chapter 3

2.4K 249 12
                                    

Ruang dokter

"Silahkan duduk tuan, nyonya" ucap seorang dokter saat ia sedang memeriksa data pasien dan melihat sepasangan suami istri membuka pintu ruang kerjanya.

Bram datang ke ruangan dokter yang menangani si kembar untuk mengetahui perkembangan kwdua putranya yang masih berada di ruang khusus saat ini bersama sang istri. Awalnya bram tidak mengizinkan valeri untuk ikut karena ia ingin sang istri fokus pada masa pemulihannya. Tetapi, setelah mendengar penjelasan sang istri bahwa ia ingin selalu mengetahui bagaimana kabar si kecil karena ia juga merasa berhak untuk tahu karena ia adalah ibunya. Dengan berat hati bram mengizinkannya dengan syarat valeri harus menggunakan kursi roda dan jika ia merasa sakit maka sang istri harus memberitahunya. Valeri menyetujui apa yang suaminya ucapkan. Jika memang ia masih merasakan sakit, ia harus menahannya demi si buah hati yang selama beberapa bulan ini ia tunggu karena ia adalah seorang ibu.

Bram membawa sang istri mendekat ke meja sang dokter dan ia duduk di sebuah kursi yang memang sudah disediakan disana

"Bagaimana hasilnya dok?" Tanya bram

"Jadi begini tuan, nyonya. Berdasarkan hasil pemantauan sementara kami selama 1x24 jam ini menyatakan bahwa putra nyonya dan tuan dalam kondisi lebih baik" jeda sang dokter karena ia ingin menyampaikannya dengan detail dan jelas.

Valeri dan bram merasa lebih lega dengan penuturan sang dokter yang menyatakan bahwa putranya baik-baik saja. Tetapi entah mengapa ada perasaan yang sedikit mengganjal dihati keduanya.

"Tapi kita membutuhkan pemantauan lebih lanjut terhadap raffa tuan, nyonya" lanjut sang dokter

"Maksud dokter?" Tanya valeri

"Maaf nyonya, kondisi raffa memang menunjukkan hasil yang positif atau lebih baik. Tetapi kondisi tubuhnya tidak sesehat raffi. Berat badan raffa berada masih dibawah normal dan kami menemukan bahwa tubuh raffa memiliki daya tubuh yang lebih lemah sehingga kami membutuhkan waktu lebih lama untuk pemantauan lebih lanjut" jelas sang dokter dimana pernyataannya membuat hati kedua pasangan tersebut merasa sedih.

"Bisa anda jelaskan lebih detail dok?" Tanya bram sambil memeluk bahu sang istri yang sejak tadi mengenggam pergelangan tangannya kuat.

"Begini tuan, raffa memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah dibanding bayi pada usianya yang memungkinkan ia akan lebih rentan terhadap hal-hal tertentu dan menyebabkan ia tidak bisa terlalu lama disuatu kondisi tertentu yang memudahkan ia akan terserang penyakit. Ini hanya dugaan sementara kami karena kami baru memantaunya selama 1x24 jam. Berbeda dengan raffi yang memang memiliki berat badan normal dan memiliki daya tahan tubuh yang baik. Ia bisa dibawa pulang lusa karena ia sudah bisa menyesuaikan dengan suhu diruang sekitar. Tapi maaf tuan, untuk raffa saya belum bisa mengizinkan untuk dibawa ke rumah. Tubuhnya belum bisa beradapatasi sepenuhnya dengan lingkungan sekitar. Dia masih memerlukan penanganan lebih agar tubuhnya bisa menyesuaikan saat ia keluar dari ruangannya saat ini" jelas sang dokter

"Apakah hal tersebut berdampak parah pada tubuhnya dok?" Tanya valeri

"Untuk sekarang iya nyonya mengingat raffa masih bayi, tetapi seiring waktu dengan tumbuh kembangnya ia akan lebih baik dengan beberapa hal yang harus ia terapkan dan perhatikan" jelas sang dokter

"Lakukan yang terbaik untuk anak kami dan berikan fasilitas terbaik untuknya dok" pinta bram

"Itu sudah bagian dari tugas kami tuan. Kami akan melakukan yang terbaik" sahut sang dokter

▪️▪️▪️▪️

Di Depan ruangan si kemba

Kini beberapa keluarga wijaksa sedang berada di depan ruangan si kembara diantaranya ada verrel, brian, vino, dan opa. Sedangkan thomas mengurus perusahaan dan adelia mengurus anaknya dimansion bergantian agar tidak kewalahan jika semuanya diajak ke rumah sakit untuk menjenguk si kembar.

"Opa angkat verrel, verrel mo liat adek?" Ucap verrel dengan mengangkat kedua tangannya meminta digendong kepada sang opa. Ia sejak tadi melompat-lompat agar bisa melihat si kecil karena tubuhnya tidak mencapai batas kaca. Tapi nihil. Ia tidak bisa melihatnya dan hanya lelah yang ia dapatkan.

Opa memegang dikedua sisi ketiak verrel dan menggendongnya ala koala. Kemudian mendekatkan ke sisi kaca agar lebih dekat dengan si bungsu.

Verrel tersenyum melihat adiknya yang menggeliat pelan diinkubator bayi. Kedua matanya berbinar dan kedua tangannya menempel pada kaca seolah ingin segera menyentuh adik tersayang.

"Opa, kenapa baby raffa dari tadi diem aja opa?" Tanya brian yang sejak tadi memperhatikan si kembar

"Baby raffa sedang tidur sayang" sahut opa dan mengelus rambut brian.

"Kakak liat, baby raffi senyum-senyum gitu" pekik vano merasa gemas dengan tingkah raffi

"Em'em baby raffi sangat lucu" komentar brian

Disisi lain, bram dan valeri mendekat ke arah keluarganya yang sedang melihat si kembar. Mereka menatap brian, vino, dan verrel tampak senang sekaligus sedih karena ketiga anaknya merasa sangat senang dengan kehadiran si kembar. Mereka tampak antusias dan seperti sudah tidak sabar untuk diajak bermain bersama. Tetapi, setelah mendengar penuturan sang dokter mengenali salah satu putra mereka yaitu raffa yang sayangnya tidak seperti anak sehat pada keempat anaknya membuat mereka sendu. Bram memegang pundak valeri yang berada dikursi roda seolah memberikan kekuatan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Mommy!!! Daddy!!!" Teriak verrel dengan mata berbinar karena ia juga rindu kedua sejoli itu yang sedang mendekat ke arah mereka.

"Jangan teriak-teriak boy" ucap opa kepada verrel yang dibalas sang empu tertawa pelan

Brian dan vino menoleh seolah mencari keberadaan orang tuanya yang tadi dipanggil oleh adiknya. Setelah orang yang mereka cari tertangkap pada pandangan matanya, keduanya berlari mendekat. Brian menubruk tubuh bram yang berjongkok untuk menyambut anaknya dan vino memeluk sang mommy dengan hangat. Kedua sejoli itu memeluk anaknya hangat dan mengecup wajah sang anak.

"Opa opa, mau mommy daddy" rusuh verrel yang ingin ikut memeluk kedua orang tuanya karena sehari tidak bertemu.

"Vino ngga nakal kan selama ditinggal mommy?" Tanya valeri

Vino menggeleng pelan dalam pelukan valeri.

"Udah makan hmm?" Tanya bram dengan menatap muka brian

"Hmmm, tadi makan dulu sebelum kesini sama adek" jawab brian dengan senyumnya

"Gimana jaga adeknya? Capek?" Tanya bram lagi karena sebelumnya bram meminta kepada brian untuk menjaga adik-adiknya

Brian menggeleng.

"Brian suka" sahutnya yang mendapat kecupan manis dari sang ayah.

"Makasih udah jagain adek saat daddy ngga ada hmmm" ucap bram

"Hmmm" jawab brian sambil mengangguk kemudian kembali menubruk tubuh bram

"Opa turuun!!!! Verrel mau peluk daddy sama mommy kayak kakak!!!" Rusuh verrel dengam bergerak-gerak digendongan sang opa.

▪️▪️▪️▪️

THE BABY TWINS : RAFFI-RAFFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang