7

582 41 3
                                    

Dyah POV

Mas Otto menyuapiku nasi dengan telaten. "Manis banget yang suapi nasi dan sate. Mau aku suapin gak?"

"Gak usah. Kamu kan lagi sakit."

Aku mengusap pipinya dan dia tersenyum. "Cepet sembuh ya sayang." ucapnya sembari memandang lekat diriku.

"Iyah mas. Ini kan udah fase mau sembuh."

"Dari kamu masih bayi merah sampai detik ini cinta saya tidak berkurang sama kamu. Saya selalu mikir saya pedofil kah? Tapi kamu udah mau dewasa saya masih sesayang secinta ini sama kamu. Gak ingin rasanya pergi dari sisimu."

Aku tersenyum. "Dyah juga mas. Sayang banget, cinta banget sama mas. Hanya mas yang bikin Dyah happy."

"I love you my future wife. Saya akan nikahi kamu ketika umurmu sudah cukup."

"Malu nih mas." iya aku benar - benar malu.

"Kamu manis. Mau kan kelak jadi istri saya?" mas Otto mengusap pipiku.

Aku menganggukkan kepala. "Mau mas. Mas beneran nikahin aku yang lebih muda dari mas?"

"Iya beneran. Ngapain ragu? Saya kan mau hubungan kita resmi."

"Mas Otto kenapa milih adopsi aku?"

"Waktu itu mas pergi ke panti asuhan buat berbagi rezeki sama anak - anak. Lihat kamu yang masih merah dan sepertinya baru dilahirkan beberapa jam sebelumnya membuat hati saya teriris. Sepertinya orang tua kandungmu tidak menginginkan kamu. Petugas panti pun menjelaskan bahwa kamu ditemukan di depan panti. Akhirnya saya memutuskan mengadopsi kamu hari itu juga. Pihak panti sempat curiga pada saya. Saya dan kamu sampai - sampai harus tes DNA supaya menyakinkan pihak panti bahwa saya dan kamu tidak ada hubungan keluarga. Setelah penuh liku kamu pun resmi menjadi anak adopsi saya."

Aku mendengarkan mas Otto bercerita sembari menerima suapan nasinya. "Kamu sekarang gak usah sedih. Saya akan selalu sama kamu. Jangan pikirkan siapa orang tua kandungmu. Karena kasih sayang saya jauh lebih melimpah dan besar. Mereka orang - orang jahat membuang gadis manis seperti kamu."

"Makasih ya mas Otto sayang. Jujur ya dari dulu aku udah gak pernah mikir tentang orang tua. Bukannya durhaka, kenyataan mereka yang membuangku dan memaksaku untuk gak kenal mereka." ucapku sembari mengusap pipinya.

"Setia ya sama saya." dia merapikan anak rambutku.

"Iya." balasku sembari menganggukkan kepala.

..................

Aku keluar dari rumah sakit pukul 5 sore. Sampai di rumah aku terkejut melihat kehadiran ibunda mas Otto yang datang bersama wanita cantik. "Bu, kenapa ke Jakarta? Ibu kan masih sakit?" ucap mas Otto.

Ibu mas Otto menggelengkan kepalanya. "Ibu sudah sehat dan datang ke Jakarta mau kenalin Karina ke Dyah." ucap ibunda mas Otto dengan ceria. Kemudian dia menghampiriku sembari menggandeng wanita cantik di sebelahnya. "Oh ya Dyah sayang ini Karina calon mama angkatmu. Papa angkatmu akan segera menikah dengan Karina." ucap ibunda mas Otto.

Seketika tubuhku menegang. Aku syok berat mendengar bahwa mas Otto sudah dijodohkan. Wanita bernama Karina itu mengulurkan tangannya ke arahku. "Karina, salam kenal Dyah." ucapnya.

Kubalas jabatan tangannya. "Dyah salam kenal kembali." balasku.

"Papa tidak akan menikah Dyah. Kamu tidak usah khawatir." mas Otto dengan raut wajah khawatir berupaya menenangkanku.

"Papa mau menikah pun gak apa." ucapku dengan menenangkan hatiku yang bergejolak.

"Ibu saya kan sudah bilang saya tidak akan menikah. Kenapa ibu memaksa?" marah mas Otto dengan nada tegas.

Diah Rania MaheswariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang