dua

1 0 0
                                    

Kakek Irzan adalah seorang pedagang Mie Ayam keliling, Setiap hari bekerja tanpa lelah untuk mewujudkan mimpi Irzan. Sebenarnya Kakek ragu dengan biaya sekolah untuk Kedokteran, Pasti sangat mahal.

Uang hasil dagang Mie Ayam di tabung separuh nya tanpa sepengetahuan Irzan. Kakek berdoa di antara tiga pagi setiap hari, Berdoa untuk kebahagiaan cucu satu satunya, Untuk segala mimpi nya yang mulia agar Tuhan berkenan mengurangi beban di pundak cucu nya, Agar semua niat di hati nya tidak goyah.

"Satriaaaa cintakuuuuu".

Yang di panggil sontak menoleh, Merasa jijik dengan kata kata nya. Tapi senyum nya langsung merekah melihat Si Pemanggil.

"Wessss udah sehat lu jon"

"Calon Dokter masa sakit jon, Nyok ah anterin gue ke toko buku"

Mereka punya nama panggilan khusus untuk berdua, Irzan menjadi Jono dan Satria menjadi Joni. Katanya Nama mereka terlalu bagus untuk nasib hidup yang sebegini anjlok.

Berdua berjalan di koridor dengan celetukan Satria yang bikin Irzan sedikit terhibur. Moment seperti ini yang akan abadi di dalam ingatan. Satria janji akan menjaga kawan nya dengan penuh hati. Bagi Satria ketiga teman nya adalah Barang Antik, Tidak dimiliki oleh semua orang makanya harus dijaga dengan penuh hati.

Susah ataupun senang selalu di hadapi bersama. Jika salah satu nya terpuruk maka yang tiga nya harus mengangkat tinggi tinggi kawan nya, seolah berkata pada dunia, Heii ini kawan kami!! Lima Tahun kemudian akan jadi orang hebat!!!!!

"JONO! JONI!". Siapa lagi kalau bukan Lea.

"Gaby mana?"

"Mana gue tau, orang gue ngga tau"

"Masih sakit gausah ngomong, Nyink"

"Lo bacot si, bisa ngga sehari jangan teriak. Kuping gue kalo bisa ngomong udah menjerit kali nih". Kata Irzan sambil mengorek Telinga nya dengan jari kelingking.

"Ngomong sama laler! Nguing nguing"

Satria sudah lelah dengan Lea dan Irzan yang setiap hari pasti adu cibiran dan berujung Lea ngambek.

Sementara itu dari ujung parkiran ada Gaby yang berlari menghampiri ketiga kawan nya.

"Hayooo, Nungguin gue kan". Gaby sambil cengengesan.

"Nyengir lu"

"Eh Zan, lu jangan ke Toko Buku ya hari ini"

"kenapa emang?"

"Ihh gue pengen main sama kalian, udah lama banget kan ga kumpul gitu. Gue traktir dehhh yayaya plisss"

Mendengar kata traktir Ketiga nya langsung semangat.

"Oke gas aja"

Ini adalah cara Gaby untuk menyenangkan kawan kawan nya. Dari mereka berempat hanya hidup Gaby yang bisa dibilang lebih berkecukupan, walau begitu tidak pernah ada sedikit pun kata malu berkawan dengan kawan kawan nya dalam hidup Gaby.

~

Keempat sekawan itu sudah pulang ke rumah masing masing. Benar benar sejahtera kali ini perut mereka.

"Assalamu'alaikum bu, Satria pulang.. "

Tapi yang dilihat hanya isi rumah yang berserakan dan pintu kamar orang tua nya yang terbuka lebar. Satria melihat ibu nya sedang membenahi pakaian ke dalam tas besar.

"Buk mau kemana?"

Mata yang selalu Satria jaga agar tidak keluar air mata kini sudah sembab.

"Kamu mau sama ayah mu atau ikut ibu, Bang?"

"Kenapa bu.. " Suara nya sangat lirih

"Nanti ibu ceritakan, Kamu mau ikut siapa Bang.. "

"Ibu, aku ikut ibu. Aku yang akan jagain ibu sama adek"

Ibunya hanya tersenyum, Anak sulung nya sudah besar.

"Sekalian pakaian adek nya di bawa ya Bang"

Satria enggan membalas ucapan ibu nya, Ia hanya langsung pergi ke kamar nya. Keluarga yang Ia harapkan akan utuh dan berwarna kembali sudah sirna, Satria rela walau hanya makan tahu dan tempe setiap hari asal bisa makan bersama lagi.












Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

setinggi langitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang