Chapter 6

2.8K 268 47
                                    

Tiga bulan kemudian

Tidak terasa telah 3 bulan berlalu semenjak si kembar dilahirkan. Keduanya kini sudah bisa bermain bersama walau hanya dengan celoteh ala mereka. Si kecil raffa yang sempat mengalami perawatan intensif selama satu bulan awal setelah dilahirkan dan sering mengalami sakit-sakitan, tidak menyurutkan tekad keluarga wijaksa untuk selalu berpikir positif bahwa bungsu akan baik-baik saja. Hal tersebut terbukti setelah raffa menginjak usia bulan kedua, imunnya sedikit demi sedikit membaik. Walau terkadang si kecil akan terus menangis dan berujung demam tinggi yang membuat orang dewasa khawatir dan terjaga sepanjang malam.

Hingga di bulan ketiga, kondisi raffa yang sudah lebih stabil membuat sang dokter menyarankan untuk melakukan check up rutin dua minggu sekali. Permintaan dokter tersebut tentu disambut baik oleh keluarga wijaksa. Sehingga kini si kembar bisa tidur bersama di ranjang yang sama tanpa ada ruang khusus dan tanpa ada perlengkapan kedokteran yang disematkan ditubuh si kecil. Ah dan satu lagi dokter beserta perawat juga sudah selesai melakukan tugas mereka di mansion wijaksa dan tidak perlu untuk menginap lagi karena telah diputuskan melalui jadwal rutin si kecil sebelumnya. Mereka pun kembali melakukan aktivitas kerjanya di rumah sakit.

▪️▪️▪️▪️

Kini si kembar, valeri, adelia, dan elang sedang bersantai diruang keluarga. Karena masih hari kerja jadi yang lain melakukan aktivitasnya masing-masing. Begitu juga dengan oma yang senantiasa mendampibgi suaminya bekerja.

"mama mama mama"celoteh elang memanggil adelia yang sedang duduk di sofa bersama valeri sedangkan ia sedang melihat si kembar sedang melihat ke arah atas dimana disana ada mainan yang bergelantung warna-warni.

"Iya sayang" sahut adelia mengelus kepala elang lembut

"De embar" cengir elang melihat ke arah adelia kemudian kembali memegang tangan kecil adik kembarnya seperti diajak bersalaman.

"Elang suka?" Tanya adelia

"Ka..." sahut elang sambil menganggukan kepalanya bahkan ia merasa senang karena kini salah satu ujung jarinya dipegang oleh jari mungil adik barunya.

"Kalo suka, adik barunya disayang coba" ujar valeri

"Leh?" Tanya elang sambil menatap valeri dengan pandangan polosnya.

"Iya boleh dong sayang" sahut valeri ikut mendekat.

"Coba sini, cium adiknya" lanjut valeri

Elang mendekat ke arah valeri dengan gaya berjalannya yang masih terlihat sedikit sempoyongan alias belum terlalu kuat.

Begitu elang sudah berada disisi valeri, elang menatap ke arah bayi yang digendong oleh valeri. Dan itu adalah bayi yang tadi menggengam tangannya. Matanya berbinar apalagi saat melihat wajah si kecil yang tampak lucu dimatanya. Kemudian elang menatap ke arah valeri. Dan setelahnya valeri mengangguk mengiyakan bahwa elang boleh menyiumnya.

Wajah elang semakin dekat dengan wajah si kecil yang entah siapa namanya elang juga tidak tau. Karena keduanya kembar ia belum bisa membedakan keduanya. Semakin dekat wajahnya semakin ia bisa menyium semerbak bau minyak telon yang sama dengannya. Tetapi punya adiknya tertangkap dihidungnya lebih kuat. Dan dia suka itu. Bibir ia sudah sangat dekat dengan kening si kecil. Saat ia akan  mengecupnya.

"Jangaaaaaannnn!" Teriak seseorang yang tak jauh dari tempat berkumpulnya si kembar dengan yang lainnya.

"Verrel jangan teriak-teriak, adeknya kaget" ucap valeri yang merasakan bayi yang ia gendong terasa sedikit terkejut. Tetapi beruntungnya tidak menangis.

"Hehe" cengir verrel

"Kalo pulang salam dulu dong, masa teriak-teriak gitu" tambah valeri sambil meletakkan si bayi ke tempat semula

"Lupa hihihi. Yaudah salam" sahut verrel dengan serius

"Hust masa gitu salamnya" tegur valeri

"Assalamualaikum mommy, mama" jawab verrel

"Walaikumsalam. Nah gitu dong" ucap valeri mendekat ke arah verrel dan mengecup kedua pipinya.

Verrel kembali menatap ke arah elang sambil melempar tasnya ke sembarang tempat karena ia baru pulang sekolah TK.

"Oke.. Lang,.ngga boleh cium adek verrel si.kembar" ujar verrel kembali kembali ke topik semula dan menekankan kata si kembar dengan berjalan mendekat ke arah elang

"Leh ma mmy" sahut elang dengan percaya diri dan tidak takut dengan verrel

"Ngga"

"Leh"

"Ngga"

"Leh!!"

"Sayang ngga boleh gitu dong sama adeknya, masa adeknya sendiri ngga boleh nyium adek kembar" bujuk valeri lembut

"Adek kembar cuma punya kakak mommy" sahut verrel mencoba memberi pengertian kepada valeri

"Kan adek kembar kakaknya banyak" bujuk valeri mengelus rambut verrel

"No no no" ucap verrel tidak setuju dengan kepala yang ia gelengkan pertanda ketidakpersetujuan. Dan pernyataan itu justru membuat kedua wanita itu bingung. Takut kalo verrel tidak akan membagi kasih sayangnya sama rata dengan saudara yang lainnya.

"Kakak kembar cuma tiga, kak brian, kak vino dan kak verrel" lanjut verrel sambil menghitung satu persatu kakaknya dan dirinya sendiri.

"Lalu?" Tanya adelia penasaran

"Dan yang lain namanya bukan kakak, tapi abang. Emmm... iyaaa namanya abang" jawab verrel agak ragu.

"Iya yang lain namanya abang. Abang varo, abang aran dan adek elang nanti akan jadi abang kembar. Hahaa" lanjut verrel kemudian memeluk elang dan mengecup seluruh wajah adiknya gemas

"Issshhh. Aauuuhh aauuhhh" ucap elang mencoba menjauhkan verrel bahkan ia mencoba mendekat ke arah adelia tapi sayang tenaganya kalah jauh dengan verrel.

Sedangkan valeri dan adelia terkekeh pelan melihat tingkah keduanya. Ada-ada saja pikir keduanya.

"Giiiirrrrr giiirrrrr" seru elang lagi terlampau kesal karena verrwl tak mau menjauh

"Ini balasannya kalo nyium adek kembar" ucap verrel menjahili adiknya lagi

"Huaaaa mamaaa" tangis elang akhirnya pecah karena senjata terakhir menjauhkan verrel adalah dengan menangis.

Sedangkan si kembar hanya sibuk memainkan tangannya sendiri dan tersenyum sendiri tidak menghiraukan apa yang sedang terjadi. Karena keduanya tidak mengerti.

▪️▪️▪️▪️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE BABY TWINS : RAFFI-RAFFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang