Lembar Kedelapan {Menyadari}

7.3K 1.2K 18
                                    

"Perban di tangan anda harus segera diganti, itu kata nona Stella waktu saya berpapasan dengannya tadi, nona."

Mendengar nama Stella, Casandra terdiam menatap kolam bak mandi tempatnya berada saat ini. Yakin, Casandra yakin jikalau kehidupannya saat ini telah melenceng jauh dari yang tertera di novel.

Masih ingat di mana waktu seharusnya Stella berada di makan malam kemarin? Tempat yang seharusnya menjadi awal pertemuan Stella dan Zayn beserta adiknya—Alsey, nyatanya tidak berjalan seperti yang ada di buku. Melainkan dua bersaudara itu telah lebih dulu mengenal sang Tokoh Utama Wanita.

Alsey yang menyuruh Casandra untuk memanggil Stella, dan Zayn yang saat itu menyuarakan kebingungannya atas kebodohan Casandra yang menyebutkan tentang akhir kisahnya yang tentu saja tertera di dalam novel sialan miliknya.

Ah, memikirkannya membuatku semakin pusing, keluh Casandra dalam hati.

Meski semuanya nampak memusingkan, namun percayalah
Casandra sama sekali tidak peduli. Casandra benar-benar tidak peduli dengan siapa Stella akan berakhir bahkan mungkin mati. Entah itu Caldwell, atau mungkin Zayn. Yang ia pikirkan saat ini hanya bagaimana cara agar dapat terbebas dari segala hal yang berbau lingkup kerajaan, dan tentu saja berbahagia dengan pasangannya kelak di akhir cerita.

Yah, itulah sekiranya keinginan Casandra yang terbilang, sulit. Sulit sebab sampai sekarang belum terpenuhi.

"Nona apa anda tidur?" tanya Alexa yang sedari tadi tak mendengar satupun balasan Casandra atas ucapannya.

Dua menit berlalu akhirnya gadis bermanik biru itu mengeluarkan suaranya.

"Sepertinya akan seperti itu," jawabnya jujur. Casandra memang nyaris tertidur karena pijatan Alexa di kepalanya.

"Jika anda ingin tidur sebaiknya anda bergegas naik nona. Lebih baik anda tidur di dalam kamar dari pada harus di bak mandi ini, nona. Anda bisa sakit." Alexa menjelaskan panjang lebar namun tak menghentikan kegiatannya.

Terlambat, sebab Casandra sepenuhnya telah tenggelam di alam mimpinya.

Alexa hanya bisa menghela napasnya. Dia tidak mungkin membangunkan Casandra yang sedang tertidur pulas di bak mandinya sendiri. Namun, Alexa juga tidak bisa membiarkan Casandra terlalu lama berendam di dalam air.

Maka satu-satunya cara agar tuannya tidak jatuh sakit adalah meminta bantuan Putra Mahkota untuk memindahkan Casandra ke tempat seharusnya. Toh, tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena mereka tunangan yang sebentar lagi akan menikah.

Perlahan-lahan Alexa bangkit dari sana agar tidak menimbulkan suara yang dapat menganggu ketenangan Casandra. Gadis itu kemudian keluar mencari pangeran Caldwell. Tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya jika ia sampai mewujudkan ide gila tersebut.

The Ambrosius


"Jadi, kau menyuruhku untuk mengendong gadis bodoh itu." Caldwell menatap dingin pada Alexa yang saat ini berdiri di depannya dengan kepala yang tertunduk.

"Apa kau mengetahui siapa yang tengah kau perintah ini?"

Alexa mengangguk dengan kepala yang semakin tertunduk.

"Putra Mahkota," cicitnya.

"Kau tidak sedang berbicara dengan lantai," sindir Caldwell yang sukses membuat kepala Alexa terangkat meski tubuhnya gemetar.

"Sebelumnya maafkan saya, Pangeran." Gadis itu menyatukan kedua tangannya di depan dada.

"Tapi saya mohon, tolong bantu saya. Nona Casandra akan jatuh sakit jika terlalu lama berendam di dalam air. Saya juga tidak punya hak untuk menganggu tidurnya, Yang Mulia."

The Ambrosius {Segera Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang