Hi Pah, Mah, jika saja kalian tau isi hatiku yang paling dalam, aku ingin kalian mendengarkannya. Aku lelah Pah, Mah, setiap harinya harus mendengarkan keributan kalian. Aku mempunyai keluarga yang utuh, tapi tidak bahagia. Pah, Mah, kalian tau, rasanya aku ingin sekali menyerah untuk hidupku. Aku lelah menghadapinya. Jika suatu saat nanti aku kalah dari depresiku, maafka aku Pah, Mah, aku tidak bisa menahannya lagi. Aku tidak akan menyalahkan siapapun untuk kekalahan yang aku terima, aku belajar banyak dari depresi yang kuterima. Aku belajar bahwa memiliki yang utuh bukan berarti kita bahagia.
Aku terkadang iri dengan mereka, yang mempunyai keluarga yang bahagia dan utuh. Aku iri terhadap mereka yang mendapatkan kasih sayang dan support dari orang tuanya. Sedangkan aku? Aku tiap harinya harus mendengar pertengkaran kalian, menahan diriku di kamar mati-matian agar tidak mendengar keributan kalian, menangis di saat semua orang terlelap. Menahan rasa sesak yang ada di hatiku. Aku lelah Pah, Mah. Tidak bisakah kalian memberikan perhatian kalian kepadaku? Aku rindu keluarga kita yang dulu, aku ingin waktu di ulang kembali.
Jika saja kalian tau, aku lebih suka berada di luar, tempat di mana aku mencari kehidupanku dari pada di sini, di rumah. Aku lelah harus berpura-pura bahagia, aku lelah menahan sakit yang ada di pikiranku. Mungkin kalian melihatku tersenyum, tapi percayalah, aku bukan seperti yang kalian pikirkan. Di tegah malam aku akan menagis dan bahkan hampir bunuh diri, kesepian selalu menghampiriku. Mengakhiri hidup mungkin jalan terbaik buatku, tapi aku tau, aku pasti bisa melewatin semuanya. Mungkin kesehatan mental tidak penting bagi kalian, tapi bagiku, kami anak-anakmu, kami sangat membutuhkan mental yang bagus. Aku berjanji akan terus hidup, dan mengalahkan depresiku sendiri. Aku berjanji Pah, Mah, aku sayang kalian.