Lembar Kesembilanbelas {Sakit}

3.6K 700 26
                                    

Casandra berjalan lunglai dengan tatapan kosong. Dia masih shock akan ucapan Grizella beberapa waktu lalu.

Bayangkan saja, keputusan mengenai hubungannya dengan Caldwell yang seharusnya ia sampaikan pada saat itu juga, mendadak hanya bisa tertahan di tenggorokan ketika gadis itu dengan jelas mendengar kata 'pernikahan' yang akan dilangsungkan dua pekan ke depan.

Pikiran gadis itu mendadak kosong. Tak ada respon sama sekali terhadap apapun yang diucapkan ratu Ambrosius tersebut. Dan yang lebih sial lagi, diamnya Casandra justru dianggap 'menyetujui' apapun yang keluar dari mulut istri penguasa dataran Ambrosius itu. 

Termaksud merawat Caldwell yang sedang jatuh sakit disebabkan kondisi tubuh pria itu yang benar-benar sangat menurun.

Rasa-rasanya kepala gadis itu akan pecah karena terlalu banyak berpikir. Ini tidak seperti apa yang dia harapkan. Bukan seperti ini seharusnya.

Karena terlalu serius melamun, Casandra bahkan tanpa sadar telah masuk ke dalam kamar Caldwell yang anehnya tidak terasa asing bagi gadis berumur 18 tahun itu.

Namun baru saja memasuki ruangan tersebut, Casandra sudah disuguhi kebersamaan Caldwell dan juga Stella.  Hal itu sontak membuatnya memutar bola mata malas. Menyesal karena telah masuk ke ruangan biadab ini.

Hendak berbalik pergi dari sana, suara Caldwell menghentikan langkah Casandra.

"Casandra."

Casandra memejamkan mata erat, nafasnya terhembus panjang, sebab mendengar panggilan pria bajingan itu.

Gadis itu berbalik dengan senyum menyeramkan yang tersampir di bibir mungil merah muda itu.

"Ya?"

Caldwell menoleh pada Stella yang justru menatapnya bingung. "Kau bisa pergi."

Tanpa diperintah dua kali, Stella langsung pergi dari sana dengan ekspresi muram yang sangat nampak.

Setelah memastikan bahwa Stella telah pergi, Caldwell lalu menatap gadis bernetra biru itu dengan tatapan sayu.

"Mengapa kau datang ke sini?" tanya Caldwell dengan suara serak khas orang sakit.

Sayangnya, pertanyaannya Caldwell disalah artikan oleh Casandra. Gadis itu mengira kedatangannya sama sekali tak diharapkan oleh pria bernetra hijau itu.

Seperkian detik ekspresi wajah gadis itu berubah menjadi sangatlah datar. Dengan ogah-ogahan, Casandra menjawab,

"Aku diperintahkan oleh Permaisuri untuk merawatmu," jawabnya jujur, tanpa ada yang dia tutup-tutupi.

"Tapi sepertinya perintah itu tidak akan berlaku lagi. Kau lebih baik dirawat oleh Stella dibanding denganku. Aku bukan ahli obat-obatan dibanding dengannya."

Tidak. Casandra tidak cemburu sedikitpun karena melihat kedekatan pria itu terhadap Stella. Bukankah mereka memang ditakdirkan untuk bersama? Jadi buat apa untuk cemburu. Hanya saja melihat kedekatan kedua orang itu entah mengapa Casandra seperti melihat ajalnya sendiri. Dan itu cukup membuatnya was-was.

"Jadi Ibuku memberitahumu tentang kondisiku?" tanya Caldwell bodoh. Pria itu jelas-jelas mendengar ucapan Casandra tadi. Mana ada orang yang dirawat dengan keadaan sehat sentosa.

Dasar Pangeran bodoh, rutuk Casandra dalam hati.

Caldwell sudah bisa menyimpulkan dengan diamnya Casandra. Mendadak saja senyum tipis terbit di bibirnya. Ah, Ibunya itu benar-benar pengertian. Tahu saja jika dia membutuhkan Casandra di sampingnya.

"Ah, maksudku .... aku, aku punya alergi terhadap perempuan, dan gadis yang tadi adalah salah satunya. Jadi sepertinya dia tidak bisa merawatku," ujarnya cepat, tidak masuk akal.

The Ambrosius {Segera Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang