Toleransi

698 55 21
                                    

Ruangan besar dengan aroma kayu yang tajam, ada sentuhan dingin dari pendingin ruangan yang selalu menyala―Shin menyebutnya sebagai pemborosan. Ada banyak koleksi senjata di rak kaca besar, beberapa patung kepala pahlawan super dari masa perak hingga keemasan, dan miniatur motor besar yang mengkilat. Shin harus mengatakan, ini memang sedikit kejutan baginya. Rumah Jake di California tidak seperti ini, apalagi kamarnya hampir kosong sehingga ia tidak benar-benar tahu apa yang Jake gemari.

Aroma kuat dari parfum pria dewasa yang berkelas sangat tercium di dalam ruangan ini, tapi jelas bukan aroma tubuh Jake yang sudah dikenal dan melekat di hidung Shin.

"Apakah di sini terlalu bau?" Jake memperhatikan bagaimana Shin mengusap hidungnya dan berhenti melihat-lihat isi kamar.

Shin mendongak, "Bagus, sama sekali tidak bau."

Jake memandangnya sebentar, tampak berpikir. Pria itu mengunci pintu, melepaskan jas dan sabuk celananya.

Duduk di pinggir ranjang, Shin melihat bagaimana ritsleting celana Jake turun perlahan. Mereka sering melakukan ini, tidak ada kegugupan atau rasa malu. Bagaimanapun Shin menyukai seks semi-publik, hampir tidak ada rasa malu di tulang dan dagingnya. Begitu Jake mendekat, daging lembek yang akhirnya mengeras dan luar biasa besar telah menampar lembut bibir Shin. Dari atas, Jake melirik dan memperhatikan ekspresi Shin, memastikan bahwa pria setengah Asia itu tidak mual dengan aroma penisnya.

Lidah hangat dan lembap berputar di atas kepala merah, menyentuh sudut-sudut tertentu. Shin bergumam, "Tidak mual, semua baik-baik saja." Itu adalah tanda bahwa Jake bisa melanjutkan foreplay yang lebih lama dan memuaskan.

Setelah napas Shin terengah-engah, Jake mengeluarkan kepala penis-kata Shin, penis monster-dari mulut berair Shin. Dalam keadaan linglung, Shin melepaskan pakaian dan celananya, dibantu oleh Jake yang terkekeh dan sabar.

Shin mengernyit, "Ranjangnya dingin."

"Salahku." Jake mencium telinga Shin, membantunya menepuk bagian tengah ranjang, "On top?" Ia enggan memberikan ranjang dingin pada Shin.

Menggeleng pelan, Shin menarik Jake mendekat, "Naikkan suhunya, terlalu dingin di kamar ini, atau kau memang bukan manusia?" Senyum mengejek membuat Jake tersenyum tanpa daya, sudah ratusan kali Shin mempertanyakan apakah dirinya manusia atau monster, atau mungkin alien yang tersesat di gurun California.

Ciuman dari bibir ke bibir, dorongan lidah, dan aliran air liur yang hangat mereka bagi dalam ruang yang tenang. Suhu mulai naik perlahan, menjadi lebih hangat dengan debaran jantung yang bertalu dari dada ke dada. Shin menghela napas puas, namun sedetik kemudian mengerang keras akibat intrupsi dua jari yang menembus dirinya. Dengan senyum memanjakan, Jake menjulurkan lidahnya ke telinga kanan Shin, menjilat tulang lunak atas dan lubang telinga yang sensitif. Embusan napas hangatnya membuat Shin mengejang, dan Jake puas, "Ini hanya ada satu lubang, tidak ada lubang tambahan untuk dimasuki."

Shin mengerang, terangah-engah, dan lututnya lemas. Matanya terbuka, "Ini bukan lubang yang berbeda! Aku laki-laki!"

"Berbalik?"

Ekspresi terkejutnya membuat Jake tertawa, "Kenapa? Masih malu?"

Tanpa berkata-kata Shin mengubah posisinya menjadi merangkak di atas tubuh Jake, menghadap penis monsternya yang berdiri dan menebal. Jake membuat tubuh Shin basah di mana-mana, rasanya sedikit tidak nyaman, tapi Shin menikmatinya dengan tenang. Ketika telapak tangan hangat Jake membelai bagian bawah perutnya, Shin sedikit terkejut, "Hei, di mana kau menyentuh?" Usapan lembut dan sedikit remasan di perutnya yang mulai mengendurkan otot-otot perut mendatangkan dengusan geli dari Shin.

Menepuk bokong yang rasanya lebih empuk dari sebelumnya, Jake mengubah posisi agar Shin membaringkan punggungnya di atas ranjang, "Ini akan menjadi anak pertama kita."

"Diamlah."

Seks mereka hebat, namun hati-hati. Ada tumpahan sperma di mana-mana, ranjang dingin sudah dihangatkan oleh permainan panas mereka. Sekarang Shin tahu apa maksud dari 'menghangatkan ranjang' yang diucapkan oleh banyak laki-laki mesum untuk wanita atau pria yang mereka tiduri.

Jake duduk di tepi ranjang, masih telanjang dan tenang, "Lelah? Atau ingin mandi?"

"Tidur saja seperti ini, tapi lain kali kita harus menggunakan kondom. Sekarang lengket di mana-mana dan sedikit tidak nyaman."

Pria pirang itu menoleh dengan senyumnya yang santai, "Sedikit tidak memuaskan, keluarkan saja di luar untuk mencegah anak kedua."

Shin melotot, "Apa kau ingin menyiramku dengan spermamu setiap kali kau melempar?!"

Jake tidak menjawab, tapi ciumannya lembut dan hangat.

30/8/21.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MinhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang