5

1.6K 138 5
                                    

title: hamil.

⚪️⚪️⚪️

jaeyun bolak-balik ke kamar mandi karena mual. ia sampai duduk di sebelah kloset karena sudah lemas. energinya terkuras habis. ia bahkan tidak peduli dengan pakaiannya yang basah. ponselnya terus berbunyi. seseorang menghubunginya. namun jaeyun tidak sanggup untuk menerima panggilan tersebut.

ia menyandarkan kepalanya di kloset itu. dingin. tapi terasa nyaman. jaeyun tersentak karena seseorang masuk ke apartemennya dengan tergesa-gesa. tidak. tidak hanya seorang, namun ada tiga orang.

"kak jaeyun!" teriak ketiganya karena tidak menemukannya. jaeyun berteriak, 'di sini!' dan ketiganya segera menghampirinya.

jungwon, riki, dan sunoo menunjukkan ekspresi terkejut. jungwon dan riki membantunya berdiri, sedangkan sunoo mengambilkan handuk untuknya.

"kak jaeyun kenapa?" tanya sunoo dengan gurat khawatir yang sangat kentara di wajahnya.

"kakak masih jijik dengan sisa makanan di kantin?" tanya riki dengan gamblang. jaeyun yang mendengarnya kembali mual. ia berlari kembali ke kloset. jungwon dan sunoo menatap riki dengan desahan.

"kita ke dokter ya kak." kata jungwon mutlak.

/

jaeyun pikir ia masih terbayang-bayang dengan sisa makanan di kantin yang dibuang ke tong sampah besar. ia pikir ia merasa mual karena terbayang-bayang aroma makanan yang dicampur jadi satu. ia pikir ia hanya perlu melupakan ingatan buruk itu. namun itu semua salah.

jungwon, riki, dan sunoo membawanya ke dokter umum untuk memeriksakan kondisinya. namun ia diminta untuk mengetes urinenya dan mendapatkan hasil yang tak diduganya selama ini. iya, hasilnya positif. jaeyun positif hamil. kasus yang sangat langka.

"kak, selamat." ucap ketiganya dengan tangisan haru. sedangkan jaeyun, ia masih terdiam. melamun. masih tak percaya dengan apa yang didapatkannya.

"kak sunghoon harus tahu ini." jaeyun merebut ponsel jungwon. ia meremas ponsel jungwon dengan cukup kuat.

"ka-kalian ja-jangan kasih tahu sunghoon dulu."

/

jaeyun terus melamun. ia duduk di sofa ruang tengah. televisi yang menyala tidak ia hiraukan. posisi duduknya bersila. memeluk boneka beruang besar hadiah dari sunghoon. jaeyun memikirkan cara untuk memberitahukan sunghoon.

"jaeyun, aku pulang." teriak sunghoon yang baru saja datang. jaeyun hanya berdehem pelan dan kembali fokus pada pikirannya. sunghoon memeluknya dari samping dan mengecup keningnya.

"sayang, kamu kenapa? hmm?" jaeyun membalas memeluk tubuh sunghoon. ia menghirup aroma sunghoon yang sudah bercampur keringat. tapi jaeyun sangat menyukainya. bahkan jaeyun ingin menghirupnya berkali-kali. wangi menurutnya.

"kamu kenapa sayang? tumben mau cium bau badan aku yang keringetan?" jaeyun tidak menjawabnya. ia terus menghirup aroma sunghoon dengan rakus. bahkan sampai menggigit kemeja sunghoon sampai basah.

"yang, kamu aneh. aku mandi dulu ya?" sunghoon berusaha melepaskan pelukan mereka. namun jaeyun merengek tak mau. pelukannya semakin erat. bibir bawahnya ia majukan.

"mau peluk sunghoonie." rengeknya. sunghoon pun kembali memeluk tubuhnya. jaeyun berseru senang dan kembali menggigit kemeja sunghoon.

/

sudah setengah jam mereka dalam posisi itu, sunghoon yang memeluk tubuh jaeyun, dan jaeyun yang menggigit kemeja sunghoon. pakaian sunghoon jadi basah. hmm, sudah basah dari awal karena keringat, namun menjadi lebih basah di bagian depan karena ulah jaeyun.

"sayang, sudah ya. aku harus mandi." jaeyun merengek tak mau.

"kamu cerita ya? kenapa kamu kaya gini? tumben loh mau peluk aku yang bau keringet. biasanya juga diusir buat mandi dulu." kata sunghoon dengan kalem. ia mengusap kepala jaeyun dengan lemah lembut.

"sunghoon, aku hamil." jawab jaeyun dengan tegas. sunghoon diam membatu. ia mematung. jaeyun melepaskan gigitannya pada kemeja sunghoon. iya. ia tahu betul kalau sunghoon akan terkejut dengan berita yang disampaikannya. entah itu berita bagus atau bukan. jaeyun tidak tahu.

ia melepaskan pelukan sunghoon dan berlari ke kamar tamu. menguncinya. mengurung diri karena tidak mau melihat reaksi sunghoon. karena meskipun mereka sudah bertunangan, sunghoon masih belum mau menikah.

/

jaeyun memakai earphone dan menyetel musik dengan volume paling tinggi. ia tidak peduli akan telinganya yang bisa sakit karena perbuatannya. ia hanya tidak siap dengan reaksi sunghoon. tidak. tidak. ia tidak siap.

sunghoon pasti memarahinya karena ia hamil. sunghoon pasti membatalkan pertunangan mereka karena ia hamil. atau, yang lebih menyakitkan, sunghoon pasti memintanya untuk menggugurkan anaknya. anak mereka. tidak mau. jarang sekali ada pria yang hamil di dunia ini. ia termasuk beruntung. ia tidak mau menghabisi janinnya dengan cara menggugurcaraya. tidak mau. jaeyun tidak mau.

ia menangis sesegukan karena membayangkan kejadian-kejadian buruk yang akan terjadi. membuatnya merasa mual. ia lari dengan terbirit-birit ke kamar mandi. ia gagal mengurung diri.

"hueek. hueek. hueek." jaeyun memuntahkan semuanya. jaeyun menoleh ke arah pintu kamar mandi. ia melihat sunghoon yang berdiri di ambang pintu dengan selimut tebal. handuk bertengger di lehernya. rambut sunghoon masih basah, sepertinya sunghoon baru selesai mandi dan mengganti pakaiannya.

"jangan berjuang sendirian ya sayang." kata sunghoon dan membungkus tubuh jaeyun dengan selimut tebal itu. jaeyun di gendongnya begitu saja dan di bawa ke kamar mereka.

"ini anak kita, jadi kita harus merawatnya bersama-sama." lanjut sunghoon sembari memberikan minyak kayu putih pada leher dan dada jaeyun. membuatnya tenang.

"su-sunghoon ma-mau anak ki-kita?" tanya jaeyun dengan terbata-bata. sunghoon mengangguk mantab. ia mencolek hidung jaeyun yang memerah.

"sunghoon tidak marah karena aku hamil?" sunghoon mengangguk lagi.

"sunghoon tidak membatalkan tunangan kita kan?" sunghoon mengangguk kembali.

"sunghoon tidak memintaku untuk menggugurkan anak kita kan?" wajah sunghoon mendekat. kemudian mengecup hidung jaeyun.

"tidak sayang. aku bahagia dengan beritanya. aku sangat senang. terimakasih sayang." jaeyun menangis mendengarnya.

"la-lalu ke-kenapa tadi sunghoon te-ter-terdiam?"

"yaa, kaget aja sayang. ternyata kamu beneran hamil."

"hah? jadi sunghoon mau anaknya atau tidak?" jaeyun emosi. ia menggeliat. tak mau dipeluk sunghoon lagi.

"siapa bilang tidak mau? rencana aku berhasil buat kamu hamil ya aku seneng dong yang. tapi kaget karena berhasil dengan sekali coba."

"re-rencana?" sunghoon mengecup bibir jaeyun. membuat pria yang dibungkus selimut tebal itu terkejut. sunghoon tersenyum lebar. sangat tampan di mata jaeyun.

"siapa coba yang engga mau nikah cepet-cepet?" tanya sunghoon. jaeyun menunjuk dirinya sendiri.

"siapa coba yang engga mau buru-buru punya anak?" jaeyun menunjuk dirinya lagi dengan ragu.

"tapi aku mau punya anak." bantah jaeyun. sunghoon tertawa pelan. ia mengacak rambut jaeyun.

"iya iya. tapi kamu engga mau nikah cepet, jadi aku rencanain ini. hehe. maaf ya sayang." jaeyun memajukan bibirnya. cemberut. kesal.

"kamu marah? mau ditinggal sendirian?" tanya sunghoon dengan ekspresi wajah sedih. jaeyun melepaskan selimut tebalnya dan memeluk tubuh sunghoon seperti koala. sangat erat. ia bahkan tidak peduli dengan rambut sunghoon yang masih basah.

"sunghoon." panggil jaeyun. sunghoon berdehem pelan.

"kapan kita nikah? aku engga mau anaknya lahir sebelum kita nikah."

"secepatnya sayang. secepatnya." jaeyun tersenyum mendengarnya.

© kumiko m.

an outdated book (sungjake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang