14

915 47 6
                                    

Dyah duduk berhadapan dengan Otto di meja makan. Tengah malam Otto memasak 2 porsi mie kuah karena Dyah mengeluh lapar. "Saya tidak izinkan kamu pergi." ucap Otto.

"Tapi mas, aku ingin sekali ikut acara sekolah itu." ucap Dyah dengan raut wajah kecewa.

"Makan mienya. Nanti kuahnya menyusut." ucap Otto yang sepertinya mengalihkan pembicaraan.

"Aku akan tetap pergi mas! Terserah kamu mau marah atau apa pun itu!" kecam Dyah.

"Saya bilang tidak ya tidak Dyah! Saya itu was - was sama kelakuan remaja pria yang nakal - nakal itu!" marah Otto.

Dyah menundukkan kepalanya. "Aku cuman ingin sama teman - teman saja mas."

Otto menghela napasnya. "Kamu gak suka jalan - jalan sama saya? Kamu gak kangen tidur di pelukan saya selama kamu berada di desa orang?"

Dyah tertunduk lesu dan mengangguk pelan. "Aku pasti kangen itu. Tapi aku juga ingin bermain sama teman - teman, mas." ucap Dyah dengan nada yang amat pelan.

Otto menghela napasnya. Ia sadar memang berat memiliki hubungan percintaan dengan remaja yang sedang berkembang. "Baiklah, saya izinkan dengan syarat kamu dan saya harus tetap terhubung lewat komunikasi. Kemungkinan besar saya akan taruh 1 mata - mata di desa itu untuk mengawasimu."

Dyah segera menghampiri Otto dan memeluk erat kekasihnya itu. "Makasih yaa sayang."

Otto mengangguk. "Jaga kepercayaan saya."

"Iya aku jaga. Mana aku aja suapin kamu ya." ucap Dyah dengan raut wajah bahagia.

Otto sekali lagi mengangguk dan mengikuti keinginan sang kekasih. "Makasih papa sayang." bisik Dyah di telinga kanan Otto. Lalu disusul ciuman bertubi - tubi di pipi Otto.

......................

Di Solo, Nadia sudah mempersiapkan pertunangan Otto dan Karina. Bulat sudah keinginan Nadia untuk menculik Otto dan melakukan pertunangan paksa pada anak lelakinya itu. Nadia tidak mau Otto sampai kelewat batas pada Dyah. "Sangat tidak baik jika Dyah sampai hamil. Aku tidak mau keluarga ini tercoreng namanya!" ucap tegas Nadia dengan raut wajah serius.

Nadia tidak tinggal diam, wanita itu menaruh banyak mata - mata di dekat rumah Otto di Jakarta. "Sial! Pembantu kurang ajar itu tidak mau diajak bekerja sama!" geram Nadia ketika mengingat pembantu Otto menolak mentah - mentah tawaran Nadia untuk menjadi mata - mata. Si pembantu malah lebih ingin berhenti bekerja bila dipaksa Nadia menjadi mata - mata.

"Bu, pihak keluarga Karina sudah telepon. Mereka siap jika besok kita datang ke sana untuk melangsungkan pertunangan secara sederhana." ucap asisten Nadia.

"Bagus. Besok adalah jadwal keberangkatan Dyah ke Kemuning. Pokoknya Otto harus menikah sama Karina. Karena saya tidak mau Otto menikah dengan Dyah. Saya tidak terlalu membenci bocah itu, hanya saja dia tidak pantas menjalin cinta dengan Otto. Apalagi sampai berhubungan intim dengan Otto yang usianya sudah setara dengan ayah kandungnya." ucap Nadia.

"Apa tidak bahaya ya nyonya berhubungan intim dengan anak di bawah umur?" tanya asisten Nadia.

Nadia menatap tajam sang asisten. "Sudah pasti bahaya. Makanya jangan sampai Dyah hamil. Rahim anak itu belum siap menampung bayi di usianya yang masih belia."

"Oh begitu ya." ucap polos si asisten.

"Kamu ini, makanya cari pacar sana! Orang kalau sudah kasmaran apalagi sering tidur seranjang. Sudah pasti sudah pernah berhubungan intim. Tinggal mereka pinter - pinter saja ngatur supaya gak hamil walau gak pakai alat kontrasepsi." ucap kesal Nadia lalu setelahnya segera masuk ke ruangan pribadinya.

...................

Dyah membeli semua yang diperlukan untuk acara ke desa Kemuning. Otto hanya sekedar mendampingi dan membayar apapun yang ingin dibeli kekasihnya. Di hati terdalamnya Otto sangat enggan melepas kepergian sang anak tercinta. "Besok saya yang terima rapor kamu." ucap Otto sembari menyetir. Mereka baru saja selesai berbelanja di minimarket.

"Iya mas. Aku ikut yaa. Tapi diem di mobil. Aku pengen nyetir sayang." ucap Dyah.

"Iya boleh."

"Mas."

"Iya sayang?"

"Mas, mas jangan ngapa - ngapain lagi ya sama Karina! Aku janji atas nama Tuhan gak akan main - main sama cowok selama di desa." ucap Dyah yang terlihat serius.

"Iya pacar mas sayang. Mas janji atas nama Tuhan mas gak akan main - main sama wanita mana pun selama kamu di desa. Kayaknya mas kalau udah selesai kerja, langsung ke tempat nginep kamu itu." jelas Otto sembari menyetir.

"Aku curiga ibu kamu udah siapin persiapan pernikahan." ucap Dyah secara tiba - tiba.

"Saya pasti kabur. Saya hanya akan menikah dan memiliki keturunan sama kamu saja. Bukan dengan wanita yang lain." ucap tegas Otto.

"Aku cinta mas sama kamu." ucap Dyah lalu disusul ciuman bertubi - tubi di pipi sang papa angkat.

"Aku masih kesel sama kamu. Waktu kamu tidurin Karina dengan begitu romantis." ucap Dyah dengan wajah cemberut.

Otto segera mengambil tangan kanan Dyah menggunakan tangan kirinya. "Saya cinta sama kamu."

"Aku juga mas. Aku cinta sama kamu." jelas Dyah.

"Saya gak pernah anggap hubungan badan dengan Karina itu romantis. Romantis dari mana kalau saja saja dibawah pengaruh obat perangsang seksual?" tanya Otto dengan serius.

"Alah sama Karina aja berapa kali tuh? Lama lho mas durasinya." ucap Dyah dengan perasaan jengkel.

Otto menghela napasnya. "Sama kamu saya lebih merasa itu romantis."

Dyah memutar matanya dan tersenyum sinis. "Tapi aku percaya aja deh. Sama aku baru asli ya nafsunya. Maunya lebih dari 1 kali terus."

Otto mencium punggung tangan kekasihnya, lalu melanjutkannya dengan cium lama pipi wanitanya itu. "Terima kasih sayang. Saya sayang dan cinta sama kamu." bisiknya di telinga Dyah. Mobil mereka tengah terjebak lampu merah. Jadi Otto dapat leluasa membalas ciuman kekasihnya.

"Mana cium bibir kalau berani?" tantang Dyah.

Otto tersenyum lalu segera mencium bibir Dyah secara kilat di sisa 5 detik sebelum lampu merah berganti hijau. Dyah ikut tersenyum pasca ciuman singkat yang diberikan Otto. "Manis." ucap Dyah.

Otto masih mempertahankan senyumannya dan terlihat begitu senang. "Kamu yang manis, sayang." ucap Otto.

Dyah menatap kekasihnya yang sedang menyetir. "Kamu kenapa sih bisa suka sama aku?"

"Saya jatuh cinta pandangan pertama sama kamu. Semenjak melihatmu di panti ketika kamu masih bayi." ucap Otto dengan jujur.

Dyah menganggukkan kepalanya. "Kamu juga cinta pandangan pertamaku mas."

"Kamu segalanya Dyah sayang. Kamu adalah pendamping saya sampai kapan pun itu." ucap Otto dengan serius.

"Kamu juga segalanya buat aku mas. Love you Otto." ucap Dyah dengan berbisik di telinga sang kekasih.

"Mas Otto yang gantengnya minta ampun. Pacar pertama dan selamanya Dyah cantik." lanjut wanita itu.

Otto tersenyum karena merasa senang luar biasa digoda anak angkatnya. "Iya Dyah sayangku cantik." balas Otto yang langsung membuat Dyah tertawa kecil karena dia pun juga bahagia.

........

Maaf ya lama banget aku update. Semoga masih suka baca Dyah dan Otto💞

Diah Rania MaheswariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang