1

2.8K 109 8
                                    

Mas Otto mencengkram tanganku. Aku baru saja pulang dari sekolah dan dia sudah berdiri di depan pintu rumah. "Kamu pulang sama siapa?" tanya dengan raut wajah serius.

"Sama temen mas." ucapku dengan perasaan takut. Aku takut dia marah dan kecewa jika aku jujur mengatakan bahwa aku diantar pulang oleh teman laki - lakiku.

"Temen yang mana?" ucap mas Otto. Dia benar - benar mengintimidasiku saat ini.

"Ada temen sekelas." jawabku tanpa menatap matanya. Jujur aku takut saat ini.

Mas Otto menarik tubuhku hingga aku membentur dadanya. "Apa mas perlu kurung kamu?" bisiknya dengan suara pelan namun menusuk.

Aku menggelengkan kepala. "Jangan mas. Aku minta maaf."

"Mas ada urusan mendadak sayang. Kamu adalah prioritas mas. Tapi kamu tidak memprioritaskan mas." ucapnya yang kuyakini sangat kecewa dengan diriku saat ini.

"Maaf." ucapku.

Mas Otto kemudian memelukku dengan erat. "Jangan ke lain hati ya sayang. Mas mohon sama kamu. Kamu gak kasihan sama mas?"

Kubalas pelukan mas Otto dengan erat. "Maafin aku ya mas. Aku sayang kamu."

"Sekarang makan di dapur mas udah beliin kamu nasi padang. Habis itu kita tidur siang."

"Mas gak makan?"

"Kamu suapin ya?" Hmm.. manjanya keluar kan. Aku terpaksa menganggukan kepalaku.

"Aku ganti baju dulu."

Tanpa kuminta mas Otto menggendongku dengan posesif. "Tadi di sekolah susah gak materinya?" tanyanya perhatian.

"Susah tahu mas. Belajar Matematika sama bahasa Prancis." aduku sembari merebahkan kepala di bahunya.

"Selain itu belajar apa lagi?"

"Bahasa Indonesia boleh deh. Gak susah amat. Terus belajar seni budaya juga gak susah. Walau disuruh nari."

Sampai di kamar Mas Otto mendudukanku di atas ranjang. "Mas akan terus pantau nilaimu." dia merapikan anak rambutku

"Mas gak capek?" tanyaku sembari memandang wajah tampannya.

Mas Otto segera menerjangku dengan pelukan. "Capek sayang. Banget malah capeknya. Tapi kalau sudah peluk kamu semua rasa capek hilang."

Kucium pipinya dan mas Otto seketika terlihat begitu senang. "Kamu ya manis." balasnya kemudian mencium pipiku berkali - kali.

"Mau ganti baju mas."

"Iya sayang. Mas ke bawah dulu ya." ucapnya yang kubalas dengan anggukan. Pelukan pun terlepas dan mas Otto turun ke bawah.

Selesai ganti baju aku segera turun ke bawah. Mas Otto ternyata sudah duduk di depan TV. "Jadi aku suapin?"

Mas Otto menoleh ke arahku. "Iya sayang jadi. Makan di sini aja."

"Iya aku ambil nasinya dulu ya." ucapku seraya berjalan menuju meja makan.

Di rumah minimalis ini kami tinggal bertiga. Aku, mas Otto dan seorang pembantu rumah tangga. "Mas beli 2 porsi ternyata." ucapku sembari menghampirinya.

Mas Otto terpaksa mempekerjakan seorang pembantu karena aku masih menempuh jenjang bangku sekolah. "Kalau satu mana cukup." balasnya

"Mas."

"Hm?"

"Gak jadi."

"Kamu mau godain mas ya?" ucapnya yang terlihat tertawa kecil dan mencubit pipiku.

Diah Rania MaheswariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang