Part 1

3 1 0
                                    

"Echaa.." teriak seorang anak kecil bernama lengkap Devan Reifansyah sambil berlari menghampiri gadis kecil yang merupakan sahabatnya itu.

"Dev, kenapa Dev teriak-teriak dan lari-lari? Nanti Dev jatuh loh. Jatuh kan sakit.." Seru gadis kecil bernama lengkap Aneska Dalarisa Vandana itu dengan keras karena khawatir Devan akan terjatuh.

"Dev nggak takut jatuh kok. Dev cuma mau tau Echa takut ini apa enggak?" Kata Devan sembari menyodorkan seekor ulat palsu. Ya, Devan yang membuatnya sendiri. Ulat itu dibuat dari ujung daun pisang yang masih muda yang kemudian di patah-patahkan tapi tidak sampai terpisah hingga menyerupai ulat. "Echa nggak takut itu. Ulat yang asli aja Echa nggak takut apalagi ulat boongan kayak gitu."

"Yah kok nggak takut?" Kata Devan kecewa. "Iya Echa kan udah biasa pegang-pegang ulat sama temen sekolahnya Echa. Eh, tapi ini bikinnya gimana, Dev? Echa pengin.." ujar Neska merengek minta diajari. "Ya udah. Karena kamu nggak takut, Dev ajarin Echa cara bikinnya."

"Yey. Asyik. Makasih ya, Dev. Echa sayang Dev.." kata Neska dengan tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang rapi. "Dev juga sayang Echa.." jawab Devan sembari merangkul bahu Neska.

♡♡♡

Sembilan tahun kemudian.

Saat itu, Neska tengah asyik bermain bersama adik bungsunya yang masih kecil. Ya, Neska yang merupakan anak pertama dari pasangan suami-istri, Ratna dan Abimanyu Wijaya itu mempunyai dua orang adik laki-laki. Adik pertamanya bernama Azlan Qaddafi Arroyan dan adik kedua atau bungsu di keluarga Neska bernama Rafka Sharique Filardha.

Neska yang sedang asyik bermain dengan adiknya itu tiba-tiba, mendengar suara pintu diketuk oleh seseorang. Neska pun segera menghampiri pintu dan membukanya.

'Sret..' derit pintu rumah Neska.
Betapa terkejutnya Neska setelah melihat orang yang bertamu itu adalah sahabat masa kecilnya, Devan Reifansyah bersama bundanya, Liana Lestari.

"Echa?" Tanya Devan dengan ragu. Otaknya berpikir dengan keras apakah di hadapannya ini adalah Neska teman kecilnya. Neska yang lucu dan imut telah berubah menjadi gadis yang luar biasa cantik. Devan memandangnya dengan penuh kekaguman. Sementara Neska yang masih tidak menyangka dengan kehadiran sahabat masa kecilnya itu. Ia masih tetap terdiam dan terus memandang Devan. "Bun, ini beneran Echa kan?" Tanya Devan pada Liana.

"Iya.. ini Neska. Masa kamu lupa si, sama Echa-nya kamu.." jawab Liana yang langsung memeluk erat putri sahabatnya itu. "Gimana Echa cantik kan?" Lanjutnya bertanya pada Devan yang masih tidak menyangka dengan pertemuannya hari ini. Devan menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan dari sang bunda.

Sementara itu, Ratna yang merupakan mama dari Neska itu segera menghentikan kegiatannya karena mendengar suara sahabat lamanya. Ia berjalan dengan cepat menuju ke arah Liana.

"Lianaa.." Panggil Ratna dengan gembira. Mereka berdua pun berpelukan dan saling menempelkan pipi masing-masing. Sementara itu, Neska kini mendekati Devan dengan perlahan. Devan yang kini masih menatapnya dengan tatapan yang sulit dimengerti itupun mulai mengontrol dirinya.

"Devan, ya?" Sapa Neska kemudian. Yang langsung dijawab dengan anggukan kepala oleh Devan. Devan dan Neska pun segera saling mendekatkan diri masing-masing untuk berjabat tangan layaknya seorang sahabat lama yang baru bertemu kembali. Tidak berpelukan seperti kedua ibu mereka.

"Echa, sekarang tinggi ya? Hampir sama loh sama aku. Padahal dulu kan pendek banget.." Kata Devan berusaha mengakrabkan diri lagi. Sementara kedua ibu mereka sudah masuk ke dalam rumah. "Ya jelas dong. Sebentar lagi kamu pasti kalah tinggi." Jawab Neska menanggapi. Sebenarnya di dalam hatinya sempat ada rasa kecewa dengan Devan yang selama sembilan tahun ini tidak pernah menemuinya sama sekali bahkan jika ia ke rumah Devan, sahabat kecilnya itu tidak pernah ada. Namun, rasa kecewanya itu seketika lenyap saat melihat Devan kini berada di depan pintu rumahnya.

"Nggak mungkin dong. Kan pertumbuhannya udah berhenti" Kata Devan menanggapi perkataan Neska. Ia ingin pembicaraan mereka berlanjut terus.

"Kata siapa? Kan masih bisa kalo aku rajin olahraga.." Jawab Neska tak mau kalah. Membuat Devan akhirnya mengalah. "Iya deh iya. Nanti aku sekecil semut." Jawabnya dengan ekspresi wajah yang lucu. "Eh nggak gitu juga kali, Dev.." Ujar Neska sambil tertawa.

"Aneskaa.. Itu Devan-nya disuruh masuk dong. Masa di luar terus.." Panggil Ratna pada Neska yang masih berada di depan pintu bersama Devan.

"Oh iya maa.." Jawab Neska dengan segera. "Masuk, Van.. Jadi ngobrol di pintu gini.. hehe.." Neska mengajak Devan untuk masuk dan bergabung bersama ibu mereka yang kini sudah asyik dengan obrolan mereka. Setelah Devan duduk, Neska pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman. Tak lama kemudian, Neska kembali dengan membawa beberapa gelas.

"Diminum dulu, Bun.. Dev.."

♡♡♡

"Echa.. bisa tolong anterin ke kamar mandi?" Tanya Devan dengan pelan pada Neska yang kini duduk di sampingnya. "Iya.. Ayok, Dev.." Jawab Neska sembari beranjak dari posisi duduknya. Devan pun ikut berdiri dan izin pada Ratna. "Tante, Devan izin ke kamar mandi ya?"

"Panggilnya jangan tante dong. Manggilnya 'Mama' aja kaya Neska.." ujar Ratna dengan semangat. "Iya.. Neska aja manggilnya udah Bunda.. Masa kamu ke Ratna masih tante.." sahut Liana. Devan pun hanya menganggukkan kepala walaupun masih bingung dengan sikap kedua ibu itu. Dan kemudian Devan bersuara lagi. "Jadi, aku boleh ke kamar mandi kan, tan..eh, ma?"

"Iya silakan. Neska temani Devan ya?"

"Masuk ke kamar mandi gitu?" Tanya Neska polos. Yang membuat kedua ibu itu tertawa lepas. Dan kemudian Ratna berkata, "Nanti kalau udah sah. Okey? Sekarang jangan dulu.. maksud Mama tunjukin kamar mandinya.."

"Iya, ma.. Ini Neska mau anterin Devan." ujar Neska pelan. Ia sangat malu dengan ucapan mamanya barusan.

♡♡♡

"Cha, kok sepi? Adik kamu dimana?" Tanya Devan penasaran. Karena setahunya, Neska punya adik yang jarak umurnya tidak jauh dari Neska sendiri.

"Azlan? Paling lagi main sama temennya. Nah itu kamar mandinya, Dev.. Aku tinggal ke dapur ya.. Nanti kalau sudah selesai nyusul aja. Santai aja. Anggep aja kayak rumah sendiri." Ujar Neska dengan tersenyum ramah.

"Iya.. Makasih ya, Cha.." Jawab Devan singkat sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar mandi. Neska tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Setelah Devan selesai menunaikan hajatnya, ia berjalan ke arah dapur untuk menyusul Neska. Di dapur, Devan melihat Neska sedang asyik berbincang dengan seseorang melalui telepon pintar miliknya. Melihat Devan datang, Neska langsung mengakhiri video call-nya dan menyapa Devan yang telah menunggunya di depan pintu.  "Dev.. Sini deh. Ngapain berdiri di pintu?"

"Em.. Aku nganggu kamu ya?"

"Enggaklah. Tadi cuma telepon dari temenku.. Nggak begitu penting hehe.. Lagian kita kan udah jarang banget ketemu. Malah baru sekarang kita ketemu lagi setelah sembilan tahun berlalu."

"Iya.. kamu rindu masa kecil nggak?"

"Tentu saja. Masa kecil adalah masa hidup paling indah menurutku. Dimana tidak ada beban sedikitpun yang menempel di pundak.."

"Kamu benar, Cha.. Aku juga sama sepertimu."

"Kamu rindu Echa tidak?"

###
Hai.. Gimana ceritanya?🤗

Semoga kalian suka ya..
Oh iya disini konfliknya sama sekali belum ketebak karena masih awal banget. Jadi ditunggu aja ya.. Tenang pasti ada konflik kok. Karena di dunia ini tidak semuanya manis. Kadang kita juga harus merasakan kepahitan dalam hidup. Hiyahhh😁

Jangan lupa buat vote dan comment yaa..😉 Biar aku tau ada yang membaca novel ini..😁

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DevAneska (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang