2

1.4K 84 14
                                    

aku yang memaksa mu masuk didalam kehidupan pahit itu, yang kamu sendiri tidak mengerti hanya mencoba menjadi yang terbaik tetapi aku terlalu menggampangkan segalanya, sekarang buah dari kelakuanku itu dipenuhi dengan rasa penyesalan seumur hidup, pria pecundang ini sedang mencoba mengambil Hati mu kembali, Nadi.

aku mencium Foto pernikahan kami dulu, wajah mungilnya sangat damai, bagaimana bisa aku menghancurkan setiap senyuman manis yang dia berikan setiap hari, menyambutku pulang dari kantor, menyediakan Makan bahkan aku sendiri jarang menyentuh masakannya, aku Bodoh, ku akui itu kini, sudah sepantasnya papa Membenciku, aku bisa kembali kerumah ini saja sudah untung, tak banyak inginku sekarang, aku cuma mau Nadi kembali menjadi istriku.

ada hal yang tak bisa aku jelaskan, memandang wajahnya melalui foto saja sudah membuat ku menghangat, apalagi aku bertemu muka setiap harinya nanti, aku benar benar dibuat jatuh cinta berkali kali lipat pada wanita ini, aku tidak pernah merasakan pada wanita lainnya bahkan pada Megan sekalipun, tadi saja jantung ku tidak berhenti berdegub kencang.

cantik banget kamu  Galin tidur sambil memeluk Foto pernikahan mereka dulu.

.
.
.
.
.
.
.
.

satu cangkir teh hangat yang tersedia diatas meja dan beberapa Roti menemani sarapan Nadi pagi ini, pagi ini tidak seperti biasanya, Nadi merasa begitu nyaman dan bahagia. apa karena perkara Galin datang sore kemarin yang membuatnya begitu Senang, tiba tiba Nadi menggeleng gelengkan kepala nya.

"gak, gak boleh, pokoknya Nadi Gak boleh jatuh cinta Lagi sama Mas Galin, ingat Nadi dia udah nyakitin kamu, kamu berhak mendapatkan laki laki lain, dia udah Tua, pokok nya Nadi gak mau lagi sama Mas Galin, Duda gak tau diri, eh"

Nadi cepat cepat menutup mulutnya, tidak baik memaki orang pagi pagi begini, Lalu Nadi berdiri mengambil tas dan kunci motornya, Nadi berangkat kuliah.

.
.
.
.
.

Galin mengumpat kasar kala mobil nya berhenti mendadak, Rusak lagi, niat nya ingin ketoko Nadi pagi ini malah berakhir ditepi jalan seperti orang bodoh Pak Ghana memberikan Galin sebuah mobil Tua untuk keperluannya, itu satu bentuk hukuman dari papa nya, meskipun perusahaan itu sudah bangkit lagi, Galin dilarang memakai fasilitas Kantor bahkan Mobil asisten Galin lebih bagus dari mobil nya sendiri, jangan ditanya mobil pribadi Galin kemana, disita papanya.
bukan nya Galin tidak mampu membeli mobil Lagi, ia hanya mencoba mengambil hati papanya lagi, apa yang diperbuat papanya dia hanya mengikut saja, tidak apa menggunakan mobil butut tua itu, toh ia juga harus belajar banyak bersyukur.

"Ruben, jemput saya di jalan Cempaka indah" setelah menelpon asisten nya, Galin masuk kembali kedalam mobil nya, tak lama Nadi melintas tepat disamping nya, dengan memakai Hoodie biru dan helm yang cukup kebesaran, Nadi terihat menggemaskan dimata Galin, ia sangat Tau kalau itu Nadi, bahkan Plat motor Nadi dia sangat hapal.

"pasti mau kuliah, cantik banget sih istri mas" celoteh nya sendiri, Galin memfokuskan layar Handphone membidik jauh dari kamera Handphonenya, ia mengambil foto Nadi.

"kuliah yang Rajin ya sayang, nanti sore mas mampir lagi ke Toko kamu" Galin mencium layar Handpone nya, benar benar sudah Gila.

.
.
.

Nadi kuliah disebuah institut pertanian, kecintaanya terhadap Tanamanlah yang membuat Nadi mengambil kuliah jurusan itu. pada kenyataannya Nadi banyak diberatkan oleh tugas tugas dan pratikum ini dan itu, belum lagi praktek lapangan lainnya, ia harus bisa membagi Waktu antara bekerja dan kuliah, untuk itu ia memperkerjakan Maya Di toko nya.

didalam kelas yang cukup Ribut perlahan diam kala seorang Dosen masuk dengan langkah tegas, tak ada yang berani dengan dosen ini, nama nya Fazlar Sadewa   biasa dipanggil pak Dewa, pria 28 tahun dengan ciri khas tidak pernah tersenyum, tetapi sangat tampan.

tidur lagi 

seringai tajam muncul diwajah Dosen itu perlahan ia melangkah.

"Nad, Nadi, bangun" Icha teman Nadi mencoba menyadarkan Wanita itu yang masih pagi sudah tertidur didalam kelas.

namun Nihil belum sempat Nadi bangun pak Dewa sudah berada tepat disamping Nadi.

"bangunkan teman kamu ini" ucap Pak Dewa pada Icha.

Icha meneguk ludah kasar, Raut wajah Pak Dewa benar benar tidak bersahabat, lagi Icha menarik narik lengan Nadi yang masih setia terlelap.

"Nadi bangun, bapak udah masuk" bisik Icha  ditelinga Nadi.

"Nadi bangun dong"

"apaan sih,,, ah" Nadi terbangun dan langsung bertatapan dengan Pak Dewa yang berdiri sambil menyilangkan tangan didada.

"ba ba bapak" ucap nya Gugup.

"kelas hari ini saya kosongkan, kita tidak belajar, dan kamu Nadiara atthaya, ikut saya keruangan"
Pak Sadewa mengakhiri kelas pagi itu yang bahkan belum dimulai, pandangan mata nya terus menatap Tajam pada Nadi.

semua Mahasiswa mengumpati Nadi , bagaimana tidak, Pak Dewa tidak mentolerir bagi mahasiswa yang tidur dikelas, beliau tidak akan mau mengajar jika kedapatan ada mahasiswa yang tidur, dan lebih parahnya, tugas mereka akan bertambah dua kali lipat, ini lebih seperti jika satu orang berbuat maka semua akan menanggungnya.

.
.
.

Disini Nadi sekarang, duduk behadapan Dengan Pak Dewa, hanya meja sebagai pembatas, jika tidak mungkin Nadi sudah ditelan bulat bulat oleh dosen itu melihat tatapan nya yang begitu Tajam, Nadi yang ditatap begitu hanya memain mainkan jari nya gugup.

lama Pak Dewa menatap Nadi akhirnya membuka suara.

"kenapa kamu sering tidur dijam saya mengajar?"

"ma maaf pak" jawab Nadi masih setia menunduk.

"itu bukan jawaban, apa setiap malam kamu tidak tidur sampai harus tidur dikelas?" tanya Pak Dewa Tegas, Nadi semakin takut, dia tidak berani menjawab.

"sudah 3 minggu berturut turut saya tidak memberikan materi dikelas kalian karena ulah kamu yang terus tidur"

"maaf pak" Lagi Nadi meminta maaf, memang ia selalu ketiduran dikelas karena tidur Nadi tidak cukup akibat mengurus pesanan bunga yang lagi banyak banyak nya ditoko.

"saya tau kamu begini karena lelah bekerja bukan? mencari uang sambil kuliah tidak mudah apalagi kamu seorang perempuan, menikahlah biar ada yang menafkahi"

"Heh" Nadi mengangkat wajahnya dan menatap Pak Dewa karena ucapan Random itu.

"iya Nadi, menikahlah, . . . . menikah dengan Saya!!"

Bersambung

ONCE AGAIN (ON GOING/Versi Baru)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang