FRDZONE | 01

119 16 0
                                    

"Menggegam saja belum, mengapa aku harus melepaskan?"

Siapa bilang aku tak pernah menggenggamnya? Jangankan menggenggam, aku bahkan dijadikan rumah untuk pulang baginya. Bahuku bahkan dijadikan sandaran untuk kepalanya, dan aku bahkan juga dijadikan diary tempat ia mencurahkan keluh kesahnya.

Walau saja, aku tak pernah ia jadikan bintang di hatinya.

Yaelah, namanya juga sahabat.

Sahabat.

Sahabat lebih dari pacar itu bohong. Buktinya banyak janji pergi nongkrong dibatalin demi pasangan yang merengek minta beliin seblak. Jadi intinya, pacar itu nomer satu. Sahabat juga nomer satu. Tapi jika pacarnya sudah diputusin.

Namaku Nanon.

Hari ini, esok, kemarin, dan nanti aku adalah seorang sahabat yang mencintai sahabatnya. Sudah lama aku pendam rasa ini, tak berani memulai sebab takut cintaku bertepuk sebelah tangan.

Tapi hari ini, Nanon yang katanya takut itu udah ku pendam dalam dalam. Sebab rencananya, aku akan mengungkapkan perasaan itu hari ini.

Pagi pagi sekali aku sudah membelah jalan dengan motor vespa yang baru aku beli kemarin. Vespa matic itu loh? Yang mahal itu, haha. Warnanya hitam, pilihan sahabatku, karena dia pernah bilang "Nanon kece pake motor vespa yang warna item itu".

Sembari mengendarai motor, aku bersenandung untuk memudarkan rasa gugup. Kan ceritanya sebentar lagi mau confes.

Tak lama setelahnya aku sampai di depan perkarangan rumah sahabatku. Halamannya masih sangat asri, keluarga ini senang dengan tanaman hijau, segar bila mata memandang.
Tapi sayangnya, tanaman tanaman ini kalah segar dengan pria mungil yang duduk di atas kursi di teras rumahnya.

Ia Chimon, pria mungil yang aku ceritakan sedari tadi. Uh, walau terlihat menggerutu kesal tapi keimutan itu tak bisa lepas dari wajahnya. Apalagi melihat cara berjalannya, chimon menghentakkan kakinya di setiap langkah.

"Lama lo, njing" kata Chimon yang sudah berdiri di depanku.

Aku tersenyum miring. "Gak tau terimakasih ya, lo! Mending gue jemput".

"Terserah, mending cepetan"

Ku perhatikan ia sudah duduk di atas motorku tapi masih dengan wajah kesalnya. Oh, bahkan ia tak menyadari motor baru ku, sialan.

"NON! CEPETAN! Malah bengong"

"Lo pura pura gak sadar ya?" tanyaku.

"Apanya?" ujarnya yang entah polos atau hanya pura pura.

Aku menghela nafasku, "motor baru gue"

Chimon membulatkan mulutnya "Ohhhh tau"

"Terus kenapa diem?"

"Terus gue harus gimana?"

"........"

Aku segera menyusul Chimon untuk duduk di atas jok motor, lalu menjalankan motorku menuju sekolah, tanpa mengucapkan sepatah katapun. Begitu pula dengan Chimon, yang fokus dengan fikirannya.

Jujur, sebenernya pengen dibilang keren. Tapi, doi gak peka.


Sampai sudah kami di sekolah. Kini aku dan Chimon berjalan beriringan menuju kelas, tanpa mengucapkan sepatah katapun. Kami berdua benar benar bergelut dengan pikiran masing masing.

Taukah apa yang ku pikirkan? Aku bilang hari ini akan ku ungkapkan perasaan itu, dan lihat sekarang, aku bahkan bingung ingin memulai dari mana.

"Mon"

"Non"

Aku dan Chimon terkekeh setelah memanggil dalam waktu bersamaan. Sangat kompak

"Lo duluan". Ku suruh Chimon untuk berbicara dahulu.

"Haduh, gimana ya cara bilangnya, gue maluuu" keluhn Chimon seraya menggesekkan kedua telapak tangannya. Pipi putihnya yang gembul tiba tiba menjadi sedikit kemerahan.

"Bilang aja kali, kaya sama siapa aja lo" 

Ia mengerucutkan bibirnya yang tipis. "Tapi lo jangan ngejek gue ya, awas aja lo!"

"Iyaa iyaa! Cepetan"

Aku lihat Chimon menghela nafasnya dalam, dia terlihat sangat gugup. Melebihi aku yang ingin menyatakan perasaan.

"Gue pacaran sama bang pluem"

.......

FRDZONE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang