4

807 48 1
                                    

Setiba di rumah kami langsung mandi. Hmmm.. lebih tepatnya mandi bareng. Selesai mandi aku dan mas Otto turun ke bawah. Kami menikmati makan malam dalam suasana hangat. Mas Otto makan dengan lahap lewat suapan tanganku. Dia sendiri yang minta disuapi. Sedangkan kedua tangannya dipergunakan untuk mengerjakan berkas di laptop. Kami duduk di depan TV. "Habis dua piring." ucapku.

Mas Otto tersenyum. "Gimana ya sayang, disuapin kamu pakai tangan kenikmatan nasinya melonjak jadi 100%"

"Aku suka juga suapin kamu. My honey bear." ucapku sembari mengusap pipinya dengan tangan kiriku yang bersih.

"Kamu mau mas suapin?" balas mas Otto sembari mengusap pipiku.

Aku menggeleng. "Gak usah. Mending juga kamu selesain kerjaan kamu. Supaya besok lancar kerjaan di luar kotanya. Aku bisa makan sendiri."

"Perhatian banget." ucap mas Otto dengan dibarengi senyum manis.

"Ya jelas kan? Aku mau ambil nasi sama lauk dulu." mas Otto merespon ucapanku dengan anggukkan.

Selesai makan aku menemani mas Otto menyelesaikan pekerjaannya. Aku memilih menonton Netflix di TV. "Kamu besok mau ke daerah mana?" tanyaku pada mas Otto.

"Surabaya."

"Pesawat?"

"Iya."

"Kapan pulang?"

"3 hari 2 malam di sana."

Segera kupeluk tubuhnya. "Gak boleh nakal ya di sana! Terus janji setia juga. Hati - hati di sana sama jaga kesehatan. Terakhir oleh - oleh bakso Malang."

Mas Otto tersenyum. "Kan ke Surabaya bukan ke Malang."

"Ya udah terserah deh mau beliin apa. Pokoknya mas pulang dari luar kota. Aku dapat oleh - oleh banyak."

"Kamu bisa aja ya."

"Bisa dong." kemudian kucium pipinya agak lama. "Love." bisikku di telinganya.

"Iya nanti mas beliin." ucapnya dengan suara berat.

"Kenapa?" godaku.

"Kamu dari tadi siang kerjaannya goda macan lapar."

"Gak ada kali."

Tanpa kuduga mas Otto langsung mencium leherku agak lama. "Mau apaan sih si nakal ini. Tadi kan udah mandi bareng." ucapku dengan nada kesal yang sebenarnya hanya pura - pura.

"Kurang." bisiknya.

"Tidur yuk jangan yang aneh - aneh dulu." balasku dengan tenang.

Mas Otto menatap mataku. Kemudian ia mencium pipiku. "Saya beres - beres berkas di laptop dulu. Habis itu kita tidur." ucapnya dengan berbisik ringan di telingaku.

"Oke." balasku.

Aku masih duduk rapi di sofa menunggu mas Otto menyelesaikan pekerjaannya. Setelah selesai mas Otto kembali menghampiriku dan seperti biasa ia ingin mengendongku. "Yuk tidur." ucapnya yang kubalas anggukan.

Kemudian aku segera bangkit dari duduk dan membiarkan mas Otto membawaku ke dalam gendongannya. "Tuan putri boleh tidur sekarang juga. Penjaga akan menyanyikan lagu pengantar tidur." ucap mas Otto sembari mengusap punggungku.

"Lagu pelangi - pelangi." pintaku.

Mas Otto langsung menyanyikan lagu pelangi - pelangi sembari membawaku berkeliling. Sedangkan aku memeluk leher pria itu dan merebahkan kepalaku di bahunya. Kakiku melilit di pinggangnya. Tak lama kemudian aku terlelap.

..................

Otto POV

Gadis manisku sudah tertidur. Aku segera membawanya menuju kamar kami. Meletakkan tubuh mungilnya di atas ranjang. "Manisnya mas." ucapku kemudian kucium bibirnya dengan sesuka hati. Aku begitu menyayangi Dyah sebagai seorang kekasih. Dia cantik dan penurut. Memang belakangan ini aku curiga ada pria yang menaruh hati padanya. Namun takkan kubiarkan lelaki muda itu mengambil putri kesayanganku.

Diah Rania MaheswariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang