Sagara dan Ibu

53 41 46
                                    

Malming ngapain nih? Masih ppkm gak disna? Sehat² ya, gk ush keluar dlu klo gk pnting.

Kaya biasa, berkabar ya klo ada typo aesthetic. Happy Reading..

Malam ini Karsa turun dari kamarnya untuk membuat makan malam, dia yakin jika tidak ada lagi makanan yang disisahkan untuknya di meja makan, jadi sekarang dia akan membuat sepiring nasi goreng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini Karsa turun dari kamarnya untuk membuat makan malam, dia yakin jika tidak ada lagi makanan yang disisahkan untuknya di meja makan, jadi sekarang dia akan membuat sepiring nasi goreng.

Saat sedang asik memasak tiba-tiba dibelakangnya ada suara yang cukup membuatnya terkejut.

"Lu kenapa masih disini sih?"

Tanpa membalikan tubuh, Atlas jelas tau itu siapa. Sagara, si kakak tertua.

"Lu kapan pergi sih? Gua risih liat lu disini," Ucap Sagara.

"Nanti, kalo gua udah bisa beli rumah buat lu,"

Sagara maju mendekati Karsa yang sibuk memasak. Sagara menyentuh pundak Karsa dan membalikan tubuh laki-laki itu sampai mereka berhadapan.

"Apa maksud lu?" Tanya Sagara dengan wajah marahnya.

Karsa tersenyum, lalu menghempaskan tangan Sagara yang masih bertengger dipundaknya, dengan santai ia kembali melanjutkan acara memasak nya.

Ia mengambil piring dari rak, kemudian memindahkan nasi goreng dari penggorengan ke atas piring, tak lupa Karsa mengambil minum serta alat makan.

Saat akan meninggalkan Sagara, Karsa tersenyum tipis.

"Nikmatin dulu aja hidup lu yang sekarang. Sekarang gua emang gak di anggap ada, tapi nanti, lu yang bakal bener-bener gak ada, paham kakak?!"

Setelah mengucapkan kalimat tersebut dengan menekan kata "Kakak" didalamnya, Karsa pergi menuju kamar dengan nasi goreng dan segelas air.

Namun belum juga dia keluar dari dapur, tangannya yang sedang memegang piring itu ditarik oleh Sagara hingga sepiring nasi goreng yang masih hangat itu jatuh ke lantai dengan piring yang kemudian pecah.

Karsa menatap datar nasi goreng miliknya, sedangkan tangan satu lagi mencengkram gelas dengan erat.

Sagara memegang kepala Karsa kemudian menendang kaki lelaki itu hingga Karsa jatuh tersurngkur, kini gelas ditangannya juga jatuh dan pecah.

Dengan amarah yang meluap Sagara menendang kepala Karsa dengan kencang hingga Karsa tiduran di lantai. Kupingnya berdenging namun Karsa mengabaikannya.

Ketika dia akan bangun kepalanya yang masih tertidur di lantai itu di injak oleh Sagara.

"Lu gak usah macem-macem, gua bisa bunuh lu sekarang juga," Ucap Sagara dengan terus menekan kakinya di kepala Karsa.

Karsa menarik kaki Sagara hingga kini ia bisa bangun dari posisinya. Diambilnya pecahan piring kemudian diarahkan ke Sagara yang berdiri di hadapannya.

"Kalo mau ribut, jangan dikandang sendiri lah," Karsa melempar pecahan piring kearah Sagara dan tidak sengaja menggores lengan lelaki itu hingga mengeluarkan darah.

"Kalo mau ribut diluar juga jangan bayar orang, mental modal duit receh aja sok lawan gua,,"

"Sekali lagi, nikmatin hidup lu yang sekarang, sebelum gua rebut semuanya tepat di depan mata lu,"

Karsa pergi meninggalkan Sagara yang terlihat marah. Sagara paham, itu bukan sekedar kata-kata, Karsa orang yang ambisius, kata-kata nya mungkin akan menjadi nyata.

----

Byurrr

Karsa bangun dari tidurnya dengan tubuh basah kuyup, ia segera duduk dan mengatur nafasnya yang tersenggal.

Kepalanya menoleh, menatap sang ibu yang berdiri disisi ranjang dengan membawa sebuah gayung kosong.

"Kenapa bu?" Tanya Karsa panik sambil mengusap wajahnya.

"Ini apa?" Ucap sang ibu, ditangannya ada secarik kertas ujian.

Wajah Karsa pucat melihat kertas ujian di tangan sang ibu. Padahal Karsa yakin sudah menyembunyikannya serapih mungkin, dia bahkan bisa menjamin jika FBI tidak akan menemukan kertas itu.

"Nilai segini bisa buat apa?!" Della meremas kertas ujian dengan nilai 8.5 itu, kemudian dilemparnya kertas yang sudah tergulung ke arah Karsa hingga mengenahi dahi pemuda itu.

"Kamu ibu sekolahin bukan buat bikin malu, kalau emang kamu udah gak niat sekolah, lebih baik berhenti aja, kerja sana cari duit, ngemis kek, apa kek, terserah kamu!!"

Della mengucapkan itu dengan mata yang terus menatap Karsa dengan tajam, baginya nilai segitu adalah aib, walau itu hanya ulangan harian Karsa harus tetap dapat nilai sempurna.

Sedangkan Karsa hanya menunduk dalam, satu-satunya orang dirumah ini yang tidak akan dia bantah adalah Della, karena bagaimanapun Della tetap ibu nya. Dia tidak akan membantah ibunya sendiri.

Della mengeryitkan dahi, kemudian berlalu menuju jendela di kamar Karsa, membuka tirai nya sehingga cahaya masuk.

"Mau sampai kapan bu?" Tanya Karsa lirih.

Della yang sedang mengikat tirai kamar Karsa terdiam ditempatnya. Sesungguhnya Della sadar jika perlakuannya pada Karsa itu hal yang salah namun ini satu-satunya cara.

"KARSA CAPEK BU!!" Teriak Karsa sambil menggenggam selimutnya.

Plak

Sebuah tamparan dihadiahi Della pada pipi Karsa, mata wanita itu memerah menahan amaran yang bergejolak.

"Kamu itu aset keluarga, jadi lakukan yang terbaik," Ucap Della penuh penekanan, kemudian ia keluar dari kamar Karsa, meninggalkan anak itu sendirian.

Selalu seperti itu. Della selalu menyebut Karsa sebagai aset keluarga, Karsa tidak paham apa maksudnya. Dari kecil ia dituntut untuk sempurna tanpa celah, tidak perduli apapun yang terjadi dan jenis mata pelajaran apa, Karsa harus lebih baik.

Dia dituntut sempurna, namun dia tidak boleh meminta keadilan.
___

Konflik pertama nih, klo ada kritik dn saran kolom komentar tersedia. Makasih

Karsa || Hiatus. Karsanya Koma <3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang