1

5 1 0
                                    

Haiiii apa kabsss??

Welcome to my second Childs guys😂

Moga suka, dan mau tetep stay baca sampai tamat!!

Enjoy yaos!!

"Ivona Kanaya Nadira"

Cewek yang duduk di dekat jendela tepat barisan terakhir mengangkat tangannya, guru dengan kepala pelontos menatap siswi yang di panggil.

"Gak mau pindah kedepan Nadira?"

"Enggak pak"

Mengangguk, guru sejarah kembali mengambil absen. Hujan lebat yang mengguyur membuat hawa dingin dan rasa kantuk begitu kuat, lebih dari sebagian anak kelas ini tertidur.

Bel istirahat berdering nyaring, akibat suasana setelah hujan yang dingin membuat banyak siswa-siswi untuk menetap di kelas sambil makan tentunya. Bisa di pastikan kantin kosong, karna mereka lebih memilih makanan yang datang bukan mereka yang menghampiri.

Nadira duduk di meja pojok kantin, dengan sebotol air putih di hadapannya gadis berambut sebahu menikmati semangkuk bakso berkuah merah menyala dengan tangan yang lain sibuk menulis sesuatu di note.

Nadira bukannya tak memiliki teman, gadis itu merasa tak perlu menjalin hubungan pertemanan. Cukup saling tegur sapa, dan dia terbiasa kemanapun sendirian.

Semangkuk bakso sudah berpindah ke perut Nadira, ia kembali fokus ke notes dan pena sampai ponsel di sakunya berdering.

Membaca pesan, Nadira bangkit dan meletakan selembar uang hijau di bawah mangkuk.

Kaki dengan sepatu ket warna hitam itu berjalan menuju meja wali kelas dan menyerahkan surat izin pulang cepat ke meja piket.

"Kamu harus jaga pola makan Nadira, sudah ke 4 kalinya dalam minggu ini kamu pulang cepat"

Nadira mengangguk dengan keringat sebesar biji jagung yang terus berpacu membasahi wajah Nadira, tak tega menahan siswinya lebih lama, izin pulang cepat segera di tanda tangani.

Nadira berjalan cepat keluar pekarangan sekolah, jarak rumah dan sekolah nya tidak terlalu jauh, hanya perlu memasuki beberapa gang.

Membuka pintu, Nadira melepas sepatu dan meletakan di rak. Ia beringsut menghidupkan lampu agar rumah yang suram menjadi terang, lalu berlari ke kamar mandi.

Nadira memang punya masalah dengan pencernaan, tapi gadis itu juga mencintai makanan pedas.

Setelah mencuci muka dan ganti baju, Nadira duduk di sofa ruanh tv dengan laptop di pangkuan. Rumah Nadira bukan rumah mewah 2 lantai dan perabot mahal, Rumah sederhana peninggalan kakek nya masih terawat dengan baik meski hanya Nadira sendiri yang menghuni.

Kesepuluh jari Nadira menari lincah di atas keyboard laptop, ia harus bergegas. Naskah hasil editan nya harus sudah terkirim sebelum matahari terbenam atau dia bisa kena marah, selain sekolah dengan biaya pensiun kakeknya, Nadira juga mencari uang tambahan dari menjadi editor naskah, dan ghost writer.

Nadira kecil yang bercita-cita menulis novel best seller menyusun hidupnya secara sempurna, dan untuk menjaga letak kesempurnaan rencananya Nadira memilih jurusan bahasa dan sudah memilih universitas dengan jurusan sastra yang bagus.

Sampai tuhan mengambil kembali sang kakek, cita-cita yang sudah di susun rapi terasa sia-sia.

Nadira cinta menulis karna sering melihat kakek nya senang membaca, kakek Nadira seorang penikmat sastra. Di buktikan dengan tumpukan berpeti-peti buku milik beliau, dengan berbagai macam bahasa asing.

Nadira mengusap air mata yang jatuh, gadis cantik dengan poni hampir menutupi seluruh matanya itu menjadikan menulis sebagai pelarian,  jadi editor lepas dan ghost writer Nadira pilih meski harus terus di kejar waktu.

Melirik jam di dinding, Nadira memasukan laptop ke dalam tas. Memakai hoodie warna merah maroon kebesaran, Nadira meyampirkan tas ke bahu dan mengunci pintu.

Berjalan melintasi trotoar, Nadira menyebrang jalan, berbaur dengan keramaian.

Mendorong pintu sebuah cafe, Nadira berjalan menghampiri seorang wanita matang di pojok ruangan.

"Nadira!! Selamat, tulisan kamu kemarin menjadi artikel terbaik dan masuk karya paling di perhitungan kan di dunia literasi tahun ini!!"

Kinar tampak berbinar, Nadira mengangguk sekenanya.

"Dan satu lagi Nadira, novel yang kamu ajukan untuk di terbit sudah di pinang perusahaan Berliana Publisher"

Nadira tersenyum tipis, akhirnya salah satu impian akan terwujud.

"Tapi mereka sepakat membuat komik elektronik dengan persetujuan mu"

"Nadira gak mau"

"Nadira" lagi-lagi, Kinar menarik nafas.

Nadira bukan sekali dua kali menjadi incaran para produser, karya-karya dengan gendre thrailer tulisan Nadira begitu hidup dan dapat mengguncang pembaca.

"Kak Kinar tau jawabannya, Nadira gak mau kalau cerita Nadira gak sampai rasanya ke pembaca. Apalagi kalau sampai di visual kan, Nadira gak mau pembaca kecewa"

"Oke-oke, tapi coba liat gambar ini dulu" Kinar menyerahkan tab nya, Nadira menatap lama gambar-gambar di slide.

"Kakak kamu kasih waktu, ini kesempatan emas Nadira. Dan kesempatan emas gak datang dua kali!" Kinar terus membujuk Nadira.

Nadira menghembuskan nafas kasar, susah sekali jika harus terus berdebat dengan Kinar. Tapi seperti sebelumnya, Kinar akan menyerah dengan kekeras kepalaan Nadira.

Kinar menatap Nadira lama, Nadira menarik nafas panjang.

"Kasih Nadira waktu untuk berfikir"













Tanks udah singgahhhh!!😂😂

Jangan lupa vote, dan komen!!!🌟🌟

SAKARINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang