3

334 67 39
                                    

Doyoung benci obat. Muak mungkin lebih tepat untuk Doyoung yang sudah harus menelan berbagai pil sejak ia masih di taman kanak-kanak. Seperti orang ketergantungan.

Hingga SMA, Doyoung masih harus menelan beberapa butir pil untuk tubuhnya. Jika tidak, mungkin dia tak bisa pergi ke sekolah.

Tidak ada yang tahu tentang ini, selain keluarganya, Hyunsuk dan Junghwan. Termasuk Haruto, adalah orang yang tidak tahu seberapa berjuangnya Doyoung untuk mencapai titik sekarang.

Itulah kenapa Doyoung memilih diam di rumah jika sedang libur dan tak banyak bergaul seperti remaja kebanyakan. Bukan karena sombong, tapi ia tak mau detak jantungnya terbuang sia-sia.

Lain cerita saat Haruto, dua bulan lalu memanggilnta, kemudian menembaknya dan menjadikannya kekasih. Doyoung tak masalah hidupnya akan habis dalam waktu sesingkat itu.

Perlakuan manis Haruto. Semuanya. Doyoung tak bisa menolaknya. Sedetikpun itu, Doyoung tak ingin menyiakannya.

Haruto terlalu berharga untuk disia-siakan. Persetan dengan hidupnya.

Doyoung pikir, dengan menerima Haruto sebagai kekasihnya, nantinya ia akan menerima dan merasakan kebahagiaan sesaat sebelum meninggal.

Pagi ini, Doyoung belum berangkat ke sekolah. Masih bersiap di dalam kamar, duduk sembari menimang-nimang baju olahraga di tangannya.

"Ikut olahraga, enggak, ya?" Monolog Doyoung. Matanya melirik ke atas nakas, sebuah botol kecil yang kosong tergeletak disana. "Um..."

"ADEK, TURUN! NANTI TELAT!" teriak Bunda Doyoung dari bawah.

"IYA BUNDAAA!"

Doyoung masih menimang bajunya. "Ikut aja, deh" finalnya. Setelah itu ia menjubelkan baju dan buku ke dalam tas, kemudian Doyoung berlari menuruni tangga.

"Nih, bekalnya." Ujar Bunda. "Obatnya sudah dibawa?"

Doyoung terdiam, sebelum akhirnya mengangguk.

==

"Doy, kamu ikut olahraga?" Hyunsuk menutup kotak bekalnya. Jadwal olahraga kelas Doyoung, Hyunsuk dan Junghwan itu setelah makan siang.

"Obatnya udah dibawa?" Sahut Junghwan yang baru masuk ke kelas.

Doyoung menangguk, sedetik kemudian dia menggeleng. "Aku ikut olahraga, tapi enggak bawa obatnya."

"LOH?!" teriak Hyunsuk. "GIMANA, SIH?!"

"Obatnya habis. Kemarin sakit banget, jadi kuminum."

"Enggak usah ikut olahraga aja kalau gitu." Ucap Junghwan. "Harusnya kamu enggak usah sekolah dulu hari ini!"

Doyoung menggeleng, "Aku ikut aja!"

"Duh,"

"Aku, tuh, hari ini janjian sama kak Haru.. nanti pulang sekolah mau main." Ujar Doyoung.

Hyunsuk dan Junghwan melempar tatapan khawatir ke Doyoung.

"Udah, deh, kalian ini." Doyoung memukul lengan Hyunsuk dan Junghwan bergantian. "Pokoknya enggak sampai capek, aku bakal baik-baik aja."

"Iya, deh. Dasar keras kepala."

==

"Hyunsuk! TANGKAP!"

Junghwan melempar bola ke arah Hyunsuk. Lalu di oper ke beberapa teman kelas mereka, hingga bola sampai di tangan Doyoung.

Doyoung berlari seraya menggiring bola oranye, menuju ring disisi kanan. Kakinya melompat, berusaha mencapai ring.

BRUK!

"DOYOUNG!"

Doyoung jatuh. Tubuhnya bergetar, nafasnya tersenggal. Salah satu tangannya mencengkram erat dadanya yang terasa seperti akan meledak.

Air matanya menetes, selain obat, Doyoung juga benci terlihat lemah di hadapan teman-temannya.


==
Gimana??

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Detak • HARUBBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang