Lembar Keduapuluh Dua {Pesta}

1.8K 182 18
                                    

"Ya, apa yang dikatakan Caldwell memang benar. Ayahmu telah menitipkan sebuah wasiat sebelum meninggal dunia di peperangan sebelas tahun silam."

"Sebelum menghembuskan napas terakhir, Ayahmu mengajukan beberapa permintaan yang salah satunya adalah menikahkan kalian berdua. Kau dan putraku, Caldwell. "

Ucapan yang keluar dari mulut Kaisar beberapa waktu lalu terus terngiang-ngiang di kepala Casandra. Ternyata apa yang dikatakan 'pria itu' memang benar adanya. Pria itu tidak membual sama sekali. Pesan terakhir yang dikatakan mendiang Ayahnya adalah fakta. Dan kali ini Casandra tak bisa mengelak akan hal itu.

Jika seperti itu, berarti hidup Casandra tidak akan lama lagi. Pernikahan, perselingkuhan, tragedi mengenaskan, dan mati.

Benar-benar tidak lama lagi.

Ah, Casandra ingin menangis saja rasanya. Dia juga tidak mungkin 'kabur' yang tidak dalam persiapan yang matang. Ada beberapa hal yang Casandra pikirkan jika dirinya harus meninggalkan kota ini. Salah satunya adalah Steven, kakaknya.

Casandra tidak mungkin pergi tanpa pamit pada Steven, dan kemudian mengungkapkan siapa jati dirinya sebenarnya. Akan tetapi, Casandra juga tidak mungkin kabur meninggalkan pria itu seorang diri di tempat ini. Stevan bisa mati karena menangisi kepergian adik tersayangnya itu. Tapi yang paling penting, dia juga tidak mau mati sebelum melihat pangeran berkuda miliknya.

Ah, kepala Casandra ingin pecah karena memikirkan nasib miris kehidupannya itu.

"Nona, semuanya sudah siap."

Suara Alexa berhasil menyadarkan Casandra yang sedari tadi melamun di depan kaca rias.

Kening gadis itu berkerut ketika melihat pantulan wajah seseorang yang sangat cantik dengan balutan gaun berwarna coklat keemasan yang melekat di tubuh. 

"Alexa, apa ini benar diriku?" tanya Casandra masih tak menyangka. Oh astaga kenapa dia baru menyadari jika ternyata dirinya sangat cantik.

Melihat tingkah tuannya, Alexa tersenyum geli sebelum menjawab.

"Tentu saja ini adalah Nona."

Casandra mengerjap pelan sebelum menoleh pada Alexa dengan raut bodohnya. "Tapi mengapa aku sangat cantik?"

"Apanya yang mengapa? Nona kan memang sangat cantik, jadi itu wajar-wajar saja," balas Alexa. Kepalanya menggeleng tak percaya akan tingkah Casandra.

"Baiklah, Nona, karena semuanya sudah siap sekarang waktunya kita turun. Orang-orang pasti sudah menantikan kedatangan anda di sana," ujar Alexa menambahkan, tangannya terulur untuk menuntun tuannya keluar dari sangkar emas.

Casandra mendengkus pelan. Bola mata gadis itu berputar malas "Aku bukan tokoh utama dalam pesta, jadi untuk apa juga mereka menunggu kehadiranku. Aku tidak sepenting itu, Alexa."

Kali ini Alexa tak mau menimpali perkataan Casandra. Bukan karena malas meladeni tuannya itu, tetapi Alexa memang tak tahu harus menimpali dengan kalimat seperti apa.

Casandra itu selalu tahu bagaimana membuat Alexa tak berkutik.

Dengan langkah yang cukup sulit karena gaun yang digunakan lumayan berat, Casandra akhirnya berjalan menuju di aula istana tempat pesta di selenggarakan kali ini.

The Ambrosius

Prang!

Bunyi pecahan kaca berukuran sedang menggema di ruangan bernuansa putih bersih tersebut. Pecahan kaca berserakan di mana-mana hingga meleburkan keseluruhan sampai-sampai benda tersebut tak dapat di rekatkan kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Ambrosius {Segera Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang