Selamat membaca😋
Bantu temukan typo🙏
BAB 3-Deg-degan
Dafi POV
Pagi ini dan untuk seminggu kedepan, gue bakalan ngisi seminar keluar kota. Dan itu artinya, gue nggak bisa ketemu sama Anshara selama pekan ini. Huft. Okey Anshara, tunggu Mas mu ini.
Ekhem. Sebelumnya, kenalin dulu. Gue Dafi Faaz Ilman. Biasa dipanggil Mas Dafi sama Anshara. Gue sekarang sudah punya kegiatan rutinan untuk mencukur jenggot dan kumis tiap 3 hari sekali. Gue bukan type cowok yang suka menumbuhkan kumis atau jenggot barang sedikitpun. Oh tunggu dulu. Kalian jangan membayangkan wajah tanpa jenggot dan kumis gue seperti cowok-cowok Korea yang ada di Drakor. Wajah gue asli Indonesia banget. Kalau kata Bapak dan Ibu di kampung sih, gue ini mirip sama aktor Abimana Aryasatya yang membintangi sinetron Lupus Millenia pada tahun 1999. Hahahaha. Gue sih, dimiripin sama Aktor tampan dan keren yaa senang-senang saja.
Hari ini, gue sengaja bangun lebih awal dan memilih untuk tidak lanjut tidur setelah bermohon kepada Sang Pencipta. Sambil menunggu adzan Subuh, gue siap siap untuk berbenah pakaian dan menyiapkan keperluan untuk seminggu kedepan. Ponsel gue berbunyi, dan itu artinya menandakan ada notifikasi WA. Gue ambil dan melihat ternyata ada pesan dari Anshara dan juga beberapa teman gue yang hari ini akan pergi keluar kota bersama. Pesan yang pertama kali gue buka tentu saja pesan dari sang pujaan hati siapa lagi kalau bukan Anshara.
Anshara: "Yasudah mas semangat ya. Hati-hati. Ara bakalan kangen lho nanti."
Gue mesem-mesem sendiri baca pesan dari Anshara. Membayangkan wajahnya yang seperti sedang ngambek tapi terlihat pasrah. Duh, jadi pengin cepet-cepet gue halalin. Eh.
Dafi: "Selamat pagi, Anshara nya Ibu Bapak. Hari ini mas mau berangkat pagi-pagi sekali. Jam 6 dari rumah. Mas berangkat bareng sama Ilham. Doakan mas, ya."
Send.
Anshara. Dia itu seperti cewek yang pas buat gue. Maksudnya, dia itu seperti ditakdirkan untuk gue. Dia itu paling bisa bikin hati gue jadi adem. Mungkin bukan gue doang yang bilang begini. Teman-temannya dikampus juga cukup banyak. Dia itu seperti apa yaa, umm.. Positive vibes sekali. Anshara anak yang manis. Cukup polos. Seperti, semua yang terjadi sekarang ini adalah hal yang baru bagi dia. Dia selalu excited dengan apapun yang gue lakukan. Dia selalu tersenyum dan tertawa, bahkan ketika gue membuat lelucon yang kata teman-teman gue super duper garing abissss. Dia juga anaknya nggak yang kalem-kalem banget. Pertama kali ngeliat dia juga gue langsung kecantol tuh sama dia. Sampek sekarang.
Gue jadi inget, pernah suatu saat sebelum gue pacaran sama dia, kita lagi duduk di warung bakso area kampus. Dia bilang gini, "Mas, kayaknya pulang ini aku harus periksa ke Dokter jantung deh."
Seketika gue panik dan kaget dong dengar dia yang tiba-tiba pengin periksa. Ke Dokter jantung pula.
"Kamu sakit Ra? Mau aku antar pulang sekarang?"
Dia menggeleng sambil memegang dadanya.
"Nggak tau, makanya nanti pas pulang ini aku mau periksa aja."
"Jantung kamu sakit? Kamu ada riwayat penyakit jantung?"
Dia menggeleng lagi.
Gue pun terdiam.
"Setiap kali aku ngobrol sama kamu, detak jantungku jadi kayak nggak normal. Dan itu nggak karuan."
Gue terdiam.
Sumpah.
"Bwahahahahahahahahhaaha" akhirnya gue nggak bisa lagi nahan apa yang menggelitik di perut gue.
Saat itu gue berfikir, ini cewek kok bisa begini? Apa dia sedang gombal? Sedang berusaha merayu gue? Memancing? Tapi dirasa tidak mungkin dilihat dari raut wajahnya yang sangat serius ketika dia berbicara akan periksa ke Dokter jantung. Gue masih nggak habis fikir sama Anshara. Bagi dia, gue adalah yang pertama. Yang pertama mengisi hati nya setelah kedua orang tuanya.
Gue nggak nyangka bisa bareng-bareng sama Anshara. Kayak mustahil bagi gue untuk sama Anshara ketika pertama kali ketemu. Dia berasal dari keluarga yang penuh dengan kasih cinta. Anak yang manis. Dan seperti nggak mungkin untuk dia mau sama gue. Gue dengan masa lalu yang sangat.. ah sudahlah. Jika dibahas sekarang, tidak akan cukup untuk satu malam. Dan gue sekarang sedang bersiap-siap untuk berangkat mengisi sebuah seminar.
Gue sangat bersyukur bisa memulai dengan Anshara. Rasanya, gue harus banyak-banyak berterimakasih kepada Ibu dan Bapak yang sudah melahirkan dan mendidik putri semanis Anshara.
...
Jam sudah menunjukan 04.35 dini hari. Adzan subuh pun berkumandang dengan sangat lantang dan itu seperti membuat candu dipagi hari bagi yang mendengarkan. Gue lekas bersiap-siap untuk pergi ke masjid, bercengkrama dengan Sang Pencipta memohon untuk yang terbaik bagi semua umat muslim didunia dan di akhirat kelak. Gue lekas mengambil kopiah dari atas meja yang berada tidak jauh dari ranjang, kemudian mengambil sajadah yang biasa gue sampirkan kepundak kanan. Tidak lupa untuk menyemprotkan minyak wangi pemberian dari sang pujaan hati.
***
Di bab ini kita melihat dari sudut pandang seorang Mas Dafi. Gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Masih
RomanceSemua tentangmu adalah aku. Mas Dafi. Bagiku, dia adalah insan yang melekat masuk kedalam hidupku tanpa permisi.