•
•
•
•"Selamat sore, Kak (Name)."
"Kuroo, kamu tau ini udah yang ke delapan puluh enam kalinya?" Aku terkekeh ringan ketika mendapati lelaki kucing yang sudah kukenal sekitar tiga bulan lalu itu berjalan mendekat dengan senyum lebar. Masih lengkap dengan kemeja fanel dan celana jeansnya, serta tas punggung hitam yang disampirkan di pundak.
"Tet-su-rou. Sesusah itu manggil nama depan saya hm?"
"Iya iya, Tetsurou."
Sejak hampir tiga bulan lalu, ada rutinitas baru di sore hari—meladeni Kuroo yang selalu mampir ke toko bunga sepulang kuliah. Awalnya sekedar mampir dan basa-basi menyapa aku dan Bu Ira. Lama kelamaan dia bilang ingin membantu di toko dan belajar lebih banyak soal bunga. Entah kenapa tiba-tiba dia tertarik dengan bunga. Maksudku kebanyakan anak laki-laki jaman sekarang lebih memilih bermain game online daripada menghabiskan waktu di toko bunga.
"Kamu ngga bosen?"
Kuroo yang sedang memakai apronnya menoleh, "Kalau maksudnya saya bosen bantu kakak, jawabanya enggak tuh?"
"Ngga latihan voli?"
"Saya udah lulus SMA Kak (Namee)." Telunjuk dan ibu jarinya menarik pipi sebelah kiriku. Dasar, anak ini mulai berani rupanya.
"Kalau gitu bukannya lebih baik kamu belajar? Udah jadi MaBa loh."
"Ngga perlu, saya udah pinter."
Bukan kali pertama aku kewalahan dengan sikap keras kepalanya. Lelaki ini memang selalu punya alasan atau jawaban masuk akal, yang mau tak mau aku hanya bisa mengalah.
Kuroo yang selesai dengan apronnya, meninggalkanku lalu dengan cekatan membantu Bu Ira mengangkat keranjang bunga pesanan ke dalam bak mobil pengangkut. Kehadirannya bukan hanya meringankan pekerjaanku, tapi juga menarik banyak pembeli. Lihat saja wajah tampannya itu, menggoda iman para kaum hawa. Tidak hanya satu-dua yang modus mampir untuk sekedar basa-basi. Buktinya ketika aku yang gantian melayani, raut wajah mereka tidak seantusias ketika melihat Kuroo.
"Ah, Kak (Name)! Saya udah selesai bantu Ibu, ada yang bisa saya kerjain lagi?"
"Engga. Sisanya biar saya yang urus. Kamu istirahat sana."
"Yah, kakak ga seru."
"Hahaha, rehat dulu le, ibu sudah siapkan kue tadi, monggo di dahar." Bu Ira datang dengan setoples penuh kue kering, dan disambut antusias oleh Kuroo. "Matur suwun, Ibu." Sengirnya senang.
"Oiya, kak."
"Ya, Kuroo? Ah maksudku Tetsurou."
"Itu, bunga yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Apa namanya?" Tunjuk Kuroo pada belasan pot yang terpajang rapi didepan dinding kaca.
"Oh, itu anyelir. Baru datang kemarin."
"Cantik."
"Iya, ayelir memang can—"
"Maksud saya kakak, Kak (Name) cantik."
Dua detik aku terdiam. Lelaki didepanku ini memang suka sekali menggombal, aku sampai sudah mempan dibuatnya. "Saya tau. Makannya kamu jangan naksir sama saya."
"Tapi saya sudah naksir tuh."
"Kuroo! Berhenti godain saya."
"Saya udah bilang gamau dipanggil Kuroo."
Helaan napas keluar dari belah bibirku. Aku terlampau lelah menghadapi lelaki jelmaan kucing liar ini. "Iya, Tetsurou."
"Saya juga gamau dipanggil Tetsurou sekarang."
"Lalu kamu mau dipanggil apaaaa?"
"Sayang, boleh?"
Astaga.
Aku mengabaikannya lantas berpindah tempat. Kuroo disana masih tertawa puas melihat wajah jengkel ku. "Iya maaf Kak (Nameee). Saya bercanda loh."
"Saya capek di bercandain terus, Tetsu."
"Oh? Jadi kalau diseriusin baru mau?"
"Kuroo Tetsurou!"
Begitulah sore hariku sekarang. Penuh dengan gombalan Kuroo. Aku tau dia hanya sedang menggodaku, tidak bermaksud serius. Makannya aku terus menyadarkan diriku sendiri untuk tidak baper atau semacamnya. Ya Tuhan, kemana Kuroo yang masih malu malu memakai kaosku tiga bulan lalu?
Hingga malam tiba, aku memutuskan tutup toko lebih awal hari ini. Karna persediaan bunga tinggal sisa sedikit, dan baru diantar besok pagi.
"Kak!" Kuroo memanggilku ketika aku sedang bersiap pulang. "Kenapa?"
Ia tersenyum, menampakkan gigi putihnya yang rapi. Sepertinya Kuroo sedang membuyikan sesuatu.
"Ada sesuatu yang saya mau kasih ke kakak."
"Apa itu?"
Lantas tangan kanan yang tadi ia sembunyikan di belakang badan, bergerak menyodorkan beberapa tangkai ayelir kearahku. "Tadi saya ambil beberapa, tapi saya tetap bayar lho!"
"Anyelir? Buat saya?" Kuroo mengangguk.
"Kenapa tiba-tiba?"
"Hmmm, kenapa ya..." Tangannya diletakkan didagu membuat posisi berpikir. "Untuk sekarang saya kasi anyelir dulu. Nanti kalo sudah saatnya, saya ganti,"
Sebelum aku membuka mulut, wajah Kuroo sudah duluan bergerak mendekat kearah telingaku. Membuatku diam seribu bahasa. "Saya ganti dengan mawar."
🥀
(n.) Anyelir (atau carnation dalam bahasa inggris) menjadi bunga favorit para pengagum rahasia di sekolah menengah atas dan mereka yang minim budget untuk menunjukkan rasa cinta kepada kekasih lantaran harganya yang terbilang murah.
(n.) Dengan memberikannya bunga mawar, berarti kamu menunjukkan kepadanya bahwa benar-benar mencintainya dan ingin memilikinya secara utuh.
Kamus Bahasa Jawa:
》Le: panggilan untuk anak laki laki. Kalau perempuan 'nduk', sedangkan untuk laki-laki 'le'. (Bisa dibilang artinya 'nak' dalam bahasa)
》Monggo: silahkan
》Dahar: bahasa jawa krama dari 'makan'. Fyi bahasa krama itu bahasa jawa yg sopan gitu deh.
》matur suwun: terimakasihTo be continued,
762 words.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLDER : K. Tetsurou x Reader [✔]
Teen FictionSebuah cerita tentang dandelion, dan geranium. - ꒰‧⁺ ⌨︎ DISCLAIMER ˀ ⚠️ All Haikyuu character belongs to Haruichi Furudate-sensei OOC, typo, dan awas kena mental.g #GAPProject by chlvray_