tiba di hari dimana acara penutupan pensi. aca dan jendra dibuat kalang kabut -perkara jiel yang tiba tiba saja demam tinggi. "ca, ini kata gue gantinya rakha aja, ya? kalo nggak angkatan kita gak ada tampil band." menyeka peluhnya, jendra menarik napas dalam-dalam. lelah.
"iya rakha aja deh, jen. gue baru chat jiel, dia bilang backup drummer band nya cuma rakha" menunjukkan isi chatnya pada jendra, aca menengokkan kepalanya kesana-kemari sambil memberi instruksi pada anggota nya yang lain, agar acara cepat dimulai.
"yaudah, tapi lo bisa samperin rakha? gue dipanggil deri barusan, kak raisa udah dateng soalnya. gapapa kan?" tanya jendra pada aca yang masih menengokkan kepalanya kesana kemari.
"hah? oh ya ya, nanti gue cari rakha, udah sana hus! cepetan" aca masih tidak menengok, mengusir jendra dengan gestur tangannya.
astaga. ini bocil satu bener-bener. batin jendra lalu menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. mengacak rambut aca lalu pamit, "yaudah, nanti gue chat kalo udah beres semua. goodluck!"
kesal, baru saja aca menengok ke arah jendra ingin memarahinya, tapi jendra sudah lari jauh. "JENDRA AH RESE LO" merapihkan rambutnya, ia bergegas berjalan menuju kelas rakha.
"12 IPS 4- nah!" aca melangkahkan kakinya ke dalam, mencondongkan kepalanya untuk mencari rakha. "hng kok ga-"
"nyari siapa, cil?" celetuk rakha di belakang aca yang ikut mencondongkan kepalanya ke arah aca. membuat aca tersentak kaget.
"ngagetin, rakha. cepetan siap-siap. jiel pasti udah ngabarin lo soal perform" aca menegakkan badan hendak meninggalkan kelas rakha. dengan cepat, rakha mencekal tangan aca. "ya tungguin lah, barengan aja."
"ck. cepetan! urusan gue bukan lo doang." aca bersidekap dada, menunggu rakha -yang sepertinya sengaja memperlambat gerakannya membereskan tas.
tiba-tiba aca teringat gadis kemarin, louissa. "kha, louissa cewek lo ya?" deg. gerakan rakha terhenti, tubuhnya terpaku seolah patung. lalu ia berdeham, "ekhm, iya. kenapa? cemburu ya?" ujar rakha berusaha mengalihkan.
"apasih! nggak banget." aca mendelik ke arah rakha. "oh tapi ya, kha, gue bukannya kepedean. mukanya louissa mirip gue ya? dikit" sambung aca, kembali membuat gerakan rakha terhenti sebentar. "nggak. feeling lo aja kali. udah nih ayo ke stage." ajaknya.
"oh iya kali ya, feeling aja. yauda ayo" aca segera keluar dari kelas rakha sembari mengecek rundown acara yang sekarang berlangsung.
louissa bodoh. harusnya aca gak boleh tau ini semua. batin rakha, lalu melenggang pergi menyusul aca yang sudah duluan berjalan di depannya.
penutupan hari pertama selesai. masih ada 2 hari lagi dan aca sudah merasa lelah, astaga. meraih ponselnya dan barang-barangnya, ia mengecek jam yang melingkar di tangannya. pukul tujuh lewat sepuluh menit. aca melotot, astaga, telat 10 menit. batinnya.
lantas ia bergegas membereskan barangnya alu berpamitan dengan jendra dan anggota lainnya yang sedang menunggu jemputan. "gue duluan ya! thanks for today guys" melambaikan tangan, lalu aca segera memakai helm nya dan mengendarai motornya dengan cepat.
•
sampai di rumah, aca memakirkan motornya dan membuka helmnya. baru saja menutup gerbang, Mama nya sudah bersidekap dada di depan pintu utama sambil menatap nyalang ke arah aca.
"lihat jam. mata kamu itu buta gak bisa lihat ini jam berapa? HAH?!" aca tersentak, memundurkan sedikit langkahnya. genggamannya pada kaitan helm mengerat, "m-maaf, Ma. aca tadi habis penutupan acara pensi. aca jan-"
"gak usah sok janji-janji kamu! memang dasar anak gak tau diri. sini kamu!" sentak rosa, Mama nya pada aca. aca tidak berkutik, masih diam pada posisi nya dan menunduk dalam.
geram, akhirnya rosa mendekati aca dengan langkah kesal. "kalo dibilangin itu nurut, paham gak sih?! jangan buat Mama dan Papa kesal dan malu terus, Anyaca!" meraih helm yang digenggam erat oleh aca, ia melayangkan helmnya ke kepala aca,
bugh! bugh!
dua pukulan itu membuat aca limbung, terjatuh dengan tangan yang memegangi kepalanya. darah segar mengalir, aca tetap diam tidak berkutik. "Mama gini biar kamu ini disiplin! jadi anak nurut, sopan! jangan bisanya cuma nutupin aib Papa mu yang selingkuh!" sentaknya pada aca.
bugh. bugh.
dua tendangan yang di dapat aca pada perutnya barusan, seolah tidak membuatnya kesakitan. karena saat ini ada yang lebih sakit dalam dirinya. sakit hatinya karena Mama nya lebih membela Papa nya yang jelas berbohong. mengusap air matanya kasar, ia bangkit tertatih.
baru saja memasuki kamarnya dan ingin menutup jendela kamar, aca disuguhkan pandangan Papa nya yang kembali bersama selingkuhannya. aca menghela napas lelah, sudah tidak mengerti dengan Papanya.
Apa yang sebenarnya kurang dari rosa, Mama nya? Papa nya selalu mendapat perhatian, kasih sayang yang cukup, dukungan penuh dari Mama nya. sedangkan aca? makanannya setiap hari adalah tendangan atau pukulan. rasanya ia sudah mati rasa dengan semuanya. bahkan hatinya sekalipun.
hatinya telah mati, tepat saat Papa dan Mama nya berkelahi. saat dimana ia terbaring di rumah sakit selama dua bulan tanpa perhatian dari kedua orangtua nya -yang jelas membuatnya terbaring lemah di rumah sakit. bagi aca, tidak akan ada lagi celah untuk mengisi hatinya.
karena ia sudah merasakan patah hati terbesarnya. Ya, Papa nya sendiri. jika sudah begini.. lantas apa yang bisa diperbaiki?
•
gimanaaa part inii?
sincerely,
bia (。•̀ᴗ-)✧
KAMU SEDANG MEMBACA
caraphernelia
Teen Fiction[lowercase - written in bahasa] "Aku bahagia bisa kenal, dan secinta itu sama kamu, Kha. walaupun kamu cuma kasih aku luka" "liat, bahkan semesta nggak pernah biarin kita bahagia bersama, Ca." "Selamat tinggal .. karafernelia -nya Rakha." Started on...