♡︎ Expectation ♡︎

139 23 0
                                    

Eren bernapas konstan, sama sekali tidak lega, sepuluh meter di belakang Mikasa. Gadis itu duduk di taman. Tidak ada pelayan apalagi ksatria di sekitarnya, karena Eren dengar dia mengusir mereka semua. Kebun belakang yang sangat rindang itu jadi sangat sunyi, mengubur sosok kecil Mikasa di antara bunga-bunga yang beragam.

Mikasa sudah bersikap aneh belakangan. Baru beberapa hari sejak ia menginjakkan kaki di kediaman utama. Apa para pekerja memperlakukannya dengan tidak hormat?

Eren tidak akan memaafkan mereka jika itulah yang keluar dari mulut istrinya.

"Mikasa?" Eren menepuk bahu istrinya.

Gadis itu berbalik untuk menemui mata Eren.

Abu dingin, sama dengan yang ia lihat saat berada di Hizuru.

Eren hilang fokus untuk sesat. Dia berkedip beberapa kali dan mengambil duduk tepat di samping Mikasa.

"Ada apa?" Eren meletakkan tangannya di atas tangan Mikasa yang menggenggam sekuntum mawar merah. "Kau... bersikap aneh belakangan ini."

Kenapa kau mengabaikanku?

"Tidak ada." Jawabannya sederhana. Keluar dengan enteng, tapi sangat membebani Eren.

Pria itu mengerutkan wajahnya, jelas itu bukan balasan yang ia inginkan.

"Mikasa, jika ada orang yang bersikap buruk padamu—"

"Jangan melempar dosamu pada orang lain, Grand Duke Jaeger," cecar Mikasa tanpa menatap Eren. Suaranya bernada sadis, Eren sampai membeku.

Mikasa membiarkan keheningan mengisi sebelum dia kembali bersuara. "Keluarga yang kau kenalkan padaku, hangat sekali. Hadiah-hadiah darimu dan pelayanan yang kau berikan di sini, itu yang akan para putri bangsawan tanah ini impikan."

Eren membiarkan Mikasa melanjutkan tanpa disela.

"Aku tahu apa maumu, tapi aku sama sekali tidak bisa membalasnya. Ini tidak benar, kau tahu? Andai dengan membunuhmu bisa mengembalikan nyawa tentara-tentaraku yang tewas dan mengembalikan mereka ke keluarganya, pasti sudah kulakukan sejak lama."

Mata Eren membulat, tidak percaya. Tidak, lebih kepada tidak mau mempercayai yang baru keluar dari mulut istrinya.

Eren hanya membohongi dirinya sendiri. Tentu saja sejak awal ia tahu membuat Mikasa jatuh cinta padanya itu tidak mungkin. Gadis itu tidak membencinya, tapi juga tidak punya perasaan padanya. Apapun, tidak ada.

"Akan kujaga dirimu, di sampingmu selamanya, tapi tidak akan bisa janji aku akan mencintaimu juga."

Eren membisu. Benar juga. Harusnya ia jangan berharap. Memang salahnya sudah berharap.

••✺••

Pls demi apapun, apa-apaan tulisan ini (@_@;) ada bab lain yang lebih matang malah ini yang ditulis.

Saya kepikiran gadis kecil yang lagi megang bunga. Jadi berhubung saya gak bisa gambar, EreMika saja yang saya jadikan tumbal.

Bye, mau lanjut kelon.

VernorexiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang