Monggo dibaca😋
Bantu temukan typo🙏
BAB 2- Kirain Siapa?
Anshara POV
Jam sehabis isya begini, biasanya aku lagi asik rebahan sambil lihat-lihat tas dan sepatu di Instagram yang harganya saja kalau dilihat bisa bikin mata perih. Setelah itu biasanya muncul motivasi untuk mengerjakan tugas kuliah yang menumpuk agar cepat selesai dan lulus dengan nilai yang maknyus. Kemudian bekerja ditempat yang tepat dan bisa menghasilkan banyak uang. Agar kalau lihat barang-barang di Instagram mata ku sudah tidak perih lagi.
Kalau kata bapak sih gini, "Dilihatnya saja, belinya nggak. Mending beli di Malioboro toh ndok harga segitu bisa untuk beli lebih dari 2 tas"
Hmm, memang benar bapakku ini. Harga barang-barang di Malioboro cukup terjangkau dibandingkan dengan barang yang sering kulihat di Instagram yang pasti tidak pernah mampu kebeli olehku.
...
Setelah berjam-jam mengerjakan tugas kuliah yang seabrek dosaku alias banyak begete, aku melihat ponselku yang tergeletak disamping buku paket. Kuraih ponsel dan melihat ini sudah pukul 12 malam. Kulihat ada pesan WA masuk. Yap, betul. Dari siapa lagi kalau bukan dari Mas Dafi. Katanya besok sampai satu Minggu kedepan dia tidak bisa menjemput atau bertemu denganku. Katanya sih dia bakalan mengisi seminar di luar kota. Huh, okey no problem. Semangat Mas Dafi.
Sesudah membalas pesan dari Mas Dafi yang kuyakini pasti dia sudah lelap dan bergelung dengan selimutnya, aku merebahkan tubuhku diatas ranjang lalu mulai ngepoin akun Instagramnya Justin Bieber sambil ngarep suatu saat aku bisa nonton konser nya karena pasti sangat seru sekali. Dirasa jam sudah menunjukan pukul setengah satu dini hari, aku segera bangkit dari rebahanku menuju kamar mandi yang terletak tidak jauh dari kamarku. Lekas mencuci muka, kemudian mulai menggosok gigiku secara perlahan. Setelah itu aku mengambil wudhu karena sudah terbiasa sewaktu kecil aku diajarkan Ibu dan Bapak untuk melakukan kegiatan sebelum tidur seperti ini. Bedanya, kalau sekarang sudah ditambah dengan menggunakan skincare setelah berwudhu. Hoho. Setelah melakukan kegiatan rutinku sebelum tidur, aku mengecek ponsel sekali lagi memastikan alarm sudah terpasang di jam yang sudah kutentukan. Kemudian berdo'a, dan lekas untuk tidur.
...
Pernah nggak sih kalian kangen berat sama seseorang padahal baru kemarin malam kalian bertemu? Yaaa, saat ini aku sedang mengalami hal yang seperti itu. Lebay? Memang! Aku juga nggak tau kenapa bisa begini. Dengan Mas Dafi, segalanya terasa baru bagiku. Sebelum aku memulai dengan Mas Dafi, aku tidak pernah berpacaran dengan orang lain. Oh tunggu dulu, mungkin saat masih berada di Sekolah Dasar, aku pernah di ceng cengin sama temanku Soleh. You know di ceng cengin? Itu lho ejek-mengejek, tapi lebih mengarah ke ngejek soal pasangan. Hampir semua teman kelasku seperti sangat mendukung sekali agar aku jadian sama si Soleh. Karena kejadian itu, aku jadi suka beneran sama Soleh. Ya ampunn. Kalian pernah nggak sih ngalamin hal yang serupa sama aku? Ketika kamu di ceng cengin sama seseorang terus menerus dan kamu malah jadi suka sama dia? Hahahaha. Oke, aku dan Soleh tidak berujung jadian kok. Karena masih kecil dan malu-malu mungkin? Dan itu menurutku hanya cinta monyet. Setelah lulus Sekolah Dasar, temanku Soleh mesantren dan kami pisah sekolah. Kisah kami berakhir sebelum dimulai.
Oke, lupakan tentang Soleh. Seperti yang sudah aku katakan, dengan Mas Dafi, semuanya terasa baru bagiku. Aku memulai dengan Mas Dafi ketika dia masih menjadi Mahasiswa dan satu almamater denganku. Hanya kebetulan. Kita bertemu di perpustakaan dan duduk bersebelahan. Ketika itu, aku masih semester pertama sedangkan Mas Dafi sudah semester 7. Kita tidak saling mengenal. Hanya orang asing yang kebetulan berada ditempat yang sama dan duduk bersebelahan. Kemudian setelah itu tahu apa yang terjadi? Sangat klise sekali teman-teman. Buku catatan ku dengan Mas Dafi tertukar. Entah bagaimana caranya buku itu bisa tertukar dengan milik Mas Dafi, tapi jelas-jelas ketika pulang dan mengecek tas, membuka buku catatanku, hmm, belum nampak ada yang aneh. Karena sampul bukunya sama dengan catatan milikku. Kemudian aku membalik sampul buku, sepertinya sangat asing dengan tulisan ini, dan disaat itulah aku menyadari kejanggalan pada buku catatan yang kubawa ini. Terdapat coretan pena yang bertuliskan "Dafi Faaz Ilman (Program Sarjana Ilmu Sejarah Departemen Sejarah FIB)."
Kemudian sejak saat itu, aku berusaha mengembalikan buku catatan milik Mas Dafi, tetapi dia sangat susah sekali untuk ditemui. Akhirnya setelah satu Minggu aku mencari-cari keberadaan orang yang buku catatannya tertukar denganku alias Mas Dafi ini, aku berhasil mendapatkan nomor ponselnya dari saudaraku yang kebetulan satu angkatan dengan Mas Dafi. Aku juga tidak tahu bagaimana saudaraku ini bisa mendapatkan nomor Mas Dafi. Kemudian aku menghubunginya lewat pesan. Aku menuliskan pesan yang berisi salam pembuka, memperkenalkan diri, kemudian inti yaitu memberitahukan bahwa buku kami tertukar dan aku ingin menukarnya kembali dengan buku catatan miliku, setelah itu barulah salam penutup. Tanpa diduga, Mas Dafi membalas pesanku. Padahal aku berniat untuk menelfon dia kalau-kalau pesanku tidak dibalas. Kemudian kita memutuskan untuk bertemu di perpustakaan, karena dia belum mengetahui aku yang mana orangnya. Setelah aku menemukan keberadaan Mas Dafi yang sepertinya sedang fokus membaca buku, aku memanggilnya dari samping.
Dan kalian tahu apa yang dikatakan Mas Dafi pertama kali kepadaku?
"Masya Allah, kirain siapa? Ternyata jodohku"
***
Mas Dafi😭🙌
Gimana komentar kalian untuk bab 2 ini?
Lanjut?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Masih
RomanceSemua tentangmu adalah aku. Mas Dafi. Bagiku, dia adalah insan yang melekat masuk kedalam hidupku tanpa permisi.