Bagian 10

326 44 6
                                    

VOTE & COMENT

"Gue ga bisa Doy"

"Bisa Yong bisa. Lo cuma masih trauma aja dan lo juga belum dengerin sepenuhnya, gimana Jisung mau jelasin sama lo? dia pasti takut duluan" kesal Doyoung

"Terus gue harus apa? ijinin dia pergi dan kejadian waktu itu ke ulang lagi?" bangkit Taeyong dari duduknya

"Dengerin adek lo maunya apa, dengerin sampe dia selesai jelasin detailnya sama lo. Gue cuma gamau lo nyesel nantinya karna ego" balas Doyoung yang ikut bangkit dan menepuk bahu Taeyong lalu pergi.

Leyanna menghampiri Taeyong dan memberikan sebungkus roti coklat di hadapan pria dingin itu.

"Nih buat kamu. Sebentar lagi jam makan siang selesai, aku liat dari tadi kamu belum makan apapun?" ucap Leyanna seraya duduk disamping Taeyong

"Thanks" singkat Taeyong

Leyanna hanya mengangguk.

Dan setelah itu tidak ada lagi yang memulai percakapan keheningan mulai mendominasi.

Jujur saja, Leyanna sangat ingin tau apa yang dibicarakan Taeyong dan Doyoung tadi, ia hanya mendengar sekelibat saja saat Doyoung mengucapkan kata adik.

"Taeyong.."

Pria yang dipanggil namanya itu pun menengok pada Leyanna.

"Kamu hebat" lanjut Leyanna.

"Tiba-tiba?" Taeyong.

Leyanna mengangguk. "Kita emang baru kenal, tapi aku pengen aja bilang kalo kamu udah jadi Abang terbaik buat adik kamu, kamu keren banget" ujar Leyanna tersenyum sambil ngacungkan kedua jempolnya.

Meskipun sangat tipis tapi Leyanna bisa melihat dengan jelas bagaimana Taeyong tersenyum.

"Dasar random" bangkit Taeyong.

"Eh mau kemana?" tanya Leyanna.

"Buruan masuk. Jam makan siang udah selesai" Taeyong berlalu.

"Hei! tapi kamu belum makan rotinya?!" susul Leyanna.
-

"Ayo ke kantin, katanya ada menu baru!" ucap Chenle antusias.

"Aku bawa bekal, tapi kalo Lele mau kesana ayo Jie temenin" Jisung.

"Lets goooo!"

namun saat perjalanan mereka ke kantin, ada anak laki-laki bertubuh gemuk bersama kedua temannya menghadang jalan Jisung dan Chenle.

"Ada si lumpuh dan babu nya" ucap si anak tersebut.

Dengan perasaan campur aduk Chenle menggenggam dorongan kursi roda Jisung begitu erat.

"Percuma pintar tapi LUMPUH" lanjut nya.

Tawa menggelegar dari ketiga anak tersebut semakin membuat Chenle marah.

Jisung yang tau akan terjadi seperti apa berusaha menenangkan Chenle dengan menepuk nepuk tangannya, meskipun rasanya air mata ia sudah hampir jatuh. Tapi Jisung tidak boleh terlihat lemah.

"Bukan cuma lumpuh tapi bisu juga ya?" lagi dan lagi anak itu terus mengucapkan kata yang begitu menyakitkan.

"Ayo dong ngomong, dasar lum—"

"DIAM IDIOT!" teriak Chenle begitu kencang.

Chenle menghapiri anak itu dengan wajah yang begitu merah karena emosi, Chenle juga merentangkan tangan untuk melindungi Jisung yang ada di belakangnya.

"BERHENTI MENGHINA JISUNG! APA BAGUS NYA KAMU? APA HEBAT NYA KAMU? BOCAH SEPERTI MU HANYA BISA MENGHINA ORANG LAIN! SEKALI LAGI BERANI MENGANGGUKU TERUTAMA JISUNG, AKU AKAN MEMATAHKAN LEHERMU LIHAT SAJA!" dorong Chenle pada anak tersebut.

Sontak Jisung sangat terkejut dengan apa yang Chenle lakukan, apalagi hampir semua murid melihat kejadian tersebut.

Chenle langsung membawa Jisung pergi ke dalam kelas, dengan perasaan campur aduk-nya.

Setelah sampai dikelas yang memang sepi karena jam istirahat, Chenle langsung terduduk dan menangis.

Lebih tepatnya dia berusaha menangis dalam diam.

Jisung merangkul Chenle dari kursi rodanya meskipun cukup sulit tapi Jisung tau bagaimana perasaan sahabatnya ini.

"Sudah Chenle, Jie baik-baik aja. Gapapa kok, nih liat Jie gapapa kan?" ucap Jisung sambil tersenyum meskipun hatinya begitu sesak saat ini.

"Jahat. Lele gak suka ada yang jahat kaya gitu sama Jie, Lele gak suka denger orang lain ngehina Jie!" ucapnya terbata.

Jisung bingung harus melakukan apa agar sahabatnya bisa sedikit lebih tenang.

"Bocah sialan itu terus aja ganggu kita, Lele ga suka!! pengen rasanya Lele hajar dia, pengen rasanya Lele kempesin badannya!!" ucapnya terus menerus sambil meluapkan kekesalan nya.

Jisung hanya tersenyum dan mengeluarkan kotak bekal nya.

"Lele gak boleh ngomong gitu, gak baik loh. mendingan sekarang kita makan bareng ya, gapapa kan kita gak jadi ke kantin hari ini?" tawar Jisung.

Chenle mengangguk.

"Suapin ya Jie, Lele mau main game" ucap Chenle polos.

"Siap!" balas Jisung memberikan kedua jempol nya sambil tersenyum riang.

"Makasih banyak ya Le, Maafin Jie yang ga bisa lindungin Lele juga dengan keadaan Jie kaya gini. Tapi Jie janji Le, Jie janji bakalan terus sama Lele" ujar Jisung dalam hati.

Let Me Live (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang