bab 17

6K 768 58
                                    

   Hari ini Regan sudah di perbolehkan pulang dan dua hari lagi ia akan melakukan hukuman cambuk. Aquila terus menggenggam tangan Regan, memberitahu jika ia benar-benar tidak bisa melihat Regan melakukan hukuman itu. Sekarang ini keadaan sedang tidak baik karena kejadian itu. Renatha ibu dari Regan masih diam dengan semua yang telah terjadi, begitu juga dengan Andre kakak Aquila yang tak pulang ke rumahnya.

   Renatha tak menatap sedikitpun kedatangan Regan yang baru saja pulang dari rumah sakit. Perubahan sikap Renatha benar-benar membuat seisi rumah terasa menegangkan, bahkan Aquila tak berani mengangkat kepalanya menatap Renatha.

" Bunda, Regan mau minta maaf atas semuanya yang udah terjadi. Regan tau semua ini gak bisa di maafkan dengan mudah terlebih lagi Regan anak tertua yang harus memberikan contoh baik buat adik-adik Regan. Sekali lagi Regan minta maaf sama Bunda. Dan tolong restuin pernikahan Regan dan Aquila nantinya " Renatha tak kuasa menahan air matanya mendengar setiap kata yang keluar dari mulut putranya

   Selama ini Regan tidak pernah membuat sedikitpun kesalahan, putra sulungnya yang selalu melakukan sesuatu hal dengan sangat baik dan selalu menjadi contoh untuk adik-adik. Dia hanya sekali membuat kesalahan dan itu sangat fatal.

" Kamu tau Bunda gak bisa marah sama anak-anak Bunda kan. Bunda udah maafin kamu tanpa kamu minta maaf, Bunda diam selama ini karena kecewa. Bunda juga gak mungkin menghilangkan seribu kebaikan yang kamu lakukan hanya karena satu kesalahan. Sekarang harapan Bunda cuma satu, kamu bisa menjadi suami dan ayah yang baik untuk keluarga kamu " Regan langsung memeluk Renatha erat yang sudah memaafkan dirinya

   Bagi Regan ibunya adalah satu-satunya wanita paling kuat dan baik di dunia ini, dia wanita yang selalu sabar dan menerima apapun yang tuhan takdir kan tanpa mengeluh sedikitpun. Ia sangat beruntung memiliki seorang ibu seperti Renatha, wanita dengan segala kesabaran menghadapi setiap cobaan yang ada.

" Kok Bunda gak marah, padahal Rain berharap Bunda bakal mukulin bang Regan. Gak asik banget gak ada drama " dengus Rain dengan tampang polos.

" Duh Bunda tuh terlalu baik, padahal yang Bunda maafin gak ada yang bener " sambung Revan malas.

" Seenggaknya di geplak kek kepalanya biar seru, atau di gampar " Rain masih memasang wajah kesal melihat ibunya yang memaafkan sang kakak dengan gampangnya.

Renatha membuang nafas pasrah melihat kelakuan dua putranya. Ia begitu pusing dengan kondisi sekarang ini, terlebih melihat kondisi Regan yang tidak seperti biasanya.

" Udah maafin abang kalian, ini kan udah takdir " kata Bara menenangkan kedua putranya.

" Ayah diem deh, kalian tuh sama aja. Rain bener-bener kesel liat kalian " Rain pergi begitu saja meninggalkan ruang tamu di ikuti Revan yang juga pergi dari sana.

   Sebagai saudara sudah pasti mereka sangat kecewa dengan kelakuan kakak yang selama ini menjadi contoh baik. Rasanya tidak rela melihat Regan melakukan kesalahan begitu fatal. Kekecewaan yang sangat besar seperti ini tidak mungkin cepat hilang.

"Dasar dua bocah ngeselin, abangnya baru pulang dari rumah sakit bukannya di bantu. Malah di tinggal." dengkus Regan

***

   Aquila menatap keluar cendela dengan pandangan kosong, tak menyangka jika sebentar lagi dirinya akan menjadi seorang istri dan juga ibu. Bahagia? Tentu, ia sangat bahagia dengan yang tuhan takdir kan pada dirinya. Tapi di sisi lain ia sangat sedih karena semua yang terjadi membuat banyak orang kecewa. Bahkan kakaknya sampai sekarang tidak mau berbicara sedikitpun pada dirinya. Rasanya sekarang Aquila benar-benar sendiri di rumah ini, kakak yang biasanya akan menyapa dan memeluknya erat kini hanya diam seolah tak mengenal dirinya.

Fated Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang