[9/10]. Damai

1.9K 414 45
                                    

Senju menjemput (Name). Lebih tepatnya menunggu (Name) di dekat halte bus sekolah. Senju bernampilan kasual tanpa jaket Brahman-nya. Toh, dirinya saat ini mau menemani (Name) menjenguk Chifuyu.

"Senju!" (Name) berteriak melambaikan tangan ketika menyadari eksitensi Senju. Berlari menghampiri pacar pertamanya itu.

Senju lantas memeluk erat tubuh (Name). Gadis berambut sebahu itu membalas pelukannya.

"Aku kangen banget tahu." Senju mengelus punggung (Name).

"Makanya jangan bikin onar, diskors nanges," balas (Name) iseng.

(Name) lebih dulu melepaskan diri. Senju memerhatikan wajah cantik (Name). Ibu jari Senju bergerak perlahan mengelus kantong mata yang agak membengkak.

"Kenapa? Ada yang aneh?" Kelopak mata (Name) berkedip-kedip.

"Ini apa karena nangis sama main monopoli semalem?" tanya Senju.

(Name) mengangguk-angguk. "Tapi semalem seru banget karena kamu kalah."

Tawa lepas (Name) mengema. Teringat Senju yang berkali-kali kalah tadi malam dan malah ngambek. Lucu sekali harusnya (Name) mengabadikan momen langka itu.

"(Name) kalau kita gak di tempat umum, udah aku cium kamu dari tadi." Perkataan pelan Senju menghentikan tawa (Name).

"Ishh gak lucu. Males ah Senju baperan." (Name) pura-pura ngambek.

Senju mencubit gemas pipi gadisnya. "Aku gak baperan, kamunya yang gemesin." Lantas mengenggam erat tangan (Name). "Katanya mau jenguk si kocheng orens."

***

Senju berusaha menjadi anak baik. Meminta maaf langsung pada bunda dan Chifuyu. Penyesalan terlihat jelas dari manik birunya.

Bunda memaklumi pertengkaran antara dua anak muda sudah merupakan hal lumrah. Beliau tidak mempermasalahkannya kali ini. Meski sebenarnya bunda merasa marah, karena anak semata wayangnya kini berbaring di brankar.

Untungnya Chifuyu anak laki-laki yang kuat. Luka fisiknya memang agak parah. Perban menutupi satu mata Chifuyu.

Bunda pamit pulang sebentar ke rumah, mengambil kebutuhan Chifuyu yang sempat tertinggal. Kini di ruang rawat inap yang cukup luas itu keheningan kembali menguasai.

Chifuyu membuang muka ke arah lain. Enggan membuka suara lebih dulu. Terlebih saat Senju terang-terangan menggenggam tangan (Name) di hadapannya.

"Chifuyu." Untuk pertama kalinya setelah sekian tahun berlalu, Senju memanggil nama asli Chifuyu tanpa embel-embel ejekan.

"Sekali lagi maaf." Senju membungkukkan tubuh sesaat. Sebelum kembali menegakkan diri.

"Aku dan (Name) kami sudah resmi berpacaran. Jadi, lebih baik akhiri permusuhan ini."

Chifuyu menghela napas. Sudah dia duga sebelumnya. Tingkah laku aneh (Name) ada hubungannya dengan Senju. Terbukti sekarang (Name) berpacaran dengan Senju.

"Ya, aku mengerti. Mari berteman." Chifuyu menjulurkan tangan. Senju membalasnya. Senyum tercipta di raut keduanya.

Sementara (Name) kini dapat mengembuskan napas normal. Dia mengira akan ada perang dunia ke dua, tapi justru perdamaian yang diinginkannya telah tercapai.

Luka fisik Chifuyu seakan kalah oleh luka di hatinya. Topeng yang digunakan sangatlah rapi. Chifuyu tidak tega pada (Name), yang selalu kesulitan karena rivalitasnya dengan Senju.

Berdamai mungkin sedikit berat. Ikhlas pun masih terasa sulit. Chifuyu memang rela jika (Name) lebih memilih Senju dibanding dirinya. Asal (Name) bahagia, Chifuyu tidak masalah.

"(Name)." Chifuyu menahan lengan gadis itu sebelum pergi. Senju sudah keluar lebih dulu.

"Kalau Senju menyakitimu, jangan sungkan datang padaku." Chifuyu tersenyum tulus.

(Name) mengangguk. "Ya, terima kasih, Chipuy."

"Sekali saja peluk aku," pinta Chifuyu sebelum benar-benar merelakan (Name).

(Name) mendekap erat Chifuyu. Senju memandanginya dari balik sela-sela pintu yang sedikit terbuka. Pemilik surai abu-abu itu mendengar semua pembicaraan (Name) dan Chifuyu.

***

Yes or No || Senju x FemReader✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang