🍁 : Reddish Flower

224 42 15
                                    

Kata-kata yang kau berikan padaku
Sekarang masih ada di dalam diriku
Tersimpan di suatu sudut hatiku
Terjaga dengan baik dan rapi
Dan selalu berada di dalam dadaku
━━━━━━»•»🍁«•«━━━━━━━━━━━

Kata-kata yang kau berikan padakuSekarang masih ada di dalam dirikuTersimpan di suatu sudut hatikuTerjaga dengan baik dan rapiDan selalu berada di dalam dadaku━━━━━━»•»🍁«•«━━━━━━━━━━━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nyanyianmu indah..." puji (Name) yang baru saja mendengar melodi merdu dari suara milik Ritsu.

"Syukurlah kalau kau suka." ucapnya menanggapi seraya tersenyum lembut. Dan (Name) ikut membalas senyuman itu dengan kedua pipi yang merona senang.

Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba kucing hitam mencakar kaki Ritsu sehingga sang korban mengaduh kaget. "Hei apa masalahmu!?"

Kucing itu seakan menghiraukan protes dari Ritsu dan malah tidur dipangkuan (Name).

Gadis itu terkekeh, "Sepertinya Choco menyukaimu."

"Choco?" bingung Ritsu.

"Nama kucing ini. Hadiah karena selalu menemani kita selama empat hari ini. Dia manis seperti coklat, karena itu aku menamainya Choco. Apa kau suka?" jelas (Name) lalu beralih mengelus kucing itu direspon dengan dengkuran halus.

Empat hari ini (Name) jadi sering berkunjung ke tempat ini. Ia merasa familiar juga nyaman jika berada di sini. Apa dirinya pernah ke sini sebelumnya? Entahlah. Gadis itu tidak ingat. Memorinya sangat kacau sejak kecelakaan saat SMA yang merungut nyawa ayahnya.

Dalam kurun waktu empat hari itu jugalah ia dan Ritsu menjadi akrab. Tidak lupa dengan Choco, mereka sering menghabiskan waktu bersama di bawah pohon maple raksasa itu.

"Tidak. Nama itu terlalu imut untuk kucing barbar seperti dia."

Choco yang mendengar itu langsung beranjak dari pangkuan (Name) untuk mencakar Ritsu. Sepertinya Ritsu tak akan
bisa akrab dengan hewan berbulu satu itu.

ー💌ー

Sore ini, (Name) kembali mengunjungi tempat beradanya pohon maple raksasa itu. Indah dan nyaman, itu yang membuatnya candu. Selain itu ada Ritsu yang menanti kehadirannya.

(Name) sangat ingin berjalan-jalan dengan Ritsu ke tempat lain, tapi pria itu selalu menolak ketika diajak. Sang gadis tak terlalu mengerti alasannya. Setiap ditanya, Ritsu selalu mengalihkan pembicaraan.

Sebenarnya apa yang disembunyikan pemuda itu?

"Ritsu!" Mendadak senyum (Name) luntur ketika tak melihat pemuda bersurai hitam itu saat sampai. "Ritsu? Eh? Kau dimana?"

(Name) mulai mencari di sekitar yang menurutnya Ritsu berada. Namun nihil, ia tak menemukan batang hidung sang pria.

"Hei jawab aku! Ritsu!"

Entah kenapa gadis itu merasa ingin menangis sekarang. Normalnya ia tak akan menangis hanya karena hal sepele seperti ini. Jika tidak bertemu Ritsu, ia bisa pulang dan kembali besok. Tapi mengapa ia merasa sesak?

"Jangan tinggalkan aku, ku mohon hiks... Ritsu... " (Name) berjongkok di bawah pohon maple besar. Air matanya keluar tanpa alasan yang jelas.

"(Name)!? Ada apa!?"

"Ritsu!"

Dari atas pohon, pemuda itu melompat ke bawa lalu segera mendekap gadis itu. Tangannya mengelus punggung (Name) lembut. Apa yang sudah terjadi? Ia hanya tidur sebentar di dahan pohon maple. Ketika bangun akibat suara yang mengusik, ia sudah mendapati (Name) yang menangis di bawah.

"Jangan hiks tinggalkan aku..."

Ritsu tak terlalu mengerti, tapi yang pasti tugasnya saat ini adalah menenangkan (Name). Elusan di punggung beralih pada pucuk kepala sang gadis. Ia bersuara lembut membisikkan sesuatu, "Tenanglah, aku selalu berada disini. Dimana pun kau berada... Selalu."

ー💌ー

"M-maaf karena aku menangis tiba-tiba tanpa alasan yang jelas. Aku juga tidak mengerti kenapa begini."

"Tidak apa-apa. Tenanglah. Tapi jikalau kau menangis lagi, aku selalu ada disini untukmu."

(Name) tersentak dan merona, setelah itu ia tersenyum manis, "Ya!"

Tak lama kemudian terdengar suara kucing mengeong. Tak jauh dari keberadaan mereka, terdapat seekor kucing berbulu hitam tengah berjalan menuju lokasi mereka. Siapa lagi kalau bukan Choco, kucing yang yang menjadi alasan (Name) dan Ritsu dipertemukan.

Gadis itu mengangkat tubuh sang kucing. Sesekali mengomelinya karena dirinya juga tidak terlihat sedari tadi. (Name) merasa sendirian sejak sampai ke sini.

"Ngomong-ngomong, Ritsu. Bagaimana cara mu bisa naik ke atas pohon? Dahannya kan tinggi? Lalu apa kakimu tidak cedera setelah melompat dari sana? Kau baik-baik saja?"

Awalnya Ritsu terdiam, namun setelah tersenyum jahil, "Kau khawatir ya~"

"A-apa? Tidak kok!" Ritsu tertawa puas akibat respon dari sang gadis. Pipinya yang menggembung lucu dan alisnya yang bertaut kesal.

"Manis."

"Eh? Barusan kau bilang apa?" (Name) berhenti mencubit lengan Ritsu akibat mendengar perkataan samar yang pemuda itu lontarkan.

"Tidak ada~"

(Name) kembali menggeram kesal, dirinya sudah puas digoda dengan pemuda itu. "Kau ini!"

Sore itu mereka menanti datangnya senja, menunggu kehadiran bintang pertama di langit. Tak lupa canda tawa manis yang menghiasi tempat itu.

Tak ada daun yang tidak akan gugur dari dahannya. Tinggal menunggu semua pucuk rontok dari sang pohon. Sarayu membawanya terbang, menyisakan serbuk kenangan yang ia lalui bersama sang ranting. Semua itu takkan bisa diprediksi oleh keduanya. Karena hanya waktulah yang dapat memainkan takdir.

.
.
.

"Nee, Ritsu. Kapan kau berulang tahun?"

Bersandar pada dahan pohon, menikmati ketenangan. Dengan tangan mungil yang mengelus bulu hitam dari hewan berbulu itu, (Name) tiba-tiba bertanya hal terkait tentang diri sang pemuda.

Tak langsung menjawab, Ritsu seakan menimang pertanyaan sang gadis. "Mengapa kau bertanya?"

"Tidak, aku hanya penasaran."

"Dua puluh dua September."

"Eh benarkah? Itu kan dua hari lagi?" Ritsu mengangguk.

"Maa, kalau begitu aku akan memberi ucapan ulangtahun untukmu hari itu!"

Ritsu menatap manik (Name). Seakan terkunci atas tatapan milik sang gadis, bibirnya membentuk kurva manis lalu merona tipis, "Ya. Akan ku tunggu."

°○ "Sama seperti yang ku lakukan selama enam tahun ini" ○°

❀ 𝐓wilight's 𝐑everie › 𝐒. 𝐑itsu〈✓〉Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang