2

3 0 0
                                    

Membuka mata, Nadira menyibak selimut yang menutup wajahnya. Meraih hp di atas kasur, ia mengucek mata sambil melempar  hp kembali ke kasur dan menguap lebar.

Mengikat rambut asal, Nadira merebus air dan mengambil mug sapi berwarna biru.

Bukan membuat teh atah kopi, Nadira hanya minum air putih hangat setiap pagi.

Meraih roti di atas meja, Nadira duduk di meja makan dengan laptop di hadapan.

Menunggu email balasan, Nadira mengoles roti dengan selai coklat, meraih saus sambal dan menuangkan ke atas roti dengan selai coklat.

Kebiasaan makan Nadira memang cukup aneh, ia tak ragu mencampur makanan yang menurut indra pengecapanya cocok.

Membaca balasan email, Nadira segera menutup laptop dan mulai membereskan sisa sarapan. Lanjut mencuci piring, menyapu dan mengepel lantai, Nadira menyirami bunga di pekarangan dengan air hujan yang di tampung sebuah bak semen tua.

Merasa semua pekerjaannya selesai, Nadira meraih handuk dan segera bersiap, ada orang lain yang harus dia temui hari ini.

Nadira berbaur dengan kesibukan di sekitarnya, cewek dengan hoodie berpotongan crop warna coklat di padu celana kulot hitam menggantung, ia membiarkan poni yang sudah memanjang dan rambut sebahu itu tergerai.

Langsung menuju wanita yang melambai di ujung cafe, Kinar tersenyum dan segera memesan kan minuman untuk Nadira.

"Nadira, kenalkan ini orang yang gambarnya kamu lihat kemarin"

Cowok dengan kaus hitam dan rambut diikat itu tersenyum, nadira mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

"Nadira"

Cowok itu membalas uluran tangan nadira.

"Algis"

Jepit kupu-kupu yang menempel di salah satu gelang hitam milik Algis menarik perhatian Nadira sesaat, ternyata masih ada beberapa orang aneh selain dirinya di bumi.

Melepaskan jabat tangan, Kinar mulai membicarakan kontrak lalu mengulurkan surat kontrak di hadapan Nadira.

Nadira meraih bolpoin, menarik kertas dan siap membubuhkan tanda tangan sampai suara bariton mengintrupsi.

"Pakai ini, Lo kesulitan melihat karna poni"

Nadira mendongak, menatap manik biru milik Algis.

Meraih jepit kupu-kupu warna pink yang di sodorkan Algis, lalu menjepit poninya ke atas.

"Makasih"

Nadira kembali menarik kertas, tapi terhenti karna pertanyaan Algis.

"Lo yakin setuju? Di kontrak tertulis kita harus tinggal satu atap sampai komik selesai"

Nadira menatap Algis malas, untuk sebentar tatapan mereka bertemu. Mata biru Algis seolah terhipnotis retina hijau milik Nadira, tajam dan memikat.

"Apa salahnya? Gue kan gak harus satu kasur sama lo?"

Dengan cepat Nadira menandatangani kontrak, kinar yang sejak tadi mengamati kedua insan beda usia itu menahan senyum.

"Oke, kontrak bisa di mulai besok. Untuk masalah kepindahan Nadira akan di bantu, dan selama 6 bulan kebutuhan kalian di tanggung perusahaan"

Nadira mengangguk, matanya melirik Algis sekilas. Cowok itu juga mengangguk dan meneguk jus jeruknya, Kinar mulai mejelaskan masalah studio yang akan mereka tempati.

"Besok, akan ada orang-orang yang menjemput barang Nadira"

"Gak perlu, Nadira bisa sendiri"

"Biar gue yang bantu" Algis menatap Kinar dan Nadira bergantian.

Nadira menggeleng, "gak perlu, gue gak bawa banyak barang"

"Lo yakin?"

"Yasudah, alamat nya sudah di kirim kan ke email kalian masing-masing. Dan mari kita bekerja sama di proyek ini!" ujar Kinar semangat.

Setelah selesai, Nadira pamit. Bangkit dari tempat duduk, Nadira mengembalikan jepitan kupu-kupu yang di pinjamkan Algis.

"Nih punya lo!"

"Gak usah, buat lo aja"

"Kenapa?"

"Lo lebih butuh" Nadira mengangguk, malas berdebat panjang dengan Algis.

Gadis itu berjalan pergi, Algis terus memandang punggung mungil yang menjauh sampai Kinar menyikut pelan.

"Ciecie, naksir nih?"

"Apaan sih?"

"Lo naksir nadira?"

"Enggak kok, enak aja"

Kinar memandang Algis lama, "bohong banget deh"

"Serah ya kak, gue cabut dulu"

"Yaudah"

Algis berjalan menuju motor matic yang terparkir di depan cafe, menggunakan helm dan menjalankan motor standar.

Mata Algis kembali menangkap seluet cewek yang baru ia temui beberapa menit yang lalu, Nadira berjalan memasuki gang yang gak jauh dari cafe.

Algis tersenyum tipis kala mengingat Nadira yang hendak mengembalikan jepitan kupu-kupu, apa gadis itu tidak tau perbedaan memberikan dan meminjamkan? Atau dirinya lupa memberi tau?

Entahlah, Algis tak sabar menjalani pekerjaan 6 bulan ke depan. Menggambar adalah hobinya, dan bekerja dengan hobi adalah hoki yang tak akan dia sia-siakan.






Terimakasih udah singgah😂😂

Jangan lupa komen dan vote!!🌟🌟

SAKARINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang