bagian 4

5 2 0
                                    

DRRT

Ponsel Tika bergetar, membuat si empunya ponsel membuka matanya yang masih terasa berat. Kemudian menggeser layar dan membaca pesan yang tertera. Mata Tika berbinar seketika saat membaca pesan singkat itu, senyumnya terbit begitu saja saat mengetahui siapa yang mengirimkan pesan padanya pagi buta begini.

"Pagi." isi pesan yang tertera di layar ponselnya.
Pesan singkat yang tertulis biasa saja, namun berhasil meledakkan sesuatu dalam hati Tika pagi itu.

Senyum Tika terbit lebih cerah dari sinar matahari yang terlihat masih malu-malu di ufuk timur.

"Pagi." Tika mengirimkan balasan secepat kilat. Gadis itu kemudian melirik jam dinding, ternyata sudah jam setengah enam pagi. Pantas saja suara deru mesin kendaraan telah lalu lalang. Hari-harinya yang kosong, kini mulai berwarna dengan adanya Asep.

Tika duduk bersandar di sandaran tempat tidur sambil menarik selimutnya, memainkan ponsel yang berada di dalam genggamnannya dengan bibir yang terus melengkung.

Tak sabar menunggu pesan balasan dari Asep, akan tetapi pria itu tak juga membalas pesan yang Tika kirimkan.

Apa ini yang namanya cinta pada pandangan pertama?

Tika menggelengkan kepala dan tersenyum sendiri memikirkannya.
Karena Asep tak kunjung membalas pesan darinya, Tika bergegas keluar dari kamar, tak tahan lagi dengan desakan air seni yang kian memenuhi kandung kemihnya.
Meninggalkan Enny yang masih setia memeluk guling.

Tika berlari kecil menuju kamar mandi, segera mengeluarkan rasa sesak yang memenuhi kandung kemihnya.

Setelah usai buang air kecil, tak lupa Tika sekalian cuci muka dan menggosok giginya di dalam kamar mandi.

Usai dengan semua itu, Tika keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar. Tika berjalan menuju ke ruang depan,  membuka pintu rumah kost, berjalan beberapa meter ke depan kemudian merentangkan kedua tangannya sambil menutup mata dan menengadahkan kepalanya. Berusaha menghirup udara sejuk pagi itu sebanyak yang ia bisa.

Merasakan setiap semilir angin yang terasa sejuk membelai wajahnya dengan lembut, matahari pagi pun turut andil merengkuh tubuhnya memberikan kehangatan pagi yang mulai cerah. Kicau burung dan kokok ayam yang bersahutan menjadi irama merdu seakan ikut bersorak bahagia di atas kebahagiaan Tika.

Tika tidak mau menceritakan kebahagiaannya kepada teman-temannya kalau mungkin Asep menaruh hati padanya.  Bukan tidak mau, tapi Tika rasa ini belum saatnya. Mengingat perkenalannya dengan Asep masih hitungan jam, ia tidak mau di anggap terlalu percaya diri dan mungkin saja Asep cuma iseng belaka atas dirinya.

"Mbak, lagi ngapain?" tanya Ibu kost mengagetkan Tika.

Tika membuka mata dan segera menurunkan kedua tangannya, terlihat ibu kost baru saja selesai melakukan rutinitasnya jalan-jalan pagi sambil berbelanja, dapat di lihat dari beberapa kantong kresek yang berisikan sayuran segar di dalamnya.

"Eh Ibuk,  ini lagi cari vitamin D," ucap Tika melemparkan senyum canggung ke arah Ibu kostnya.

"Bantu Ibuk masak yuk, buat sarapan. Bangunin yang lain dulu juga boleh," ucap Ibu kost dengan lembut, perempuan yang sudah senja kerap di sapa Bu Arif itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

"Iya Buk," jawab Tika, segera mengikuti langkah Bu Arif masuk ke dalam rumah.

Tika langsung membangunkan Enny,

"En, bangun di suruh bantuin masak," ucap Tika sambil menggoyangkan pundak Enny, setelah Enny mengucek matanya Tika langsung meninggalkan gadis itu, kemudian menghampiri kamar Tia dan Nina.

TOK TOK TOK!

"Bangun, woi siang!" seru Tika namun tak kunjung mendapatkan jawaban, Tika mengetuk sekali lagi pintu kamar itu kemudian berbicara setengah berteriak.

"Cepat bangun, ada kebakaran!"

Tia dan Nina yang mendengar kalimat terakhir dari Tika langsung berlari menuju pintu berebut jalan keluar.

"Dimana?" tanya Tia panik, sementara Nina sudah lari terbirit-birit keluar dari rumah.

"Itu depan rumah,  tetangga lagi bakar sampah," ucap Tika cuek kemudian segera berlalu meninggalkan Tia yang melotot kearahnya.

"Uuhh!" seru Tia mengepalkan tangannya kearah  Tika.

Tika menuju dapur sambik terkikik, menuju Ibu kost yang sudah bersiap dengan beberapa sayuran di tangannya. Nampak Enny juga sudah mencuci beras dan memasukannya ke dalam penanak nasi.

Tia yang berjalan di belakangnya nampak berbelok ke kamar mandi.

"Dasar lu ya!  Pagi-pagi udah ngerjain orang. Tadi gue lari sampe gang depan. Untung ada Mbak Bita yang bilang kalo nggak ada kebakaran," ucap Nina berapi-api.

Tika tertawa kecil, tapi tidak dengan Enny yang langsung tertawa dengan keras.

"Mau aja di kerjain sama Tika, " ucap Enny disela tawanya.

"Ya lagian kebo banget sih tidurnya, di panggil-panggil nggak nyahut." Tika membela dirinya.

"Udah-udah, pagi-pagi jangan ribut," ucap Ibu kost melerai. Nina yang sudah bersiap melancarkan serangan untuk Tika terpaksa mengurungkan niatnya, mulutnya masih komat kamit tak jelas sambil menunjuk-nunjuk kearah Tika sebagai bentuk kekesalannya.

"Juli mana mbak?" tanya Ibu Arif saat melihat salah satu anak kostnya tak terlihat.

"Biasa buk, dia kan emang paling terakhir." celetuk Enny, membuat wanita tua di hadapannya menggeleng dan tersenyum kalem.

"Cepat bangunin, pamali gadis bangun kesiangan," lanjut bu Arif sambil menatap Tika.

Tika mengangguk sebagai jawaban dari perintah sang ibu kost, dan segera pergi ke kamar untuk membangunkan Juli.

"Jul ..." kata-kata Tika berhenti begitu saja saat matanya menangkap Juli yang tengah memainkan ponselnya.

"Kamu ngapain?" tanya Tika penasaran.

"Eh,  Emmb ... Itu tadi ... Tadi ...."

"Tadi apa Jul?" tanya Tika tak sabar, membuat degup jantung Juli meningkat, bahkan keringat dingin mulai membasahi keningnya.

"Itu ... kejatuhan air. Iya kejatuhan air makanya aku lap." bohong Juli sambil membersihkan layar ponsel Tika yang sebenarnya tidak basah.

"Oh." Tika ber 'oh' ria, tapi yakin Juli sedang menyembunyikan sesuatu. Terlihat dari gelagat aneh yang dia perlihatkan.

"Bantuin masak di dapur gih," ucap Tika.

"Oke," jawab Juli singkat, lalu secepat kilat pergi dari hadapan Tika.

Tika langsung mengecek ponselnya, ada satu pesan dari Asep yang belum di buka tapi Tika tak berniat untuk membacanya.
Kemudian segera mengecek aktivitas ponselnya.

"Kontak?" ucap Tika pelan.

"Juli cari kontak siapa?  Kenapa gugup banget kaya tadi?" Tika bertanya pada dirinya sendiri.

Belum sempat menemukan jawaban atas pertanyaanya, suara Nina membuyarkan segala praduga dalam hatinya.

"Iyaaa,"  jawab Tika kemudian segera meletakkan ponselnya kembali dan menuju dapur di mana teman-temannya tengah berjibaku dengan aneka bumbu dan sayuran untuk menu makan hari ini.

Cinta dari Bumi Bung KarnoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang