JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN
Satu kelas dibuat terkejut, ketika seseorang membuka kasar pintu kelas mereka. Mengetahui siapa yang datang, murid perempuan maupun laki-laki langsung menunduk terdiam. Gadis dengan rambut pirangnya itu, berjalan menuju salah satu bangku seorang gadis yang kini duduk membeku di tempatnya.
Melihat mangsanya kini menatap pasrah, ia perlahan membuka tutup botol minuman yang sedari ia bawa. Dengan raut tak bersalah sedikit pun, ia tuangkan secara perlahan ke atas buku tulis mangsanya itu. Seluruh kelas dibuat bingung dan takut, tak ada yang berani menolong. Mereka hanya bisa menduga-duga, kira-kira masalah apa yang dibuat teman satu kelasnya pada anak kepala sekolah itu.
"Sembunyikan wajah jelek lo itu, kalau bisa selama lamanya. Berani-beraninya lo caper di depan Panji, sadar diri dong! Lo itu jel-"
Ucapan gadis itu terhenti, ketika sebotol air tiba-tiba menyiram wajahnya. Suasana kelas semakin dibuat mencekam, apalagi raut murka kini terpampang nyata di wajah Jenggala, gadis berambut pirang tersebut.
"Lo!"
"Binar!" sahut Binar. Tak ada raut takut sedikit pun di wajahnya.
"Jangan ikut campur urusan gue, cewek sialan!" Jenggala menatap kesal pada Binar.
Binar menunjukkan senyum mengejek, ia duduki meja di depannya dengan gaya angkuh. Pandangannya tak beralih sedikit pun dari Jenggala, Binar adalah satu-satunya orang yang berani menatap Jenggala seperti itu.
"Jeje, anak kepala sekolah kita tercinta." Binar tersenyum manis pada Jenggala, "Jangan sedikit pun lo berani ganggu teman sekelas gue, apalagi cewek sebaik Nara ini." Suara Binar terdengar menenangkan, membuat Nara diam-diam tersenyum lega. Ia merasa senang, Binar telah menolongnya dari Jenggala.
Kemudian pandangan Binar beralih menatap Nara, senyum manis yang ia tunjukkan tadi tiba-tiba luntur dan tergantikan dengan senyum licik miliknya. Tangannya kini merebut paksa botol minum di tangan Jenggala dan di luar dugaan Nara maupun Jenggala, Binar tiba-tiba menyiram Nara dengan air dari dalam botol minum tersebut.
Semua orang yang melihat kejadian barusan, semakin mengunci bibirnya, mereka sudah menduga alurnya dari awal. Tidak mungkin, seorang Binar memiliki sedikit kebaikan di hatinya, bahkan untuk membantu Nara yang malang itu.
"Gue bercanda ... dia emang pantes dapetin ini. Cewek lemah yang cuma bisa minta dikasihani. Lo harapin apa?!" Suara Binar naik satu oktaf, "Lo berharap gue tolongin lo?" tanya Binar angkuh.
"Sayang ... dunia ini diciptakan bukan untuk orang lemah kayak lo. Kalau lo nggak bisa bermain, ya ...." Binar mendekatkan bibirnya di samping telinga Nara, "Lo bakal dipermainkan."
Suara tangisan pelan, seketika terdengar dari bibir Nara. Tangisan kepasrahan dan terdengar memilukan, siapapun yang mendengarnya, rasanya ingin sekali menolong gadis itu. Tetapi bukannya merasa bersalah, Binar merasa senang dan tidak ambil pusing melihatnya. Binar lalu melempar sembarangan botol minum milik Jenggala dan memilih berjalan menuju bangkunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maleficent Syndrome
FantasíaBinar adalah gadis cantik dengan sejuta muslihat. Memiliki pribadi yang buruk dan hati yang busuk, membuat Binar selalu dijauhi orang sekitar. Ketika seluruh jiwanya hampir dipenuhi dengan kegelapan, itulah awal mula munculnya sosok Naresh di kehidu...