1

10 4 1
                                    

Anye Viorella, gadis manis dengan rambut sebahu serta hidung mungil. Ia agak pendiam di lingkungan keluarga, tetapi di lingkungan pertemanan ia adalah orang yang supel, aktif, dan juga ramah. Akan tetapi karena keaktifan itulah ia jadi terlalu sering memaksakan dirinya.

Seperti hari ini. Setelah pulang sekolah sekitar pukul 14.30, dilanjut dengan kegiatan ekskul hingga kurang lebih jam 5 sore, kemudian dilanjut lagi dengan mengerjakan tugas kelompok dari jam 7 malam.

"Gais, sori ya gue telat."

"Sudah biasa," kekeh Kanaya.

"Biarin, kasian capek," sahut Astra.

"Kemarin gue telat lo maki-maki, Tra." Kanaya protes.

Astra mendelik kesal. "Lo telat 2 jam, bodoh."

Saat memilih judul buku untuk diulas kemarin, Kanaya terlambat 2 jam dengan alasan ketiduran. Padahal dia yang akan menentukan judul bukunya.

"Jadi gimana? Udah sampe mana?"

"Anak ini udah selesai baca katanya," ujar Kanaya menunjuk Astra di sebelahnya. "Gue tinggal epilog sama esktra chapter."

"Yah, gue masih 4 chapter lagi buat sampe epilog."

"Jalan sekarang, biar cepet. Anye biar selesai baca dulu." Astra memberi titah.

Semua bergerak sesuai tugas masing-masing. Meski Anye terlihat sangat lelah, tetapi ia menjalankan tugasnya dengan sangat baik.

"Udah jam 9," kata Astra memberitahu.

Kanaya terkesiap, "Hah? Cepet banget perasaan."

"Gue balik," pamit Astra sambil membereskan bawaannya.

"Anye gimana, Tra?"

"Terserah dia lah. Gue mau balik. Tugas gue juga udah selesai."

"Tunggu bentar lagi deh, Tra. Kasian Anye. Nanti kalo diculik abang ojol terus kenapa-napa gimana?"

"Urusannya sama gue?" Astra berdiri sambil menggendong tas dan menggenggam kunci motor. "Titip salam buat ortu lo. Gue balik."

Kanaya menatap punggu Astra tanpa kedip. Kok bisa sih ada cowok seperti Astra?

"Lah? Anak itu beneran pulang dong. Parah sih," gerutu gadis itu.

Anye tersenyum simpul. "Gapapa kali, Nay, dia juga pasti dicariin orang tuanya."

"Terus lo gimana, Nye? Nanti diantar pacar gue aja ya? Gue takut lo kenapa-napa."

"Santai, Nay. Sedikit lagi juga selesai kok."

Setelah setengah jam berlalu, pekerjaan Anye benar-benar selesai. Lantas, ia bergegas pamit pada Kanaya.

"Gue balik ya, Nay. Ojol gue sebentar lagi sampe."

"Hati-hati, Nye. Udah malam, bahaya, harus waspada."

Anye terkekeh. Ia mengangguk kemudian melambai sebelum hilang di balik gerbang rumah teman sekelasnya itu.

Tetapi setelah itu ia agak kaget melihat abang ojolnya tidak memakai jaket hijau. Laki-laki itu duduk di motor yang diparkir di bawah lampu jalan tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

"Pak budi, ya?" tanya Anye ragu-ragu.

"Astra."

Anye makin kaget lagi. Ngapain Astra di sini jam segini?

"Loh? Bukannya lo balik dari tadi?"

Tiba-tiba ada suara motor yang mendekat dengan pengendara yang menggunakan jaket hijau.

"Neng Anye ya?"

Anye segera menoleh saat namanya disebut. "Oh, Pak Budi ya?"

"Cancel aja. Percuma gue lumutan dari tadi kalo cuma boncengin angin."

"Terus-"

"Maaf ya pak, dicancel aja. Biar pacar saya pulang sama saya," ucap Astra dengan menyelipkan sejumlah uang ke tangan pria paruh baya berjaket itu.

Anye masih tidak bisa mengontrol ekspresi wajahnya sampai bapak itu pergi.

"Naik, Nye."

Gadis itu terkesiap. "Ehh? Oh, iya iya."

Ditengah perjalanan, Anye tidak tahan dengan kecanggungan yang ada. Akhirnya ia angkat suara, "Makasih, Astra." Tapi tidak ada balasan darinya.

Motor Astra berhenti di depan gerbang hitam rumah Anye, lalu gadis itu segera turun.

Perasaan Anye mulai tidak enak. Mobil Mamanya sudah terparkir manis di depan rumah. Pasti di dalam ada keributan antara kedua orang tuanya.

"Sana masuk," titah laki-laki dengan jaket hitam itu.

Anye menurut. Tetapi di balik gerbang ia menelepon Kanaya, dan Astra yang tidak sengaja mendengarnya menunda kepulangannya.

"Nay, maaf ganggu lo lagi. Tapi, kalo ada sesuatu terjadi, gue mau numpang nginep di rumah lo. Boleh?"

"...."

"Nanti gue kabarin lagi, Nay."

ELLASTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang