4. Tanda dan Gejala

38 13 6
                                    

"Jadi cukup sampai disini dulu kelas hari ini. Jangan lupa kerjakan tugas yang saya berikan ya. Saya pamit dulu."

"Terimakasih, pak!" jawab para mahasiswa antusias.

Semua kelas hari ini sudah tuntas bahkan sebelum matahari sampai tepat diatas kepala manusia. Hal itu tentunya mengundang seru senang para mahasiswa yang kini merasa bebas untuk menghabiskan setengah lebih sisa hari mereka untuk hal apapun yang mereka kehendaki.

Namun rasanya kebahagian itu tak dapat menular ke Yona. Gadis sembilan belas tahun itu memijat pelipisnya pelan. Dahinya menampilkan beberapa kerutan halus, mengkerut karena sedang menahan rasa pening yang dirasa.

Semalam Yona tak bisa memejamkan matanya sama sekali. Benaknya terus dipaksa berlabuh pada pikiran-pikiran mengenai sahabat kecilnya, Jeno.

'Apa sebenernya yang aku rasa?'

'Kenapa detak jantungku bisa berubah begitu cepat didepan Jeno?'

'Apa arti Jeno bagiku saat ini?'

Pikiran itu terus saja berputar dan menjaga Yona terbangun sampai pagi hampir menyapa. Alhasil kini Yona telah mendapatkan buahnya, kepalanya terasa sangat berat sedari tadi dan tak ada satu pun informasi yang dapat ia serap dari kelas yang baru saja tuntas itu.

"Ahh!!" Yona meluapkan emosinya dalam sekali teriakan. Untung saja kini kelas sudah kosong. Hanya Yona dan Esha yang tertinggal sebagai penghuni.

"Anjir! Sehat lo?" tanya Esha yang baru saja terperanjat kaget karena teriakan maut Yona.

"Gak tau gue. Gak tau gue sama jalan pikir otak gue sendiri."

Yona mengacak rambutnya kesal. Selanjutnya hanya dibalas dengan gelengan prihatin oleh sang sahabat.

Detik selanjutnya Yona merasakan ponselnya bergetar beberapa kali di dalam sakunya, sebuah pertanda bahwa ada beberapa pesan yang ditujukan padanya. Dengan buru-buru Yona pun mengambil ponsel dari sakunya dan berusaha untuk melihat pengirim dari beberapa pesan yang terus menerus masuk dalam beberapa detik terakhir.

Pucuk dicinta ulam pun tiba.

Ternyata pengirim pesan barusan tak lain dan tak bukan adalah lelaki yang mengokupasi pikiran Yona sejak semalam- Jeno.

Jeno -
Yon dimana?
Udah selese kelas?
Heh!
P
P
P
Bales!

Yona -
Elah bawel!
Iya udah selese

Jeno -
Yaudah tunggu situ
15 menit lagi sampe
seen.

Yona dengan sengaja meninggalkan pesan Jeno tak terjawab. Sebenarnya dengan pikirannya yang sedang kalut saat ini, Jeno lah orang terakhir yang Yona ingin temui. Tapi ya mana mungkin ia bisa mengatakan tidak pada anak satu itu.

Dengan ogah-ogahan Yona mengumpulkan segala peralatan belajarnya kemudian segera ia masukkan ke dalam tas.

"Udah kan ya? Gak ada kelas lagi? Kalau gitu gue pamit du-"

Yona buru-buru beranjak dari kursinya dan menahan lengan Esha supaya sahabatnya itu tak jadi pergi.

"Temenin gue dulu dong..."

"Kaya anak TK aja minta ditemenin. Udah ah gue mau makan nih, laper."

Tentu saja Esha menolak mentah-mentah permintaan Yona. Tapi bukan Yona namanya jika mudah menyerah. Jemarinya masih dengan erat menggengam pergelangan tangan Esha, membuat Esha sama sekali tak bisa bergerak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rumah yang Kau TujuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang