa singkat miliknya.

STONOMILOGI (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang